Share

48. Medan Perang II

“Ayahandaku pemilik asli Ajian Dasa Daraka?”

“Tentu bukan, Sanggageni pasti belajar pada orang yang lebih dahulu menguasainya. Bisa kau lihat sendiri betapa merepotkannya mereka!” umpat Patih Waradhana di akhir kalimatnya.

Arya terperangah di balik teropong. Pemandangan mengerikan mau tak mau ia tatap dengan seksama secara langsung. Baginya tak ada lagi kata mundur. Ia harus maju demi membalaskan kematian ibundanya. Persetan dengan urusan Astagina dan Baka Nirdaya.

Pemuda itu segera mencabut anak panah logamnya. Namun Patih Waradhana mencegahnya. “Tunggu, Arya. Kita tetap harus menjalankan strategi meski Cundhamanimu itu bisa diandalkan!” ucap Patih Waradhana sambil mengulurkan tangan di depan Arya.

“Lalu? Apa yang kita tunggu? Kau memerintahkan Duwana untuk maju lebih dulu. Bukan kah itu sama dengan mengorbankan mereka?” cecar Arya. Ia merasa terganggu karena tak berbuat apa-apa sedang banyak pemuda desanya bergabung dalam pasukan Duwana.

“Korban dalam perang tak bisa dihindarkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status