Yui menemani Light hingga dia siuman. Light berlatih terlalu keras dan sering memaksakan diri. Terlihat jelas dari goresan luka yang terdapat di tubuhnya. Perbedaan klan antara Yui dan Light mulai terlihat di masa pertumbuhan. Otot-otot Light mulai terbentuk sementara Yui maupun kakaknya tidak akan pernah memiliki tubuh berotot. Itu merupakan salah satu ciri khas Ryuichi. Semua Ryuichi bertubuh langsing tanpa otot sehingga mereka menyerupai para Elf di usia muda. Bukan hanya itu regenerasi penyembuhan klan Ryuichi terbilang luar biasa luka-luka kecil sangat mudah sembuh. Dan satu lagi wajah rupawan. Semua Ryuichi cantik dan tampan. Tak satupun dari mereka berparas buruk. Kelebihan sekaligus kelemahan klan mereka adalah hubungannya dengan naga. Naga sangat suka bertarung, hingga akhirnya klan Ryuichi musnah. Namun beberapa abad setelahnya ada anak yang berasal dari klan Ryuichi. Hal yang hampir mustahil. Bagaimana dia selamat dari pembantaian?
Terimakasih sudah membaca Crystal of Soul:Twins silakan tinggalkan jejak supaya penulis lebih semangat.
Light mendekati Yui dan berbisik, “kenal dimana dengan half human ini?” Yui tersenyum dengan tangan di depan mulut menutupi senyumannya dan menjawab, “serius mau tahu?” Light mengangguk karena penasaran dari mana asal Kyara yang manis. “Dia itu ...,” kata Yui sengaja mengulur jawabannya. “Iya apa?” Light sudah penasaran ingin mendengar. “Kyara itu adalah ...,” jawab Yui yang masih menggantung. Light sudah gemas dengan jawaban Yui dan menggoyangkan badannya seraya berkata,“cepat katakan!” “Dia itu Byakko,” bisik Yui tepat di telinga Light. Antara percaya dan tidak Light mematung setelah mendengarkan jawaban Yui. Dalam pikirannya
Yui berjalan menuju singgasana, penasaran dengan orang yang sedang duduk di sana. Semakin lama berjalan, rasa dingin menusuk kulit. Bukankah ini mimpi, namun kenapa terasa hawa dingin. Yui mulai mendekap tubuhnya dengan dua tangannya. Sosok yang duduk di singgasana mulai terlihat, rambut hitam panjang, dengan dua tanduk di kepalanya. Lalu mata hitamnya terlihat begitu kelam. Senyuman yang diperlihatkan bukanlah senyuman ramah melainkan senyum sinis. Tatapannya begitu tajam, seakan mampu melihat ke dalam relung hati terdalam “Siapa kamu?” tanya Yui saat mereka cukup dekat untuk bercakap-cakap. “Bukankah kau sudah tahu siapa aku,” jawabnya. “Kau bukan Yuan,” jawab Yui. Dia masih menyelidiki sosok di depannya. “Aku Yuan, saudara kembarmu.” Dia berdiri dan memperlihatkan
Slide kembali berganti, menampilkan hutan dan kembali Yui melihat seekor naga dengan gadis berambut perak di atasnya beserta pemuda berambut hitam. “Aku diusir dari kerajaanku,” ucap gadis itu terdengar pilu dan menangis. “Aku akan menjagamu,” balas pemuda itu memeluk kekasihnya. “Bagaimana denganmu, apa mereka juga akan mengusirmu?” tanya gadis itu dalam dekapan sang pemuda. “Untuk apa menunggu diusir, kita pergi saja ke tempat lain. Ke dunia manusia.” Lalu slide berganti lagi, tempat ini adalah sebuah rumah, terlihat keluarga kecil yang hangat. Sepertinya ini adalah dunia manusia, tidak terlihat naga di sekitar. Yui melihat seorang anak laki-laki, rambutnya berwarna hijau.
Di atas kapal, Yuan terbangun. Gerakan kapal membuatnya sedikit pusing. Apa mungkin mabuk laut. Sambil terhuyung dia mencoba keluar dari kabin, mencari udara segar. Angin di luar terasa dingin. Matahari tak terlihat, langit di atas dipenuhi bintang-bintang yang indah. Rasa mual tiba-tiba terasa. Sudah dipastikan dirinya mabuk laut.Ren membantu Yuan meringankan mabuk lautnya. Dia memberikan obat untuk diminum dan rasa mual diperut Yuan menghilang.“Ini pertama kalinya kamu naik kapal?” tanya Ren.Yuan hanya mengangguk. Dia masih berusaha beradaptasi dengan gerakan kapal yang membuat kepalanya pusing. Di samping kapal terlihat ikan yang melompat-lompat.“Itu lumba-lumba!” seru Yuan melihat ikan yang biasanya hanya dia lihat dalam buku-b
“Sylph hentikan!” teriak Marina. Yuan tersengal-sengal paru-parunya mengharapkan oksigen untuk tetap mengembang. “Harus melakukan sesuatu,” batin Yuan, mencari cara keluar dari permasalahannya. Dengan kekuatan seadanya dia menggerakkan air di bawah Sylph tersebut membuatnya berada dalam pusaran. Sayangnya kekuatan Yuan melemah seiring dengan kesadaran yang makin menipis. Tanpa udara untuk bernapas manusia tidak bisa bertahan. “Tuan, Tuan!” panggil Marina yang terdengar sayup-sayup. Lalu Marina menghilang kembali ke alamnya. Yuan tak sadarkan diri, terbaring di atas lapisan es yang sewaktu-waktu mencair dan menenggelamkan dirinya ke dalam lautan. “Jadi sudah berakhir, apa aku sudah mati,”batin Yuan. Tubuhnya sudah tidak bergerak lagi, wajahnya seputi
Yuan bangun di atas tempat tidurnya, di kamarnya di istana. Dia mengerjap, menggosok matanya mengingat ingat kejadian sebelumnya. “Marina,” panggil Yuan. “Ya Tuanku,” jawab Marina yang suaranya sangat familiar di benak Yuan. “Bukankah kita berada di laut kemarin?” tanya Yuan. “Anda pingsan selama dua hari. Pagi setelah Anda pingsan kapal sudah berlabuh dan Anda dibawa ke istana tak lama setelah kapal berlabuh.” “Lalu bagaimana kamu bisa tahu, bukankah kau tidak bisa melihat keadaan di luar duniamu saat aku pingsan?” tanya Yuan yang tidak mengerti bagaimana Marina mengetahui hal yang tidak diketahui Yuan. “Karena Krisan, dia bisa melihat tanpa dipanggil,” jawab Marina.
Pedang dari kristal hitam menusuk Yuan dari belakang. Yuan terbatuk dan mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. Meskipun terluka, Yuan memanfaatkan posisi dirinya yang dekat dengan ayahnya untuk melakukan pemurnian. Semua kristal hitam keluar dari tubuh ayahnya. Sorot mata kosong ayahnya kini kembali, dia memandang Yuan yang telah terluka parah. “Yuan, apa yang terjadi? Darah, kau terluka.” Raja Edward panik melihat Yuan terluka. “Syukurlah, ayah sudah sadar,” balas Yuan masih berdiri sambil menahan luka di perutnya. Luka tusukan pedang yang menembus dari punggung hingga perutnya. “Ternyata benar, kekuatan pemurnian. Kau harus kubawa ke duniaku!” seru bayangan hitam yang kini terpisah dari ayahnya. “Ayah merunduk,” teriak Yuan, dengan gerakan tangan dia mengendalik
Yuan berlatih pedang bersama Ren, kemampuan berpedang Ren bisa dibilang cukup bagus, dia bisa mengimbangi semua gerakannya. Menangkis, menyerang, mengelak, gerakannya sangat bagus. Jika mereka dalam suatu pertandingan, kemungkinan Ren yang akan menang. Archilles yang memperhatikan keduanya cukup puas dengan latihan berpedangnya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, tiga bulan sudah berlalu semenjak Yuan mengetahui kemampuannya dan dua roh alam telah ia miliki. Berdasarkan perkiraan Krisan dua roh lagi tidak akan mudah, untuk itu Yuan harus berlatih lebih keras lagi untuk menaklukkan roh api dan roh tanah. Keduanya merupakan roh yang kuat, apalagi roh api terkenal dengan temperamennya yang mudah marah. Karena itulah Krisan memberi saran untuk memaksimalkan kemampuan angin dan air sebelum berburu roh api dan tanah. Yuan memanggil angin, dan mulai menyerang R
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.