Terdengar langkah kaki seorang wanita yang berjalan dengan tenang melewati lorong Apartemen yang sudah lama tak ia tapaki dengan sesekali mengeratkan jaketnya untuk sedikit memberikannya kehangatan pada tubuh kurusnya. Rambut panjangnya yang di biarkan tergerai dengan raut wajah yang bisa dibilang berantakan dengan lingkaran hitam di matanya sebagai pertanda kurangnya ia tidur.
Hingga sampai di unit yang ia datangi ia memasukan passcode dan setelahnya ia melangkah masuk. Ketika sampai didalam apartemen tersebut ia mengernyitkan keningnya ketika semua lampu menyala padahal dengan jelas ia tahu bahwa pemilik apartemen tersebut baru akan tiba disini 2 hari lagi.
Ia mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh, mencoba menghilangkan pikian-pikiran negatif yang mulai berjalan di kepalanya. Dengan pelan ia melangkah masuk di lihatnya pakaian yang tercecer dengan sebuah tas kecil yang familiar untuknya lalu setelahnya ia berjalan ke arah satu-satunya kamar yang ada di apartemen ini.
"Ahh.."
Hatinya seakan berhenti berdetak ketika mendengar suara desahan wanita dari dalam kamar tersebut. Dan ketika jarak yang semakin dekat ia masih mencoba berfikir positif, mungkin saja telinganya sudah mulai rusak karena akhir-akhir ini terlalu banyak menangis.
Dan ketika sampai didepan pintu yang setengah tertutup pemandangan yang tak pernah ia bayangkan terpampang dengan jelas didepan matanya. Laki-laki yang sangat ia cintai yang telah berstatus menjadi tunanganya terlihat sangat menikmati berada diatas tubuh seorang wanita yang begitu ia kenal dengan tubuh yang saling menyatu dan saling memuaskan.
Air matanya sudah mengalir tanpa bisa ia cegah. Kedua tanganya mengepal kuat karena merasa menjadi manusia paling bodoh diantara semua orang yang ia kasihi. Menertawakan dirinya sendiri karena berhasil dipermainkan dengan begitu sangat baik hingga sampai dititik ia tak tau harus berbuat apa saat ini.
Ia mengambil vas bunga di sampingnya, lalu melemparkannya ke lantai untuk memberi tahu bahwa ada seseorang yang melihat pergumulan panas mereka dan seketika dua orang yang berada diatas ranjang tersebut menghentikan aktivitas mereka dengan tatapan terkejut. sedangkan wanita yang berdiri diambang pintu hanya tersenyum dengan air mata yang sudah mengalir di wajahnya.
"Ale." Pangil laki-laki tersebut seraya bangkit dan memakai celana pendeknya yang berserak diatas lantai. Sedangkan si perempuan menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.
"Sayang aku bisa jelaskan." Ucap laki-laki tersebut seraya menghampiri wanita yang bernama Ale tersebut.
"Jangan berani mendekat." Ucapnya seraya menghapus air matanya kasar.
Hatinya yang semula hancur kini semakin tak terbentuk lagi. Berbagai penghianatan menerpanya, terbuka satu persatu dan berhasil meluluh lantahkan hidupnya seketika. Ia tertawa pelan merasa miris dengan hidupnya saat ini. Ia merasa bahwa Tuhan sedang mempermainkannya dengan menjadikannya tokoh utama yang sangat menyedihkan.
"Ini yang kalian mau? Melihatku menjadi manusia menyedihkan, hm?." Tanyanya dengan matanya yang memerah karena air mata. "Selamat kalian berhasil."
Lalu setelahnya ia berbalik pergi meninggalkan tempat yang dulu memberikannya ketenangan kini seketika berubah menjadi neraka. Tapi sebelum mencapai pintu langkahnya tertahan dengan cekalan kuat di tangannya.
"Lepas. Lepaskan aku sialan." Tamy memberontak berusaha melepaskan cekalan di tanganya yang begitu kuat.
"Kita harus bicara."
"Tidak ada yang harus di bicarakan ." Jawab Ale dengan penuh penekanan. Ia berusaha melepas genggaman tangan tersebut Dan memberontak sekuat tenaga.
"Lepaskan.." Ucapnya lirih penuh permohonan. Ia tak ingin berada disini dengan menjadi manusia paling menyediakan untuk mereka.
Ia ingin pergi entah kebelahan dunia mana. Dimana tak ada lagi ia merasa kesakitan seperti ini. Tak ada Luka fisik yang ia dapatkan namun nyatanya Luka tak kasat mata yang mampu menghancurkan dirinya seketika.
"Sayang dengarkan aku. Kita harus bicara. Aku mohin dengarkan penjelasanku."
Ale menatap penuh kebencian laki-laki didepannya tersebut. Ia bukan wanita bodoh yang akan tertipu lagi dengan penjelasan yang memuakan. Baginya sekali berkhianat tak akan ada pembenaran dari Hal tersebut apalagi mengulang hubungan kembali seperti tak pernah terjadi.
Dengan tatapan tajamnya, ia melepas cincin dijari manisnya lalu membuangnya ke lantai.
"Perlu kau ingat, bagiku kau sudah tidak berarti lagi seperti cincinmu yang sudah ku buang. Maka sudah seharusnya kaupun juga ku buang."
"Tidak." Laki-laki itu menjawab dengan gelengan di kepalanya, "Aku tidak akan membatalkan pertunangan kita."
Ale tertawa miris melihat betapa serakahnya laki-laki didepannya tersebut. Sungguh ia menyesal pernah mencintai laki-laki seperti ini sepenuh hati. Ia menyesal bagaimana ia bisa bodoh dengan kebohongan yang selama ini ia dapatkan.
"Lalu? Kau ingin aku menerimamu setelah kau tidur dengan sahabatku?." Lanjut Ale bertanya. " Apa kau yakin, Jika wanita yang sedang telanjang di atas ranjangmu itu tidak akan kecewa?."
Ale terkekeh pelan dengan keterdiaman laki-laki tersebut.
"Kau dengar Ana? Laki-laki yang memuaskanmu hanya menyukai selangkanganmu tapi dia masih ingin bertahan denganku. Bukankah dia terlalu serakah?." Ucapnya dengan tatapan tajam menusuk pada laki-laki yang hingga kini masih menggenggam tangannya.
"Jika kau benar-benar laki-laki sejati lepaskan tanganku. Jangan semakin merendahkan dirimu dengan memberikan penjelasan bodoh yang tidak akan pernah ku terima."
Laki-laki tersebut mengeram, merasa terhina dengan kalimat yang Ale lontarkan untuknya.
"Ini semua tidak akan terjadi Jika saja kau mampu memuaskanku."
Tawa di bibir Ale muncul. " Kau dengar lagi Ana? Dia hanya menjadikanmu pemuas nafsu, pelampiasan karena aku tidak memberikan apa yang dia inginkan." Ale berdecak dengan senyum sinisnya, " kalian terlalu menyedihkan."
Hingga setelahnya ia menyentak tangannya Dan melenggang pergi dari apartment tersebut. Dengan langkah pasti ia masuk kedalam Mobil ya yang terparkir di basement Apartment tersebut.
Dan disitulah air matanya luruh seketika. Tak mampu lagi menahan sakit dihatinya saat ini. Kilasan-kilasan kejadian menyakitkan berdatangan menghampiri otaknya.
Ibubya yang baru saja meninggal, lalu ayahnya yang menikah lagi Dan setelahnya Davin laki-laki yang paling ia cintai berkhianat dengan Ana sahabatnya.Berapa memuakanya mereka semua. Dengan genggaman kuat di kemudi stirnya ia bersumpah tidak akan membiarkan mereka tenang dengan berbahagia di atas rasa sakitnya. Terutama ia harus mencari tau siapa dalang di balik pembunuhan ibunya.
Ia akan terus hidup sampai ia berhasil membalas orang-orang yang telah membuatnya hingga seperti ini. Dengan kasar hihapusnya air mata tersebut Dan ia menjalankan Mobilnya untuk mencari kesenangan malam ini.
*****
Elrow Club Barcelona.
"Mau minum apa cantik?."
"Whiskey."
Bartender tersebut tersenyum seraya bergerak lincah menyiapkan pesanan Ale. Hingga tak lama ia menyodorkan gelas berisi es dan irisan lemon lalu sang bartender menuangkan sebotol whiskey kedalam gelas tersebut.
Ale menyesap pelan minumannya, membiarkan rasa panas mengalir di tenggorokannya. Untuk malam ini ia memerlukan alkohol untuk meringankan sedikit bebannya. Dan dalam beberapa Kali teguk minuman di gelasnya sudah tandas.
Sang bartender yang melihat itu hanya tersenyum sembari bertanya, "Kau mau lagi?."
Tanpa berfikir lama Ale menganggukan kepalanya dan dengan senang hati bartender tersebut kembali menuangkan whiskey kedalam gelasnya.
Bartender tersebut menatap Ale dengan tatapan terpesona Walau wajahnya terlihat kacau namun hal itu tak mampu menutupi persona kecantikannya. Tinggi badan yang hampir 170 dengan bentuk tubuh sempurna Walau tertutup dengan hodie yang ia kenakan namun untuk mata laki-laki pecinta wanita pasti akan tau lekukan tubuh yang tersembunyi secara rapat itu.
Tak berhenti disitu garis wajah yang terlihat angkuh dengan hidung mancungnya yang mungil ditambah bibir penuh yang terlihat begitu menggoda dengan bulu mata lentik yang memayungi mata indahnya. Dia terlihat sangat sempurna dan intinya dia sesempurna itu jadi dia faham jika banyak singa yang memperhatikannya bagai mangsa yang siap mereka terkam kapanpun ia lengah.
"Give me more." Ale meminta bartender mengisi kembali gelasnya yang telah kosong.
Bartender tersebut menatap tidak percaya bagaimana wanita didepannya ini menegak alkohol bagai menegak air. Dan bisa di pastikan jika wanita tersebut mabuk pasti akan banyak singa mendekat dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menerkam wanita cantik ini. Dan karena ia bekerja ditempat ini maka ia tak punya pilihan selain melayani pelangan dengan sebaik mungkin termasuk memberikan pesanan nona cantik tersebut.
Ketika ia akan menegak minumannya seseorang tiba-tiba menarik gelasnya dan meneguknya seketika. Dengan tatapan sayunya ia menatap laki-laki yang berdiri disampingnya, walau kesadarannya sudah mulai mengikis tapi ia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan yang tercetak disana. Rahang kokoh dengan garis wajah yang terlihat bak seperti dewa yunani dengan rambut tebal dan iris mata yang tajam.
God!! Dia sempurna. Desah Ale dalam hati.
Dean ketika tersadar dari pemikiran mesumnya terhadap laki-laki disampingnya tersebut. Ia mengalihkan pandangannya kepada bartender. "Berikan aku minuman baru."
Laki-laki disamping Ale tersebut menatap tajam bartender tersebut dengan auranya yang penuh intimindasi membuat bartender tersebut memilih untuk tak menghiraukan pesanan Ale dan membuatkan minuman untuk pelanggannya yang lain. Dengan wajah kesal Ale menatap laki-laki tampan disampingnya ini.
"Apa yang kau inginkan?." Lanjutnya menyuarakan kekesalannya karena mengganggu kesenangannya.
"Ikut denganku." Jawabnya seraya menarik Ale bangun dari duduknya.
Dengan langkah sempoyongan ia mengikuti kemana laki-laki ini akan membawanya. Ternyata baru beberapa gelas saja alkohol yang ia tegak mampu membuat kakinya terasa begitu lemas. Hingga ia sama sekali tak mempunyai tenaga untuk menolak laki-laki tampan yang masih menuntun langkahnya untuk keluar dari club tersebut. Dan ketika mereka keluar dari club sebuah mobil sudah terparkir di pintu keluar dengan seorang laki-laki bersetelan hitam yang berdiri disamping mobil.
Tanpa perintah laki-laki laki-laki tersebut membuka mobil dan membiarkan mereka masuk kedalam mobil dan setelahnya mobil melaju. Ale melihat sekilas laki-laki yang duduk dengan tenang disampingnya tersebut masih dengan wajah datarnya dengan rahang tegas yang semakin membuatnya terlihat maskulin.
"Kemana kau akan membawaku?."
Laki-laki tersebut diam tak menjawab masih dengan tatapannya yang lurus kedepan. Kesal karena merasa di abaikan Ale merangkak naik keatas pangkuan laki-laki yang tak ia kenal tersebut. Ia mengalungkan kedua lengannya untuk mengunci pergerakan laki-laki tersebut.
"Apa kau ingin tidur denganku?." Ale memamerkan senyum manisnya seraya mengelus lembut rahang kokoh didepannya tersebut.
"Kau mabuk?."
"Hanya sedikit, jika aku tidak mabuk tidak mungkin aku berani merangkak naik kepangkuan laki-laki asing sepertimu."
Ale sudah mabuk, efek alkohol berhasil membuat libidonya beranjak naik. Dan kini fikirannya mulai melanglang buana akan kenikmatan dunia yang masih belum pernah ia cicipi. Seks? Ale menjadi semakin penasaran bagaimana rasanya berhubungan seks. Toh ia sekarang lajang dan tidak ada salahnya ia melepas sesuatu yang telah ia jaga selama ini untuk pria tampan didepannya tersebut. Hanya seks dan setelahnya mereka bisa kembali menjadi orang asing tanpa terlibat perasaan yang menyakitkan.
"Kau akan menyesal karena sudah merangkak naik kepangkuanku." Ucap laki-laki tersebut dengan rahangnya yang semakin menegang karena berhasil terpancing dengan gerakan-gerakan sensual Ale di pangkuannya.
Ale memperhatikan pahatan indah didepannya tersebut sembari mendekatkan wajahnya. Ia menarik kemeja laki-laki tersebut sambil menggigit bibirnya. Dan tanpa menunggu lama laki-laki tersebut sudah menarik tengkuk Ale dan melumat bibir lembut yang sedari tadi menggodanya itu dengan begitu rakus. Seolah-olah sudah sangat lama ia tak menikmati ciuman yang begitu menggairahkan tersebut.
Mungkin ini efek sakit hati yang ia rasakan ditambah dengan alkohol yang yang ia teguk membuat sisi jalang Ale muncul. Dengan sama baiknya ia membalas ciuman laki-laki tersebut. Menyalurkan segenap kemampuannya walaupun bisa dibilang ia adalah pencium amatir namun ia tak ingin kalah malam ini.
Ale semakin merapatkan tubuhnya ketika mendapati bibirnya di sesap dengan begitu rakus, dengan lidah laki-laki tersebut seolah mengabsen rongga mulutnya dengan sangat terperinci. Ia mengeram merasakan ciuman ini mampu membuat pusat dirinya bergetar. Hingga tanpa ia sadari ia meremas lembut rambut laki-laki tersebut. Terlihat kasar tetapi sangat halus digenggaman tangannya.
Sedangkan laki-laki tersebut semakin tak kuat menahan dirinya untuk tidak menerkam Ale disini. Tentu saja ia masih waras walau kabut gairah mempengaruhinya dengan sangat kuat tapi ia tak ingin menikmati tubuh wanita di pangkuannya ini didalam mobil. Karena sungguh ia ingin menerkam tubuh Ale ditempat yang semestinya dimana ia bisa bergerak bebas tanpa halangan.
Dan dengan ketidakrelaan ia melepas ciuman diantara mereka. Kening mereka beradu dengan nafas yang tersenggal-senggal. Dalam diam tak ada yang membuka suara hingga tiba-tiba Ale meletakan kepalanya diceruk leher laki-laki tersebut. Niat awal yang ingin memejamkan matanya sebentar berlalurut hingga membawanya pergi ke alam mimpi.
Sedangkan laki-laki tersebut hanya terkekeh pelan merasakan nafas teratur di ceruk lehernya yang menandakan bahwa Ale sudah tertidur. Alih-alih memindahkan tubuh Ale dari pangkuannya ia malah memeluk tubuh Ale dengan erat dan sesekali memberikan kecupan-kecupan lembut di kening Ale.
Dan hal itu semakin membuat tidur Ale semakin lelap.
Cahaya matahari membuat Ale mengernyitkan keningnya. Ia membuka mata dengan kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Ia menatap sekeliling ruangan yang tampak asing dengan kesadaran yang mulai memulih ia duduk menyadarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Diliriknya jam disamping nakas yang sudah menunjukan pukul
Pagi sudah menyapa dan kini Ale sudah keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Rainer. Ia berjalan menyusuri setiap sudut rumah ini dan Langkahnya terhenti saat ia menemukan pria itu sedang duduk di meja makan dengan tampilan yang sudah rapi sembari menghisap rokok seorang diri. Dengan ketika ia mendekat Rainer langsung membalikan badannya seolah tau jika ada seseorang yang berjalan di belakangnya.
Ale melangkah masuk ke kediamannya tepat pukul 3 sore. Setelah menyelesaikan urusannya di bakery lalu ia bertemu dengan dokter obgyn untuk membahas kontrasepsi apa yang akan ia gunakan selama pernikahannya dengan Rainer.. Ia menghela nafas pelan memasuki rumah tersebut tanpa salam atau sapaan ia melewati keluarga bahagia yang tengah menikmati kebersamaan sorenya mereka dengan penuh kebahagiaan.
"Kedatanganmu tidak diterima di tempat ini, jadi pergilah." Ale berucap tenang tapi penuh dengan aura yang begitu mencekam. Ia menatap tajam laki-laki yang beberapa hari yang lalu masih menjadi tunangannya dan detik ini menjadi salah satu manusia yang paling ia benci. Laki-laki itu mendekat, men
Rainer terlihat sangat menakutkan di mata Ale. Sorot matanya yang menggelap di lengkapi dengan aura dingin yang mengelilinginya. Pria itu memang jenis pria yang tak banyak bicara dan lebih suka bertindak sesuka kemauannya. Dan karena itu Ale masih belum bisa
"Sampai kapan kau akan mengurungku disini?." Tanya Ale setelah menyelesaikan sarapannya.Hukuman yang ia dapat dari Rainer bukan hanya melakukan seks maraton secara keras, tapi harus berla
Ale masuk kedala ruangan eksekusi diikuti dengan Paul di belakangnya. Langkah kakinya terhenti didepan sebuah meja dengan berbagai pistol di atasnya. Ia mengambil salah satu dari pistol-pistol tersebut dan membersihkan debu-debu yang menempel di senjata itu. Paul yang melihat hal itu merasakan bagaimana mengerikannya wanita didepannya ini tapi sialnya dengan wajah cantik bak dewi itu tak akan ada yang percaya bahwa seorang Taralle adalah wanita berdarah dingin yang siap meledakan siapa saja yang mengganggunya. "Jadi, katakan padaku apa yang kau dapatkan?." Tanyanya Ale. "Sebelum ibumu meninggal ia terlibat pertengkaran dengan nyonya Eleanor. Dan dari bukti cctv yang aku dapatkan nyonya Eleanor terlihat cukup sering berada disekitaran tempat ibumu tertembak selama kurang lebih 1 bulan." Dan ucapan itu seketika membuat Kemarahan Ale terlihat jelas dari bola mata wanita itu. Ia meletakan pistol yang sudah ia bersihkan dan beralih pada pistol
Ale duduk dengan tenang sembari menatap seorang laki-laki dan perempuan yang sedang berdebat didepannya. Tangan yang menyilang didepan dada dengan kaca mata yang bertengger indah di wajah cantinknya membuat ia terlihat sangat angkuh sekaligus mempesona disaat yang bersamaan. "Tuan Demetrio, aku ingin tempat ini di kosongkan dalam waktu 1 minggu." Ale berucap tenang, Menyela perdebatan diantara mereka sejenak. Lak-laki bernama Demetrio tersebut menatap Ale sejenak lalu setelahnya kembali menatap wanita didepannya. "Kau dengar Nona Fidel, pemilik baru tempat ini ingin kau mengosongkan tempat ini dalam waktu 1 minggu." Lanjutnya berucap dengan tegas. Ana menatap tak percaya laki-laki didepannya tersebut, bagaimana bisa laki-laki itu melakukan hal mengerikan seperti ini pada dirinya. Memutuskan kontrak sewa sesuka hati dan hanya memberikan waktu 1 minggu untuk mengosongkan tempat dimana butiknya berada. Bukankah hal ini terlalu kejam untuknya.