Beranda / Romansa / Complicated Marriage / Ervan Mulai Berulah

Share

Ervan Mulai Berulah

Penulis: Fani Kons
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jika saya tidak bisa mendapatkanmu, maka tidak ada orang lain yang bisa memilikimu."

Aku masih kesal jika teringat dengan ekspresi wajah Ervan ketika mengucapkan kalimat itu. Senyum licik dan suara jumawanya membuat isi perutku bergejolak, muak dan juga mual. Jika memuntahkan semuanya bisa membuatnya sadar, maka hal itu sudah aku lakukan sedari tadi. Namun, orang seperti ini tidak akan peduli dengan apa yang aku lakukan di depannya. Dia hanya fokus dengan apa yang akan menjadi tujuannya.

Pikiranku melayang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Disaat semua hal yang berkaitan dengan pernikahan sudah disiapkan oleh Ibu dan Ayah, dia dengan santainya datang hanya untuk membatalkan semuanya.  Tidak ada masalah sebelumnya, bahkan tidak ada pertengkaran diantara kami. Namun, dia dengan tega membawa kabar duka bagi keluargaku. Pernikahan itu tidak jadi dilaksanakan. Ibuku menangis sepanjang hari, sedang Ayahku hanya diam di tempatny

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ega
masalah lagi, kiara ini bego atau apa sih... kenapa gak cerita sama bima coba...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Complicated Marriage   Omong Kosong Ervan

    "Kiara." Panggilan itu membuat kepalaku reflek menoleh ke samping. Tubuhku menegang ketika tahu bahwa suara lantang itu adalah milik suamiku. Dengan tenaga yang masih tersisa, kudorong tubuh Ervan hingga dia mundur beberapa langkah dari posisi awal. Keringat dingin mulai membanjiri dahi, ketika kulihat kedua tangan Pak Bima yang sudah mengepal. Kakiku mulai bergetar hebat, terasa lemas dan sedikit berat jika digerakkan. Lelaki bermata sipit itu berjalan mendekati kami, bibirnya tersenyum kecut, sedangkan tatapan matanya menghunus tajam kepada kami. Dia meraih lenganku kemudian berjalan memutariku. Setelah puas dengan apa yang dia lakukan, tatapan matanya beralih kepada orang yang saat ini ada di sebelah kananku.Andai saja semua kejadian ini adalah skenario dari sebuah sinetron, aku pasti sudah memohon ampun sambil mengatakan bahwa apa yang dilihat oleh suamiku, tidak lah seperti apa yang dia pikirkan. Jangankan untuk meminta maaf kepadanya, untuk sekadar

  • Complicated Marriage   Mabuk!

    "Tidak. Kamu hutang penjelasan kepada saya, Kiara!" Rahangnya mengetat dengan sorot mata tajam bagai harimau kelaparan, aku sampai menundukkan kepala ketika melihat tatapan sadis yang dia tunjukkan, dia seperti ingin menelanku bulat-bulat. Dalam sekali hentakan, Pak Bima memundurkan badannya lalu menginjak pedal gas sekuat yang dia bisa. Badanku terlempar ke depan tatkala mobil ini melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Aku reflek memejamkan mata karenai takut. Meski saat ini kami sedang melintas di jalan tol, akan tetapi bayangan akan kejadian buruk, melintas begitu saja di dalam kepalaku. "Pelan-pelan, Pak." "Kenapa, Ki? Kamu takut?" Suaranya lirih, bahkan hampir tidak terdengar karena kalah dengan raungan yang dikeluarkan oleh mobil ini. Aku mengangguk cepat. Bahkan hatiku berdesir tidak tenang karena memikirkan kemungkinan terburuk dari nasib kami. "Buka matamu, Ki!" titahnya padaku. Aku menggeleng. "Tidak, Pak." "Kenapa, Ki? I

  • Complicated Marriage   Pulang

    "Ki, nanti jadi pulang ke rumah Bapak Ibumu?" Pak Bima bertanya lirih ketika aku membetulkan dasi yang saat itu sedang dia kenakan.Aku mendongak ke atas, melihat wajah tampannya yang kebetulan juga sedang menatap ke arahku."Heem. Kan, kemarin sudah kasih tau Ibu," jawabku mantap."Hmmm." Dia berdehem panjang, sepertinya sedang menyusun kalimat yang tepat untuk menanggapi ucapanku. Sorot matanya teduh, tetapi menyiratkan sebuah keraguan."Kenapa, Pak?" Klise memang, tapi hanya dari kata tanya itulah, aku bisa mendapatkan jawaban atas keraguan yang saat itu sedang dia rasakan."Enggak apa-apa, sih, Ki. Saya cuma ..."Aku tersenyum simpul, kemudian mengusap pelan lengannya. "Keraguan apa yang Bapak simpan?""Tidak ada." Dia membalas senyumku.Aku memegang dada kanannya, merasakan detakan di dalamnya. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak

  • Complicated Marriage   Ceraikan saja Kiara

    Aku masih tidak mengerti dengan suasana yang tercipta di ruang makan ini. Semua mata tertunduk, fokus pada makanan yang ada di atas piring mereka masing-masing. Aku sempat melirik ke samping, mencari tahu apa yang saat ini sedang dilakukan oleh suamiku. Wajahnya sedikit pucat dengan raut wajah yang agak tegang. Aku menyempatkan diri untuk tersenyum di tengah suasana yang tidak mengenakkan ini. Ekspresi ketakutan dari Pak Bima membuat hatiku tergelitik, meski aku sudah berulang kali mencoba untuk abai terhadap wajahnya."Uhuk huk huk." Pak Bima tersedak. Dia memukul-mukul dadanya sambil memasukkan air ke dalam mulutnya. Melihat dia minum dengan begitu brutalnya, aku jadi ikut panik. Tanganku terulur ke samping, berusaha untuk ikut memijat bahunya. Namun, bukan pijatan yang sampai ke bahu Pak Bima, tapi suara denting gelas yang beradu dengan lantai ruangan.PYAAR !Pak Bima terkesiap, kemudian membungkukkan badan untuk

  • Complicated Marriage   Kena Tanggungnya

    "Ceraikan saja, Kiara, jika nyatanya hubungan kalian hanya mendatangkan sebuah luka. Saya tidak butuh menantu yang rela mati hanya demi sebuah senyum. Namun, yang saya butuhkan adalah menantu bertanggung jawab, yang bisa menghidupi dan melindunginya, termasuk melindungi senyum yang tercetak di wajahnya."Kalimat sarkastik yang diucapkan Ayah barusan membuat bibir Pak Bima terkatup rapat. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi kemudian menundukkan pandangannya. Dinginnya ruangan akibat hujan, semakin membuat suasana di dalam sana menjadi semakin tegang. Diam yang diciptakan oleh Pak Bima membungkus ruangan, hingga hening muncul untuk melengkapi suasana tersebut.Ayah berdehem pelan setelah ikut berdiam diri selama beberapa saat. "Kiara adalah satu-satunya anak perempuan yang saya miliki. Jika keberadaannya membebanimu, atau mungkin keberadaanmu membuat dia tidak bisa berkembang, maka kembalikan dia kesisiku." Suara Ayah nampak sedikit berget

  • Complicated Marriage   Ngangkang

    Pak Bima mendesah pelan. "Yah, Ki. Tanggung." Aku menoleh ke samping, muka Pak Bima tampak sedikit memelas. Dia mengiba kepadaku sambil memohon agar aku mau menahan sakit yang disebabkan oleh dorongannya. Namun, pikiranku yang sudah kalut karena menahan perih tidak bisa untuk diajak diskusi. Aku lebih memilih untuk tidur memunggunginya dan berharap semoga petang segera beranjak pergi. ****Pagi hari saat adzan subuh berkumandang, mataku berkedip karena merasa ada sesuatu yang menempel di sana. Pak Bima tersenyum setelah melihat kedua mataku terbuka lebar. Bibir pink merekahnya ternyata baru saja mendarat di kedua manik mata milikku. "Pagi, Kiara. Mimpi apa semalam?" tanyanya lembut. Dia mengesampingkan poni yang menutupi mata bagian kananku. "Mimpi dipatok ular," jawabku asal. "Ular? Ular cobra? Atau ular apa?" Dia pura-pura terkejut. "Ularmu!" Aku mencibir lalu b

  • Complicated Marriage   Jangan dekati, Anakku!

    Setelah masuk ke dalam kamar, aku merebahkan diri di atas kasur. Pikiranku melayang, merasa ada yang janggal dengan kejadian yang baru saja kutemui di lantai satu. Putri haus dan Pak Bima ada di sana. Jika memang haus, kenapa tidak ambil minum melalui dispenser yang ada di lantai dua? Lalu, Jika memang hanya ingin mengecek kegaduhan yang ada di dapur, kenapa harus berjalan mengendap-endap seperti maling? Namun, untuk apa mereka melalukan itu? Bertemu secara diam-diam, ketika semua penghuni rumah sudah mulai tidur. Ada urusan apa mereka? Bukanlah sebelum ini mereka tidak saling mengenal?Pak Bima membalikkan badannya, kemudian memeluk mendekap perutku dengan kencang."Tidur!" perintahnya dengan mata yang sudah terpejam."Bentar lagi.""Nunggu apa? Kamu enggak ngantuk?""Belum.""Tidur, Ki. Dua hari lagi kita nikah." Dia mengingatkan tentang pernikahan di KUA yang akan kami

  • Complicated Marriage   Putri

    POV BIMASudah beberapa hari ini hatiku selalu merasa tidak tenang. Diam-diam aku menghubungi seseorang yang pernah memorak porandakan hatiku. Pikiranku selalu membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Jika suatu saat dia kembali, apa yang harus aku lakukan? Sedangkan sekarang, aku sudah memiliki seorang istri yang begitu cantik.Jujur, aku tidak berkeinginan untuk kembali kepadanya. Hanya saja, ada urusan yang belum selesai diantara kami berdua. Jika benar dia memiliki seorang anak berdarah Nawasena, maka aku akan bertanggung jawab kepadanya, apapun itu konsekuensi yang harus aku jalani.Pagi ini kegamangan kembali menyusup ke dalam hatiku. Bagaimana tidak, jika orang yang selama ini aku cari, ternyata aku temui di rumah mertuaku sendiri. Setelah tadi malam aku bisa tersenyum bahagia bersama dengan Kiara, pagi ini aku harus dikejutkan dengan kedatangannya.Aku tau persis, bahwa Kiara sengaja tidak mau membuk

Bab terbaru

  • Complicated Marriage   Kebenaran (I)

    "Baik,Ki. Aku akan pergi dari sini."Aku membenamkan kepala ke dalam dekapan Pak Bima. Rasa muak yang sudah kutahan beberapa waktu terakhir ini, akhirnya tumpah setelah melihat batang hidung milik Putri. Aku tidak menyangka bahwa dia memiliki nyali yang besar untk datang ke rumah ini."Duduk dulu, ya. Kamu butuh minum untuk meredakan emosimu."Jika biasanya aku selalu membantah perkataan Pak Bima, kali ini aku turuti semua saran darinya. Hal ini aku lakukan bukan karena aku ingin membuat Putri cemburu, tapi lebih kepada rasa lelah yang mengungkung hati dan juga pikiranku. Jujur, aku sudah capek dengan segalanya. Jika Pak Bima ingin menuntaskan semuanya saat ini juga, maka aku sudah menyiapkan hatiku."Minum dulu, Ki." Dia menyodorkan segelas air bening kepadaku. "Tarik napas dalam-dalam, kemudian keluarkan pelan-pelan."Pak Bima berjalan memutariku, kemudian memposisikan diri tepat di samp

  • Complicated Marriage   Usir Dia dari Sini!

    Aku menangis setelah berada di dalam kamar. Setiap kali membahas tentang Putri, rasa sakit akibat cemburu ini tidak bisa dikendalikan. Aku selalu terbayang bagaimana dulu Pak Suami menjamah tubuh Putri dan kini aku pun pernah melakukannya bersama dengan Pak Bima. Rasa-rasanya aku seperti sedang berbagi raga dengan sahabat baikku sendiri dan saat ingatan itu muncul, dadaku terasa begitu sesak."Ki, Kiara, jangan marah. Kita bicarakan baik-baik masalah ini, Ki." Pak Bima mengetuk pintu kamar dengan keras.Aku menutup kedua telingaku menggunakan telapak tangan. Suara dari Pak Bima mengetuk hati. Membuat rasa sakit yang bersemayam di dalam sana, menjalar dengan cepat ke seluruh tubuhku."Kiara, saya minta maaf jika saya selalu mengecewakanku. Saya salah, tapi untuk kali ini biarkan saya menjelaskan semuanya kepadamu." Dia menaikkan ritme ketukan pada pintu kamar ini."Kiara." Dia memanggil namaku dengan suara

  • Complicated Marriage   Putri dan Bubur Ayam

    Sudah tiga hari ini aku berdiam diri kamar. Rasa sakit dan kecewa akibat kebohongan Pak Bima, masih terpahat rapi di sudut hatiku. Aku sudah berkali-kali menafikkan semua pikiran negatif tentang dia dan juga Putri. Namun, semakin kutolak, pikiran jelek tersebut semakin terpatri di dalam pikiranku.Aku beranjak dari kasur menuju meja rias. Setelah beberapa kali mengamati, ternyata wajahku lebih cocok dikatakan mirip Alien dari pada seorang wanita yang sedang patah hati. Mukaku terlihat sangat kuyu dengan tatapan mata sendu dan manik yang berkantung karena kurang tidur.Aku tidak tahu bagaimana keadaan Pak Bima setelah dia terjatuh dari tangga 3 hari yang lalu. Setelah aku masuk ke dalam kamar, aku tidak lagi mendengar panggilan darinya. Bisa jadi saat ini dia sedang meringis kesakitan, atau justru sedang tertawa karena dirawat oleh Putri. Ah, sial! Pikiranku selalu saja lari ke sana. Sadar atau tidak, ada rasa iri dan kesal ketika teringat akan sosok Putri. Kepolosan ya

  • Complicated Marriage   Jatuh dari Tangga

    Bima PoV'BRAK'Aku mengusap dadaku perlahan, gebrakan pintu di balik sana membuat jantungku melompat dari tempatnya."Telan semua alasan dan juga rahasiamu! Saya tidak butuh dan bahkan tidak peduli dengan segala hal yang berkaitan dengan kehidupanmu!" Kiara kembali berteriak dari dalam kamar tidur. Suara melengkingnya membuat hatiku hancur. Aku tidak menyangka bahwa kesalahpahaman ini ternyata membuat dia semarah ini kepadaku.Dengan dada yang masih berdegub kencang, aku mulai beringsut mundur. Rasanya percuma aku berdiri terpaku di depan kamar seperti ini, sebab sekeras apapun aku berusaha untuk meyakinkan, Kiara tetap tidak akan mempercayaiku.Aku duduk termenung dengan kedua tangan menyangga kepala. Rasa sakit yang tadi bersemayam di dalam hati, kiri merembet naik ke kepalaku. Denyutan demi denyutan menjalar dari pelipis naik ke ubun-ubun. Jika seluruh bagian yang ada di kepalaku ini bisa berteriak, pasti ruangan ini sudah gaduh den

  • Complicated Marriage   Kiara Marah

    Sejujurnya aku masih tidak menyangka, bahwa ternyata dua orang yang paling aku percaya tega membiarkanku larut dalam ketidaktahuan. Aku kecewa dan tentunya marah kepada mereka. Dulu ketika Putri datang ke rumah dalam keadaan hamil dan meminta perlindungan, aku beserta dengan orang rumah membuka lebar pintu rumah kami, sebagai tempatnya untuk bersandar dan berpulang. Aku tidak tahu siapa orang yang tega memperlakukan Putri dengan cara yang tidak baik, merenggut kesuciannya, lalu meninggalkannya begitu saja tanpa sebuah kejelasan. Putri pun selalu bungkam ketika kami menanyakan siapa orang brengsek yang berani menghamilinya dan tidak mau bertanggung jawab, atas bayi yang ada di dalam kandungannya. Tiga tahun sudah dia memendam semuanya sendirian, dan hari ini semuanya terbongkar. Aku akhirnya tahu bahwa si bejat tidak bertanggung jawab itu adalah Pak Bima, suamiku sendiri. Dengan hati yang sudah terkoyak dan jantung yang detakannya patah-patah, aku mencoba

  • Complicated Marriage   Kiara, Maafkan Saya!

    Aku mengumpulkan seluruh tenagaku yang masih tersisa kemudian mendorong kuat-kuat tubuhnya yang masih mendekapku. Sebelum rasa nyaman menguasaiku, sebelum hatiku mulai melemah lagi, aku harus bisa menjauhkan diriku darinya."SAYA MAU PULANG!" Aku kembali membentaknya."Iya, Ki, iya. Kita pulang sekarang." Pak Bima menjawab bentakanku dengan begitu sabar. Suaranya lembut, seperti seorang Ayah yang sedang menghadapi anaknya yang sedang tantrum.Aku berjalan beberapa langkah di depan Pak Bima. Ku percepat langkahku agar dia tidak bisa menyejajarkan posisi kami. Pak Bima berulang kali menggaungkan namaku di koridor hotel, tapi tidak satupun panggilan darinya yang aku respon. Hatiku sudah terlalu sakit dan juga kecewa, tubuhku juga kembali menggigil. Hal ini bukan karena hawa dingin yang mulai menyusup kulit, tapi lebih kepada amarah yang sudah terlalu susah untuk dikendalikan.Pandangan mataku mengarah lurus ke depan tapi tatapan mataku kosong. Jaket yang tad

  • Complicated Marriage   Saya Mau Pulang!

    Tanganku gemetar tatkala memutar handle pintu kamar. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Pak Bima dan Putri bisa setega ini kepadaku. Kemarin aku sudah bertanya baik-baik perihal hubungan mereka. Namun, mereka sama-sama mengatakan bahwa sebelumnya tidak saling mengenal. Aku mencoba untuk berlari, menjauh sebisaku dari kamar hotel yang saat ini sedang aku tempati. Kejadian ini mengingatkanku pada keputusan yang dibuat oleh Ervan beberapa tahun yang lalu, sama-sama menyakitkan dan sama-sama mengandung sebuah kebohongan. Ah... Tapi setelah dipikir ulang, aku rasa kebenaran ini berkali-kali lebih menyakitkan dari pada apa yang pernah Ervan lakukan terhadapku. Aku bukanlah orang yang mudah menjatuhkan hati kepada orang lain, begitu pula terhadap Pak Bima. Namun, setelah aku mempercayainya dan menyerahkan seluruhnya kepada Pak Bima, dia tega berbohong bahkan menyembunyikan sesuatu yang sangat penting dariku, dari istrinya sendiri.Benarkah mereka pernah berhubungan? Jika iya, apa

  • Complicated Marriage   Tragedi Menyesakkan di Lembang

    "Ki, jangan lupa bawa jaket yang tebal, kalau perlu yang banyak deh." Pak Bima melirikku sekilas, kemudian fokus kepada benda kotak yang ada di dalam genggamannya. "Lebay amat! Emang kita mau liburan ke kutub?" Aku menjulurkan lidahku. "Dih, dikasih tau malah ngledek! Besok kalau sampai di sana kamu menggigil kedinginan, saya ceburin ke empang sekalian!" Pak Bima menatapku sengit. "Yakin nih mau nglempar saya ke empang?" Aku beranjak dari posisiku, kemudian berjalan mendekat ke arahnya. "Ya iya lah. Biar tau rasa kamu!" Dia melengos, bibirnya mengerucut ke depan. "Ahh ... Yakin?" Aku naik ke atas kasur, kemudian merangkak mendekatinya. Kebetulan siang ini aku sedang memakai kemeja tanpa motif dengan ukuran oversize, sehingga membuat Pak Bima bisa dengan mudahnya melihat isi kaosku. "Masa sih Bapak tega lemparin saya ke empang?" Dengan posisi seperti orang merangkak,

  • Complicated Marriage   Datang Bulan

    "Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq." Suara lantang milik Pak Bima menggema dengan mantap di langit-langit gedung ini. Aku tersenyum simpul ketika melihat raut wajah leganya setelah mengucapkan kalimat sakral itu. Meskipun ini bukan kali pertamanya dia menerima Ijab dari Ayah, tetapi rasa tegang itu tetap saja melekat padanya, ketika dia melafalkan kalimat kabul."Saahhh?" tanya Pak Penghulu"Saahhhhhh." Riuh sahutan dari saksi dan tepuk tangan mereka membuat debaran yang ada di dalam hati kami mereda.Aku mencium tangannya dengan perasaan bahagia, sedangkan dia mengecup keningku dengan perasaan suka cita. Kali ini kami benar-benar menjadi suami istri yang sah, baik sah secara agama ataupun negara.Setelah proses ijab kabul selesai, aku dan Pak Bima duduk di depan para tamu. Sebenarnya tidak ada acara yang 'wah' untuk pernikahan kami, hanya saja Ayah memintaku untuk mengadakan peng

DMCA.com Protection Status