Pedang dari kristal hitam menusuk Yuan dari belakang. Yuan terbatuk dan mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. Meskipun terluka, Yuan memanfaatkan posisi dirinya yang dekat dengan ayahnya untuk melakukan pemurnian. Semua kristal hitam keluar dari tubuh ayahnya. Sorot mata kosong ayahnya kini kembali, dia memandang Yuan yang telah terluka parah.
“Yuan, apa yang terjadi? Darah, kau terluka.” Raja Edward panik melihat Yuan terluka.
“Syukurlah, ayah sudah sadar,” balas Yuan masih berdiri sambil menahan luka di perutnya. Luka tusukan pedang yang menembus dari punggung hingga perutnya.
“Ternyata benar, kekuatan pemurnian. Kau harus kubawa ke duniaku!” seru bayangan hitam yang kini terpisah dari ayahnya.
“Ayah merunduk,” teriak Yuan, dengan gerakan tangan dia mengendalik
Yuan berlatih pedang bersama Ren, kemampuan berpedang Ren bisa dibilang cukup bagus, dia bisa mengimbangi semua gerakannya. Menangkis, menyerang, mengelak, gerakannya sangat bagus. Jika mereka dalam suatu pertandingan, kemungkinan Ren yang akan menang. Archilles yang memperhatikan keduanya cukup puas dengan latihan berpedangnya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, tiga bulan sudah berlalu semenjak Yuan mengetahui kemampuannya dan dua roh alam telah ia miliki. Berdasarkan perkiraan Krisan dua roh lagi tidak akan mudah, untuk itu Yuan harus berlatih lebih keras lagi untuk menaklukkan roh api dan roh tanah. Keduanya merupakan roh yang kuat, apalagi roh api terkenal dengan temperamennya yang mudah marah. Karena itulah Krisan memberi saran untuk memaksimalkan kemampuan angin dan air sebelum berburu roh api dan tanah. Yuan memanggil angin, dan mulai menyerang R
Seperti biasanya pagi itu Yuan sudah mengenakan baju latihannya. Di tempat latihan Ren sudah menunggu. Setelah melakukan pemanasan, Yuan berlatih bersama Krisan sang Sylph. Ren berlatih pengendalian petir bersama ayahnya.Rasa iri sedikit dirasakan Yuan saat melihat kedua ayah dan anak berlatih bersama, terlihat menyenangkan.Yuan menggabungkan angin dan pengendalian air. Dia membuat tornado dengan angin lalu menaikkan air di sela-sela angin. Air dibuat memadat dan dapat menyerang dengan ribuan jarum saat tornado berputar. Serangan yang mematikan jika saja jarum itu lebih tajam dan kuat.Yuan merasa masih perlu membuat air yang mampu menembus benda keras. Dia bereksperimen dengan air ditangannya, dibuat lebih keras, sayangnya air tetap rapuh. Satu-satunya hanya membuatnya menjadi es. Es cukup tajam untuk menyerang dan menjadi jarum atau tombak.Yuan masuk ke dalam air kali ini dia bersama Marina, membuat es di permukaan air untuk pijakan lalu menaik
Yuan menceritakan saat Razen membawanya masuk ke dalam hutan dan melewati gerbang. Rasanya hanya lewat saja tidak ada sensasi apapun waktu itu. Lalu saat dia kabur dari hutan tempat Razen berada dia sudah ada di Red Ruby. Cerita Yuan menarik perhatian Ratu Erina, dia menyimak baik-baik.“Kalau ada gerbang seperti ini menuju dunia bawah akan sangat berbahaya,” ucap Ratu Erina.“Dunia bawah?” tanya Yuan. Dia penasaran dengan dunia itu. Dunia yang dihuni makhluk yang saat ini bersarang di tubuhnya.“Ya, sudah berabad-abad lamanya pintu dimensi dunia bawah ditutup. Semua itu karena pengaruh kontaminasi yang bisa menular ke bangsa kristal warna. Mereka tidak mau wabah dunia bawah juga menyebar di dunia atas,” jawab Ratu Erina.“Boleh bertanya, apa ada raja kegelapan di dunia bawah?” Yuan memberanikan diri menanyakan hal ini.“Ya, raja kegelapan, dia pemimpin dunia bawah. Meskipun nanya sepertin
Kedua bola angin itu menerjang Razen. Tepat satu senti sebelum benar-benar menghantam tubuhnya bola angin itu berhenti. Razen yang awalnya memejamkan mata mulai membuka matanya. Tatapan mata Yuan kepadanya, tatapan sayu dan lembut. “Dia memang raja kegelapan yang sebenarnya, dia tidak akan menyakitiku salah satu rakyatnya,” batin Razen. Rasa senang dan keinginan menjadi salah satu orang yang siap mati demi sang raja, apapun yang terjadi. Dia ingin menjadi pengikut raja, raja kegelapan yang sangat dinantikan seluruh rakyat dunia bawah. “Rajaku, aku tahu kalau kau tidak akan melukaiku. Aku percaya kalau kau ...,” ucapan Razen terhenti saat melihat Yuan membalik badannya berjalan ke arah gerbang dimensi. Tangannya menyentuh salah satu simbol huruf kuno dan simbol itu bersinar. Cahaya berwarna kuning dila
Yuan terbangun di kamarnya pada dini hari, matahari masih bermalas-malasan menampakkan diri. Dia mengingat kembali kejadian kemarin, tangan yang menyentuh tanah tandus itu masih terasa. Dalam hati kecilnya ada perasaan nyaman dengan tempat itu. Ada keinginan untuk kembali lagi ke dunia bawah. Segera dia tepis pikiran itu, itu bukan dunianya. “Krisan,” panggil Yuan. Roh angin itu keluar dalam wujud makhluk kecil seukuran telapak tangan Yuan. Pakaian dan rambutnya berwarna putih dengan sepasang sayap berbentuk bulan sabit. “Pangeran, Anda memanggil saya?” “Ya, apa kau pernah ke dunia bawah? Seperti apa dunia bawah yang dulu?” Yuan memandang makhluk kecil yang duduk di kusen jendela. “Sangat indah, waktu i
Krisan memandang Yuan lekat-lekat, dia berusaha mengingat sesuatu yang terlupakan. “Hari itu aku mengingatnya dengan jelas, raja keempat menemuiku, dia ingin melepaskan rantai di kakiku namun gagal. Kekuatannya tak mampu menggores rantai yang membelengguku. Lalu dia minta maaf dan kembali ke permukaan,” ucap Krisan, ada keraguan dalam ucapannya dia seperti masih menimbang-nimbang kebenaran. “Raja keempat menghilang dan sampai hari ini itu sudah 200 tahun yang lalu,” sahut Yuan. Dia mengambil secarik kertas dan menuliskan urutan raja pertama hingga keempat. Krisan terbang dan melihat coretan Yuan di atas kertas. “Kau benar, ada yang salah. Dalam ingatanmu harusnya saat ini masih masa raja keempat,” Krisan memperhatikan tulisan Yuan dan berpikir. “Apa kau tidak ingat sesuatu seperti ada yang membuatmu tertidur atau menghapus ingatan?” tanya Yuan karena tidak mungkin roh angin lupa begitu saja. “Raja keempat, dia menemuiku. Ku
Yuan berlatih bersama Krisan dalam wujud manusianya. Ia sangat pandai menggunakan pedang ganda. Ren dan Yuan menyerang Krisan bergantian, keduanya membuat formasi menyerang dan bertahan. Ren menggunakan barrier untuk bertahan dan elemen petir untuk menyerang sedangkan Yuan menggunakan air untuk bertahan dan menyerang. Penguasaan elemen air Yuan mulai berkembang, dia secara leluasa menggunakan air dalam berbagai variasi. Kadang dibekukan, dicairkan bahkan dibuat menjadi kabut untuk mengecoh lawan. Waktu berlalu begitu cepat, kabar tentang kepulangan pangeran pertama terdengar di telinga Yuan. Saat itu Yuan tidak bisa berkonsentrasi dia terus saja melihat ke arah gerbang. Hingga serangan Krisan luput dari pengamatannya. Tubuh Yuan terhempas dan berguling di tanah. “Kau tidak apa-apa?” tanya Archilles yang segera memeriksa keadaan Yuan.
Yuan segera bangkit saat teringat dengan janjinya. Dia mengenakan pakaian biasa, kaos, celana dan jaket. Setelah itu segera menuju ke gerbang utama, sepanjang jalan Yuan terus memikirkan tentang dirinya yang bukan anak kandung. Rasanya memang pantas jika ayahanda memperlakukan dirinya dan kakaknya berbeda, karena mereka memang berbeda. Yuan bukan lah anak dari Raja Edward jadi sangat wajar jika sang raja tidak menyayanginya sepenuh hati. Saat melihat Rainsword yang sudah menunggu, ditepisnya semua kegalauannya. Untuk apa dipikirkan jika masih ada kakak yang begitu menyayanginya. Ia berlari ke arah kakaknya. “Kamu kangen sekali dengan kakak ya,” ucap Rainsword mencubit pipi Yuan dengan gemas. “Iya donk, kangen banget. Jadi mau ke mana sekarang?” “Jalan-jalan saja, sudah lama tidak melihat Silverstone.” Mereka memilih berjalan kaki, melewati ramainya penduduk yang sedang beraktifitas. Tidak ada yang memperhatikan mereka berdua. Keduanya sengaja
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.