Beranda / Romansa / Cintaku Terhalang Status / 54. Paket Pembuka Rahasia

Share

54. Paket Pembuka Rahasia

Penulis: Teha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-21 12:22:57
"Besok aku mulai bekerja di perusahaan Papa," ujar Erick bersemangat sewaktu kami pulang dan tiba di dekat rusun.

"Oh, bagus lah, Rick! Semoga kamu betah ya, sukses buatmu," harapku tulus dengan senyuman merekah di bibirku.

Sebuah berita bagus bahwa Erick bukan lagi seorang mahasiswa yang masih hidup bergantung pada orang tuanya. Memang ia bekerja di perusahaan ayahnya, tapi yang namanya bekerja tetaplah bekerja. Yang penting ia sungguh melakukan tugasnya sebagaimana mestinya, bukan sekadar leha-leha dan memakan gaji buta.

"Ya dibetah-betahin lah, mau bagaimana lagi. Jadi aku nggak akan bisa lagi sering-sering nemuin Ricky. Tapi jangan khawatir aku pasti transfer uang bulanan untuk anakku."

"Makasih banyak, Rick. Aku sangat menghargai itu."

Begitulah seharusnya rumahtangga yang ideal; ada suami dan istri dengan peran masing-masing. Suami bekerja, dan istri mengurus rumah serta anak-anak, bukan seperti situasiku sekarang yang menjadi orang tua tunggal, harus mengurus anak dan menca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cintaku Terhalang Status   55. Suara dan Wajah Itu

    "Nak Velo masih ingatkah hari pertama kita berjumpa?" tanya Bu Berta seusai aku duduk di sampingnya. "Nggak akan pernah lupa, Bu!" jawabku mantap. Bahkan setelah sekian tahun aku tak pernah akan melupakan hari itu. Pengalaman pedih di hari itu berubah menjadi memori menghangatkan hati karena aku berjumpa dengan Bu Berta. "Siang itu si Selvi entah kenapa kambuh manjanya, kolokan. Lagi hujan deras begitu dia pingin mie rebus, sementara persediaan mie instan di rumah habis. Lalu dengan bujuk rayunya yang manis di bibir dan sedikit manja, akhirnya Ibu terusir dari rumah saat hujan deras karena harus pergi ke warung," tuturnya serius. Wanita itu tampak tersenyum sambil geleng kepala. "Kesal juga Ibu sebenarnya kala itu, anak kok nyuruh-nyuruh emaknya pergi ke warung pas hujan deras, hah! Tapi demi anak Ibu yang baru sembuh dari sakit, akhirnya Bu Ber pergi juga ke warung buat beli mie. Eh, nggak tahunya Bu Ber malah ketemu Nak Velove yang juga sedang hujan-hujanan," paparnya sembari men

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Cintaku Terhalang Status   56. Empat Mata

    "Mama, Mama ... kue!" Terdengar suara Ricky berseru. Anakku muncul dengan sepotong donat di tangannya, dan dia berada di gendongan si ankel ... lagi-lagi. Di tangan Mas Vincent juga ada sekotak donat dalam tas plastik. "Donat, Ricky, dooonaaat!" Bu Berta memberi tahu anakku nama spesifik dari kue yang sedang dimakannya. "Donat," cicit anakku mencoba menirukan kata baru yang diajarkan oleh sang oma. "Nah, pintar!" puji Bu Berta dengan raut wajah begitu bangga. "Kue, Mama, kue!" seru anakku lagi. "Yah, balik lagi!" sesal Bu Berta. Lucu memang tingkah Ricky. Mau donat kek, lapis legit, tart, bolu, roti mandarin, dll, buat dia semuanya kue, bahkan setelah diberi tahu kata yang tepat untuk itu. Biarlah, yang penting dia tahu itu makanan enak. "Mas, tadi ada paket buatmu, aku yang terima. Nih!" ucapku kepada Mas Vincent seraya menyerahkan paket bersampul coklat itu ke tangannya. "Makasih, Ve. Memang sudah saya tunggu," sahutnya menerima benda berbentuk kotak itu. Sejenak ia mengamat

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Cintaku Terhalang Status   57. Kisah Pilu

    "Walaupun sampai umur tiga puluh empat tahun ini aku belum menikah, bukan berarti aku tidak mengenal yang namanya cewek," tutur Mas Vincent memulai kisahnya. Aku menggaruk kepalaku, bingung bagaimana harus mengantisipasi penuturan pria ini akan seperti. Katanya mau ngomongin tentang kami berdua, eh, kok sepertinya ia malah akan menceritakan tentang perempuan-perempuan lain? "Cinta monyetku waktu SMP, pas SMA pernah pacaran sekali, terus kuliah aku pernah pacaran dengan ...." Tuh, kan, bener! "Iya, iya, aku percaya banyak cewek yang mau sama kamu, Mas. To the point aja deh," potongku sewot. Kok malah jadi nyeritain sejarah percintaannya dari SMP sih? Nggak sekalian dari SD atau TK? Pria itu nyengir kuda, memamerkan barisan giginya yang rapi dan terawat. Jadi ingat si jeruk mandarin. "Baiklah, yang terakhir saja, ya. Yang terakhir itu sekitar sepuluh tahun lalu, aku kenal dengan seorang perempuan bernama Bella. Orangnya cantik, lembut, penyayang," tutur pria itu mulai serius. Tern

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Cintaku Terhalang Status   58. Kekuasaan Tersembunyi

    "Tapi pada kenyataannya Mas Vincent tidak berhenti setelah Ricky lahir," ucapku sedikit menuduh. Habis mau bagaimana lagi, kenyataannya memang seperti itu. Ia tak berhenti mengikuti dan memperhatikan kehidupanku. Pria itu menghela napas dalam-dalam. "Benar, Ve. Niat awalku adalah berhenti setelah anakmu lahir. Namun, saat aku melihat bayi Ricky yang tampan tapi tampak lemah dan butuh dilindungi, aku jatuh sayang kepadanya, hingga rasanya aku ingin bisa terus melihatnya, memastikan ia tumbuh dengan baik," tuturnya membuat alasan. Hmm, semua berawal dari Ricky. Sejak dia masih di dalam perutku, saat ia telah lahir, hingga Mas Vincent mulai mendekatiku, Ricky juga yang seolah mengantarkannya untuk mendekatiku. "Apalagi setelah aku tahu kamu bercerai dari suamimu, aku merasa sangat tidak rela jika anak itu mengalami kesulitan di masa awal kehidupannya, jadi aku terus memastikan melalui Bu Berta bahwa kalian dalam kondisi baik, tidak kekurangan apapun." Tetanggaku itu terlihat sangat

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-25
  • Cintaku Terhalang Status   59. Berhenti Bersikap Konyol!

    Sejak hari itu aku berusaha menghindari tetangga 203. Kuputuskan lebih baik aku tidak berurusan dengannya. "Sudah masak, Ve? Aku buat spaghetti kesukaan Ricky," ucap Mas Vincent riang saat melihatku di depan pintu pada suatu siang. "Aku sudah punya lauk, Mas, makasih. Lagian nggak baik kalau anakku makan mie terus," tolakku seraya beranjak memasuki rumah tanpa memberi pria itu perhatian lebih. "Baiklah," sahutnya pasrah. Aku sempat melihat ekspresinya yang sedikit kecewa sebelum aku menutup pintu. 'Salah nggak sih sikapku ini?' batinku sedikit merasa bahwa sikapku jahat. Aku menyandarkan punggung di pintu. Padahal Mas Vincent bukannya memberikan spaghetti untuk anakku setiap hari. Dia paham anakku butuh nutrisi untuk tumbuh jadi ia tak pernah hanya memberi Ricky karbohidrat, bahkan biasaya ia mencincang sedikit sayuran untuk dicampurkan ke spaghetti yang ia masak itu. Hanya saja kupikir jika aku bersikap kurang ramah padanya, lama-lama pria itu akan sadar juga dan menjauhiku. Da

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-27
  • Cintaku Terhalang Status   60. Sebelum Terlambat

    Berencana untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan dengan seseorang lebih gampang di angan ketimbang di pelaksanaan.Entah gengsi, takut ditolak, atau malu, sering kali menghambat seseorang melakukan niat baik ini.Kalau aku sendiri lebih kepada bingung bagaimana harus memulainya, garing nggak sih kalau aku yang sebelumnya bersikap dingin tau-tau senyam senyum dan berakrab ria dengan Mas Vincent. Sakit hati nggak ya, dia, karena sikapku kemarin?Tapi yang namanya niat baik, jangan cuma disimpan di pikiran, mengendap di hati lalu jadi busuk. Itu mesti dieksekusi sampai sukses dan tujuan tercapai, baru kita bisa bernapas lega dan tersenyum dengan ikhlas.Makanya sedari pagi aku sudah lirak-lirik, celingak-celinguk, kalau-kalau tetangga 203 nampak. Aku sudah menyiapkan senyuman terbaikku dan sederet kata untuk menyapa dan mengajaknya berbicara.Namun, sepertinya niat baik itu masih harus di-pending.Begitu bangun aku sudah membuka pintu dan menilik pintu sebelah. Tapi sampai jam delapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Cintaku Terhalang Status   61. Terima Kasih Karena Kau Mencintaiku

    Tubuh Mas Vincent yang sedari tadi tegang kini mulai rileks. Lengan kirinya melingkar di punggungku, dan tangan kanannya mulai membelai kepalaku. "Kalau harus mati besok pun, aku rela," gumamnya dengan suara rendah, namun cukup keras untuk kudengarkan. Alangkah kagetnya diriku mendengar ucapannya ini. Baru juga ketemu dan dia dalam keadaan baik, malah ngomong hal yang begitu menakutkan. "Mas!" seruku dengan kepala mendongak menatap wajahnya, "Kok malah ngomongin mati sih? Aku masih khawatir kalau kamu kenapa-napa, kamu malah ngomongin mati!" "Hehehe," kekehnya geli. "Iya, iya, Velove-ku sayang, Mas Vincent-mu nggak akan mati sekarang kok, tenang saja. Dan kamu boleh memeluk aku sampai puas, gratis nggak pakai bayar." "Syukurlah," lirihku dengan senyum puas. Leganya setelah mendengar ucapannya barusan. Ah, pelukan gratis lagi! Tapi kali ini aku tidak salah peluk. Aku kembali menyandarkan kepalaku di dadanya. Mataku sempat terpejam menikmati momen ini, bibirku mengulaskan senyuman

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03
  • Cintaku Terhalang Status   62. Bucin

    "Wah, wah, sepertinya ada yang sudah berbaikan nih," lontar Bu Berta saat aku dan Mas Vincent tiba di 201. "Bukan cuma berbaikan, Bu," timpal Mas Vincent dengan cengiran lebar di wajah gantengnya. Aku sendiri hanya bisa tersenyum malu. Perhatian Mas Vincent beralih ke anakku. "Ricky!" panggilnya penuh rasa sayang. Pria itu berjongkok dan merentangkan kedua lengannya lebar-lebar. "Ankel!" pekik Ricky. Bocahku berlari dan menghambur dalam dekapan ankel kesayangannya. "Walaah, ternyata malah sudah ... begini!" Bu Berta membuat kedua jari telunjuknya saling berhadapan, lalu menggerakkan ujungnya naik turun seperti sedang mengait sesuatu. Pacaran maksudnya! "Uh, gerah banget, Bu Ber, haus nih, minta minum ya," seruku seraya ngeloyor ke dapur, mencari air minum, sekaligus menghindari pertanyaan wanita itu. Biar Mas Vincent saja yang jawab, dia kan pria, aku sebagai wanita ikut saja. Kudengar suara tawa mereka berdua dengan obrolan yang terasa seru. Seulas senyum tercipta di bibirku, d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-03

Bab terbaru

  • Cintaku Terhalang Status   Catatan Penting Nggak Penting

    Dear Pembaca, Terima kasih banyak Kakak sudah membaca buku ini sampai selesai. Atau kalaupun Kakak sekadar pingin tahu, apa yang ditulis author di akhir novel, boleh lah, saya tidak akan spoiler isi atau ending cerita Velove di sini. Hehe. Awalnya saya tidak berniat untuk menulis catatan ini, tapi sepertinya perlu juga ya, mengingat novel ini adalah novel galau judul. Haha. Akhirnya judul yang saya gunakan untuk novel ini adalah "Cintaku Terhalang Status". Bahkan covernya saya ganti. Huhu Sedikit sedih, karena saya sebenarnya sangat menyukai gambar wanita berbaju merah yang pertama saya gunakan untuk sampul novel ini. Tapi setelah saya pertimbangkan lagi, melihat background gambar yang cukup gelap, saya berpikir untuk menggantinya dengan gambar yang lebih terang, maka terpilihlah gambar wanita berbaju biru yang saat ini saya gunakan di sampul novel ini. Untung masih cantik ya. Kalau saya pakai foto saya sendiri sebagai sampul, pasti nggak jadi cantik, karena saya kan manis, seper

  • Cintaku Terhalang Status   88. (Bab Terakhir) Bahagia Bersama

    "Ini serius, Dok?" Aku terpana menyaksikan hasil USG kehamilanku. Rasanya sulit berkata-kata. "Benar, Bu. Selamat ya, bayinya kembar." Dokter Rini, dokter kandungan yang menangani kehamilanku, menyelamati kami. "Pi ..." Aku melirik suamiku yang tersenyum lebar. "Bagus dong, minta satu malah dikasih dua," candanya dengan cengiran lebar. Aku yakin ia memahami perasaanku, makanya ia mencoba menetralkannya dengan gurauan.Ada sedikit keraguan di dalam benakku, karena aku harus membawa dua nyawa lain bersamaku. Apakah aku sanggup melakukannya?Dan demi meyakinkanku bahwa semua bisa berjalan lancar, kami berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Rini. Ia memastikan bahwa kondisiku dan janinku sehat. "Apakah saya bisa melahirkan secara normal, Dok?" tanyaku, berharap kelahiran anak kembar masih membawa kemungkinan persalinan normal. Bila mungkin, aku tak ingin perutku dibelah."Tentu saja bisa. Yang penting kondisi ibu sehat, bayi sehat, tidak mustahil untuk melahirkan normal. Tapi kalaup

  • Cintaku Terhalang Status   87. Keluarga Kecilku

    Kami masih tinggal di rumah Papi selama dua minggu, serta bolak balik ke rusun. "Sudah, kalian tinggal di sini saja, biar Mami ada teman," desak Mami suatu kali. Duh, gimana ini? Nggak enak mau nolak, tapi nggak mungkin juga dituruti. Sebaik apapun mertuaku, aku dan mas Vincent pingin tinggal di rumah kami sendiri."Nggak bisa dong, Mi, rumah kami 'kan sudah susah-susah dibangun, masa nggak ditempati?" protes Mas Vincent kepada ibunya. Mami cemberut. "Kami akan sering ke mari kok, Mi, tenang saja ya. Kami nggak akan lupa sama Mami dan Papi," ujarku, barulah Mami tenang.Rumah baru kami dalam proses mendapatkan sentuhan akhir, dan kami mulai mengisinya dengan perabotan. Setelah sebulan semuanya beres, kami pindah dan mulai tinggal di sana. "Kamu suka nggak sama hasil akhirnya, Sayang?" tanya suamiku saat kami bertiga, bersama Ricky tentunya, bercengkrama di halaman belakang. "Suka banget, Mas," jawabku riang, "Ricky juga." Hasil akhirnya rumah kami memang mirip dengan rumah Papi

  • Cintaku Terhalang Status   86. Kembali ke Rusun

    Ingatanku melayang ke hari sebelumnya. Aku dan Mas Vincent mengucapkan janji suci, bertukar cincin, serta acara resepsi bersama keluarga besar kami yang begitu menghangatkan hati. Aku juga mengingat tentang suamiku yang ternyata tak pandai bernyanyi, foto-foto bersama, hingga aku mengenakan gaun pengantin bak princess pilihan suamiku, dan berdansa bersamanya.Tak lupa pula aku sempat berdansa dengan Papi, dan menemukan bahwa sebenarnya ia adalah bapak mertua yang sangat baik. Lalu .... "Astaga!" pekikku bagai tersambar petir.Secara mendadak aku bangun dan terduduk di ranjang. "Semalam kan ... aaaiiiihh ...." keluhku penuh penyesalan.Semalam aku sudah terlalu lelah untuk berpikir bahwa itu adalah malam pengantin kami. Aku malah tertidur sebelum suamiku sempat bergabung di ranjang, bahkan aku tidur terlalu nyenyak sampai pagi, ah, bukan, sampai siang begini. Saat kulirik jam di dinding sudah sekitar jam delapan pagi. Kesal pada diriku sendiri, aku menghempaskan kembali punggungk

  • Cintaku Terhalang Status   85. Sifat Asli Papi

    "Kamu lihat di sana ... si tengah ...," ucap suamiku, menarik perhatianku untuk sejenak mengalihkan pandangan dari wajah tampannya. Mas Vincent sedikit menolehkan kepalanya ke kanan. Aku melihat adik iparku, Vina, sedang berdansa bersama suaminya. Kami berdua pun saat ini ada di tengah ruangan, saling memeluk dan menggenggam tangan, berdansa meski gerakan kami tidak jelas, hanya berputar-putar dari tadi. Kami saling memandang sambil cengengesan.Si Papi yang punya ide agar kami mengadakan pesta dansa juga di malam resepsi. Duh, bapak-bapak satu ini ... sudah tidak tahu lagi aku mesti ngomong apa. "Vina?" tanyaku pada Mas Vincent. Ia mengangguk."Mereka sangat serasi bukan?" tanyanya meminta pendapatku."Iya, Mas. Cocok banget, cantik dan ganteng," timpalku menyetujui.Ketiga anak Papi dan Mami berpostur tinggi. Vania, aku sudah tahu sebelumnya. Kalau Vina, baru hari ini kami bertemu. Postur mereka mirip, wajahnya tentu berbeda, dan pembawaan mereka berbeda. Vania bisa tampil tomboy

  • Cintaku Terhalang Status   84. Kejutan di Pesta Pernikahan

    "Velove, sudah siap?" Satu suara bernada ramah menanyaiku.Ibu mertuaku tampak tersenyum menatapku, sembari menyandarkan sisi tubuhnya ke ambang pintu. Aku tersenyum melihatnya dari pantulan cermin."Kurang sedikit, Tante Mona, sabar ya," sahut Mbak Niken, MuA yang mendandaniku hari ini. "Ciamik benar makeup-nya, Ken, kamu memang juru rias profesional, sudah cucok lah untuk dandanin artis," komentar Mami memuji kerabatnya itu."Menantu Tante yang dasarnya cantik, makeup dikit saja langsung cetar membahana badai halilintar gemuruh ombak di lautan," sahut Mbak Niken sok dramatis. "Hahaha." Kedua wanita itu tertawa kompak. Aku setengah mati menahan diri agar tidak terbahak karena khawatir makeup-ku akan luntur jika terlalu banyak berkeringat. Mbak Niken adalah sepupu Mas Vincent, anak dari kakak tertua Mami. Ia sengaja diminta untuk makeup-in kami. Kata Mami makeup-nya bagus, dan karena masih keluarga sendiri kami bisa dapat diskon.Dasarnya sudah perias profesional sih, mukaku sukses

  • Cintaku Terhalang Status   83. Kerepotan

    Meskipun ini bukan kali pertama aku menikah, apa yang aku alami sekarang sangat berbeda dengan apa yang aku lalui sewaktu bersama Erick. Situasi kami saat itu memang hanya memungkin untuk mengadakan acara pernikahan sederhana, yang penting resmi. Maklum lah, kami 'kan kawin lari. Benar-benar nekat! Kadang masih sulit percaya, aku yang polos bisa melakukan hal segila itu. Sedangkan dengan Mas Vincent kali ini, meskipun katanya sederhana dan hanya akan mengundang keluarga, persiapan untuk calon pengantin sama ribetnya dengan mereka yang mengundang banyak orang di hajatan mereka. "Senin, kita fitting baju, Ve." Demikian kata Mas Vincent satu hari sebelumnya. Aku menatapnya keheranan. "Loh kok? Harus fitting baju juga, Mas?" tanyaku sedikit memprotes. "Memangnya kamu mau nikah pakai baju apa? Daster?" tanyanya balik, sedikit meledek. Hmm, iya juga sih. Setidaknya kami harus pakai baju khusus, bukan sekadar kebaya sederhana seperti yang kukenakan di hari pernikahanku dengan Erick dulu

  • Cintaku Terhalang Status   82. Perencanaan

    "Pokoknya kita buat acara besar-besaran, lebih besar daripada saat Kangmas batal menikah dulu, dan laksanakan secepatnya saja." Papi mengeluarkan ultimatumnya setelah kami semua berkumpul untuk membicarakan pernikahanku dan Mas Vincent. Bu Berta, serta beberapa orang kepercayaan Papi dan Mas Vincent juga hadir. Awalnya kami berpikir untuk mengajak ibu panti untuk hadir juga, namun Bu Wiwin menolak. "Sudah, kalian saja yang rencanakan. Ibu pokoknya ikut meramaikan dan membantu mengerjakan apapun jika dibutuhkan nanti," kata Bu Wiwin. Kalau dipikir-pikir hal ini bijaksana juga, kasihan Bu Wiwin juga ibu panti yang lain kalau harus terlalu repot dengan urusan kami. Apalagi panti berada di tempat yang cukup jauh dari sini. "Baiklah, yang penting Ibu datang untuk memberikan restu pada kami berdua, ya," pinta Mas Vincent yang datang bersamaku. "Pasti, Mas, jangan khawatir," cakap Bu Wiwin sembari tersenyum ramah. Ia berjanji akan datang bersama ibu panti yang lain, juga beberapa anak.

  • Cintaku Terhalang Status   81. Kesabaran Itu Pahit, Namun Buahnya Manis

    Dukungan yang kami dapatkan bukan hanya dari Vania. Si anak tengah di keluarga ini, Vina, juga menyatakan siap membantu kami untuk meyakinkan sang ayah. Walau tak bisa datang langsung ke mari, ia menyempatkan diri untuk menelepon dan berbicara dengan ayahnya. "Sorry, ya, Kangmas, Papi masih sulit diyakinkan. Sampaikan ke Mbak Velove, aku akan mencoba bicara dengan Papi lagi nanti," ucap Vina di seberang sambungan telepon, melaporkan hasil pembicaraannya dengan bapaknya. Berbeda dengan Vania yang memanggilku hanya dengan nama, Vina menambahkan embel-embel 'Mbak' di depan namaku. Sebenarnya aku merasa sedikit canggung, karena meskipun aku menjalin hubungan dengan kakak mereka, dan kemungkinan besar akan menjadi kakak ipar mereka juga, mereka sebenarnya lebih tua dariku. Si bungsu saja hanya terpaut tujuh tahun usianya dari Mas Vincent. Sedangkan aku sebelas tahun lebih muda dari calon suamiku. "Mungkin kamu belum terbiasa saja, Ve. Belajarlah menerima kenyataan bahwa kamu akan meni

DMCA.com Protection Status