Taralle Mariam dipertemukan dengan Rainer Gravilo di saat ia berada diambang keterpurukan dengan semua skenario buruk yang terjadi dalam hidupnya. Dimulai dari ibunya yang meninggal karena pembunuhan yang disamarkan dengan sebuah kecelakaan, lalu setelahnya Ayahnya yang ia anggap sebagai laki-laki sempurna dalam hidupnya membawa pulang seorang wanita yang ia akui sebagai istri kedua dan tak berhenti disitu ia dipaksa menerima kenyataan bahwa laki-laki yang menjadi tunangannya ternyata menjalin hubungan dengan orang lain yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Kehidupannya yang semula indah bak negeri dongeng terhempas dan berubah menjadi dendam dan kebencian yang mengakar dalam hatinya.
"Aku akan membantu membalas semua sakit hatimu, Jika kau mau menjadi milikku." Tawar Riner dengan wajah tenangnya.
"Apa yang harus aku lakukan jika aku menjadi milikmu?."
Rainer tersenyum tipis, "Menyenangkanku kapanpun aku mau."
Terdengar langkah kaki seorang wanita yang berjalan dengan tenang melewati lorong Apartemen yang sudah lama tak ia tapaki dengan sesekali mengeratkan jaketnya untuk sedikit memberikannya kehangatan pada tubuh kurusnya. Rambut panjangnya yang di biarkan tergerai dengan raut wajah yang bisa dibilang berantakan dengan lingkaran hitam di matanya sebagai pertanda kurangnya ia tidur.
Cahaya matahari membuat Ale mengernyitkan keningnya. Ia membuka mata dengan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Ia menatap sekeliling ruangan yang tampak asing dengan kesadaran yang mulai memulih ia duduk menyadarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Diliriknya jam disamping nakas yang sudah menunjukan pukul
Pagi sudah menyapa dan kini Ale sudah keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Rainer. Ia berjalan menyusuri setiap sudut rumah ini dan Langkahnya terhenti saat ia menemukan pria itu sedang duduk di meja makan dengan tampilan yang sudah rapi sembari menghisap rokok seorang diri. Dengan ketika ia mendekat Rainer langsung membalikan badannya seolah tau jika ada seseorang yang berjalan di belakangnya.
Ale melangkah masuk ke kediamannya tepat pukul 3 sore. Setelah menyelesaikan urusannya di bakery lalu ia bertemu dengan dokter obgyn untuk membahas kontrasepsi apa yang akan ia gunakan selama pernikahannya dengan Rainer.. Ia menghela nafas pelan memasuki rumah tersebut tanpa salam atau sapaan ia melewati keluarga bahagia yang tengah menikmati kebersamaan sorenya mereka dengan penuh kebahagiaan.
"Kedatanganmu tidak diterima di tempat ini, jadi pergilah." Ale berucap tenang tapi penuh dengan aura yang begitu mencekam. Ia menatap tajam laki-laki yang beberapa hari yang lalu masih menjadi tunangannya dan detik ini menjadi salah satu manusia yang paling ia benci. Laki-laki itu mendekat, men
Rainer terlihat sangat menakutkan di mata Ale. Sorot matanya yang menggelap di lengkapi dengan aura dingin yang mengelilinginya. Pria itu memang jenis pria yang tak banyak bicara dan lebih suka bertindak sesuka kemauannya. Dan karena itu Ale masih belum bisa
"Sampai kapan kau akan mengurungku disini?." Tanya Ale setelah menyelesaikan sarapannya.Hukuman yang ia dapat dari Rainer bukan hanya melakukan seks maraton secara keras, tapi harus berla
Ale masuk kedala ruangan eksekusi diikuti dengan Paul di belakangnya. Langkah kakinya terhenti didepan sebuah meja dengan berbagai pistol di atasnya. Ia mengambil salah satu dari pistol-pistol tersebut dan membersihkan debu-debu yang menempel di senjata itu. Paul yang melihat hal itu merasakan bagaimana mengerikannya wanita didepannya ini tapi sialnya dengan wajah cantik bak dewi itu tak akan ada yang percaya bahwa seorang Taralle adalah wanita berdarah dingin yang siap meledakan siapa saja yang mengganggunya. "Jadi, katakan padaku apa yang kau dapatkan?." Tanyanya Ale. "Sebelum ibumu meninggal ia terlibat pertengkaran dengan nyonya Eleanor. Dan dari bukti cctv yang aku dapatkan nyonya Eleanor terlihat cukup sering berada disekitaran tempat ibumu tertembak selama kurang lebih 1 bulan." Dan ucapan itu seketika membuat Kemarahan Ale terlihat jelas dari bola mata wanita itu. Ia meletakan pistol yang sudah ia bersihkan dan beralih pada pistol