Share

Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai
Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai
Author: Bertha

Bab 1

Author: Bertha
Pada hari Tamara Raveena memutuskan untuk bercerai, ada dua hal yang terjadi.

Pertama, cinta pertama Carlos kembali ke negara ini. Demi menyambutnya, Carlos menghabiskan puluhan miliar untuk memesan kapal pesiar dan menghabiskan dua hari dua malam yang penuh gairah bersama wanita itu di sana. Berita tentang mereka yang akan kembali bersama pun menyebar di mana-mana.

Kedua, Tamara menerima undangan dari seniornya untuk kembali ke perusahaan yang dulu mereka dirikan bersama dan menjabat sebagai direktur. Sebulan lagi, dia akan pergi.

Tentu saja, tidak ada yang peduli dengan apa yang akan dia lakukan. Di mata Carlos, dirinya hanyalah pembantu yang menikah dengannya dan menjadi bagian dari Keluarga Suratman.

Jadi, tanpa memberi tahu siapa pun, Tamara menghapus semua jejak keberadaannya di rumah Keluarga Suratman selama dua tahun terakhir. Dia diam-diam membeli tiket pesawat untuk pergi.

Tiga hari lagi, segala sesuatu di sini tak ada hubungannya lagi dengannya. Dia dan Carlos akan menjadi orang asing.

[ Kirimkan sup pereda mabuk, dua porsi. ]

Ponsel Tamara tiba-tiba menerima pesan masuk. Melihat nada perintah dalam pesan itu, mata Tamara sedikit meredup dan tangannya terkepal.

Sekarang pukul 9.40 malam. Carlos sedang menghadiri pesta penyambutan Verona. Dulu, Carlos tidak pernah meminta Tamara mengantarkan sup pereda mabuk. Jika ingin minum, dia akan meminumnya di rumah. Ini karena dia merasa kehadiran Tamara memalukan dan tidak ingin mengakui keberadaannya.

Jika ini dulu, mungkin Tamara akan senang, mengira Carlos akhirnya mau mengakuinya di depan orang lain. Namun, sekarang ....

Matanya tertuju pada kata "dua porsi". Dia tahu semua ini untuk Verona. Di hadapan cinta sejatinya, dia tentu bisa mengakui bahwa istrinya tidak lebih dari sekadar pembantu rendahan.

Tamara menurunkan tangannya dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sup. Kontraknya dengan Arham tersisa 29 hari. Dia melirik ponselnya, melihat hitungan mundur yang tersisa. Begitu kontrak berakhir, dia akhirnya bisa bebas ....

Selama dua tahun pengorbanan ini, dia tidak mendapatkan sedikit pun ketulusan. Pada akhirnya, harapannya yang terlalu tinggi. Dia ... sudah tidak sanggup mencintai Carlos lagi. Ini bulan terakhirnya. Dia hanya perlu menyelesaikan tugas terakhirnya sebagai seorang "istri".

Di dalam panci, sup panas mendidih, aroma kaldu memenuhi ruangan. Ini adalah keahlian Tamara. Selama dua tahun terakhir, dia telah memasak sup ini berkali-kali untuk Carlos. Tamara melamun, hatinya diselimuti ketenangan yang dingin dan getir.

Setengah jam kemudian, termos yang berisi sup untuk dua orang pun tertutup rapat. Tamara lantas memanggil taksi menuju Hotel Tiger.

Di dalam mobil, Tamara duduk diam. Matanya tertuju pada pesan dari nomor tak dikenal yang masuk pagi tadi.

[ Rara, masih ingat aku? Aku Verona. Aku sudah kembali. Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Meskipun kamu merebut Carlos dariku, kita tetap sahabat. Ayo makan malam bersama nanti! ]

Carlos memang tidak menyebutkan acara penyambutan itu. Tamara mengetahui acaranya justru dari Verona sendiri, yang mengundangnya dengan "tulus".

Melihat setiap kata dalam pesan itu, seolah-olah lawan bicaranya begitu dermawan, Tamara tak kuasa mencibir.

Merebut Carlos? Bukankah dulu kakek Carlos yang memisahkan mereka? Verona bahkan sudah menerima 20 miliar sebagai uang putus dan pergi ke luar negeri. Bagaimana mungkin itu disebut sebagai merebut?

Tamara mengakui bahwa dia pernah serakah dan mengikuti arus yang ada, tetapi dia tidak pernah ikut campur dalam hubungan mereka.

Mengenai sifat Verona yang tulus dan baik hati ini, dulu mungkin Tamara masih akan percaya. Namun, saat mereka masuk SMA, dia baru menyadari bahwa semua itu hanya topeng Verona.

Sayangnya, saat itu sudah terlambat. Tamara telah dijauhi semua temannya, dikucilkan, bahkan ditindas. Setelah itu, dia menyadari bahwa Verona juga ikut andil di balik itu semua.

Banyak teman SMA mereka juga hadir di pesta malam ini, termasuk "teman baik" yang dulu mengkhianati Tamara. Tanpa perlu diragukan, mereka pasti masih berdiri di pihak Verona.

Tamara tidak ingin menghadiri acara itu. Dia tahu itu hanya jebakan. Dia juga tidak ingin melihat wajah teman-teman lamanya yang menjijikkan. Jadi, dia hanya akan mengantar sup dan pergi.

Setibanya di depan ruang privat, Tamara menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, lalu mengetuk pintu.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Bukan Carlos yang muncul, melainkan Verona yang mengenakan gaun putih elegan.

"Tamara, kamu datang juga! Ayo masuk, semua orang nungguin kamu!" Verona tersenyum cerah, riasannya sempurna, seperti seorang tuan putri.

Di lehernya tergantung kalung safir berwarna biru laut. Itu adalah kalung yang Tamara lihat di rumah beberapa hari lalu. Carlos baru saja membelinya dalam lelang dan ternyata itu untuk Verona.

"Nggak perlu, aku cuma antar sup ini," timpal Tamara dengan ekspresi tenang dan nada dingin.

"Tamara, kita cuma nggak ketemu dua tahun, kenapa kamu jadi begitu dingin padaku? Aku saja nggak menyalahkanmu karena merebut Carlos dariku," kata Verona yang menggigit bibirnya dan berpura-pura sedih.

Tamara benar-benar muak dengan akting jalang ini. Dia berniat masuk untuk menaruh sup, tetapi Verona menghalanginya. Tangannya memegang termos itu, lalu ibu jarinya diam-diam bergerak.

"Kalau kamu nggak ingin masuk, biar aku saja yang kasih ke Carlos," kata Verona dengan ramah.

Tamara mengerutkan alis. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi dia memang tidak ingin berlama-lama. Dia lantas menyerahkan termos itu. Dalam hitungan detik, termos itu malah terjatuh.

Tutupnya terbuka, sup panas tumpah ke lantai. Verona langsung melangkah mundur dan menjerit, "Ah! Kakiku! Sakit sekali!"

Jeritan itu langsung menarik perhatian semua orang di dalam ruangan. Carlos segera bangkit dan berjalan ke arah mereka. Sementara itu, Verona mulai menangis kesakitan.

"Tamara, kenapa ceroboh sekali sih? Hal sepele seperti ini saja nggak bisa dilakukan dengan baik!" Suara Carlos dingin dan penuh teguran. Dia berjongkok, lalu melepaskan jasnya yang dibuat secara khusus untuk menyeka kaki Verona.

"Aku ...." Tamara hendak menjelaskan, tetapi Verona segera menyela, "Carlos, jangan salahin Tamara. Aku yang nggak memegangnya dengan baik."

Carlos menatap termos di lantai, mengambil tutupnya, lalu memelototi Tamara. "Tutup ini masih utuh, bahkan nggak ada retakan. Jadi, ini benar-benar tangan Verona yang licin atau kamu sengaja membukanya?"

Tamara menunduk dan tertegun mendengar pertanyaan itu. Termos itu berkualitas tinggi. Kalau jatuh, seharusnya tidak akan terbuka semudah itu. Namun, sekarang tutupnya bukan hanya terbuka, tetapi juga tidak rusak ....

"Aku nggak pernah membukanya. Kalau nggak, mana mungkin aku bisa membawanya ke sini tanpa tumpah?"

"Ngaku saja kalau sengaja, untuk apa berdalih?" Suara Carlos semakin dingin.

Baginya, Tamara hanya wanita yang menggunakan segala cara agar bisa menjadi bagian dari keluarga kaya. Dulu, pasti wanita ini yang menghasut kakeknya untuk menyingkirkan Verona dan membujuk kakeknya agar menikahkan mereka berdua. Jadi, bagaimana mungkin dia memercayainya?

Tanpa berkata apa-apa lagi, Carlos bangkit dan menggendong Verona. Seketika, matanya menangkap kulit kaki Tamara yang juga memerah karena terkena sup panas. Wanita ini juga tersiram, bahkan lebih parah daripada Verona.

Alis Carlos berkerut. Sebuah pemikiran melintas di benaknya, tetapi hanya sesaat. Pada akhirnya, dia tetap pergi. Bukankah itu akibat dari perbuatan Tamara sendiri? Siapa suruh dia ingin mencelakai orang?

Verona yang digendong pun merangkul leher Carlos. Dengan malu dan cemas, dia berkata, "Carlos, Tamara ...."

"Biarkan saja, dia nggak bakal mati. Dia juga bisa ke rumah sakit sendiri," sela Carlos dengan tidak acuh. "Kamu ini model, kakimu nggak boleh terluka sedikit pun."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 2

    Carlos menggendong Verona dan berjalan keluar dengan langkah besar. Saat melewati pintu, bahunya bertabrakan dengan Tamara, membuat Tamara terhuyung dan jatuh ke ambang pintu.Rasa sakit di punggung kaki dan betisnya membuatnya secara refleks menggenggam tepi pintu. Berbagai tatapan dari dalam ruangan tertuju padanya, dari menghina sampai mencemooh ....Namun, Tamara sudah tidak peduli lagi. Dia perlahan berbalik, lalu bersandar pada dinding dan meninggalkan tempat itu dengan susah payah.​ Setibanya di klinik, seorang perawat mengobati lukanya. Saat melihat luka di punggung kakinya, perawat itu terkejut sampai menarik napas. Lepuh di kakinya telah membengkak sepenuhnya, yang terbesar bahkan seukuran roti kecil, sementara yang lainnya seperti untaian mutiara. Sungguh pemandangan yang mengerikan.​"Astaga! Kok bisa sampai separah ini?" tanya perawat itu dengan kaget.​Tamara menahan rasa sakitnya sepanjang jalan, sehingga otot-otot wajahnya menjadi kaku dan tidak mampu menjawab sepatah

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 3

    Carlos terdiam selama satu detik. Bibirnya mengatup rapat, menatap lawan bicaranya, tetapi akhirnya tidak mengatakan apa-apa.Tamara mendengarkan percakapan mereka, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis.Dia adalah istri Carlos, tetapi entah kenapa situasinya terasa seolah-olah mereka barulah pasangan yang sebenarnya dan dia hanya seorang pelakor.Carlos berjalan di depan, sementara Verona mengikuti di sampingnya. Meskipun Tamara tidak menggubris wanita itu, kenyataannya wanita jalang tidak akan berhenti berulah."Rara, kamu pasti sangat sakit ya? Maaf, waktu itu Carlos pikirin karierku, jadi bawa aku duluan ke rumah sakit. Jangan salahin dia." Verona berbicara dengan nada lembut.Tamara menyeringai tipis, lalu berkata dengan nada datar, "Nggak kok. Lagi pula, dalam hatinya, kamu yang paling penting."Dia hanya mengatakan fakta. Namun, di telinga Carlos, itu terdengar seperti sindiran yang menusuk.Dengan nada kesal, dia menegur, "Apa maksud nada bicaramu itu? Memang benar

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 4

    Setibanya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tamara tidak menyalakan lampu di ruang tamu, karena malam ini kemungkinan besar Carlos sedang bermesraan dengan Verona di luar. Pria itu pasti tidak pulang.Setelah mengambil kotak P3K dengan tubuh yang masih terasa sakit, dia perlahan berjalan menuju kamar kecilnya.Dua tahun pernikahan ini hanya sebatas status. Carlos menjaga kesuciannya demi cinta pertamanya, bahkan tidak membiarkan Tamara mendekati kamar utama.Sebenarnya ada bagusnya. Setidaknya, dia tidak perlu membayangkan dirinya pernah disentuh oleh pria itu. Hanya memikirkannya saja sudah membuatnya merasa jijik.Tamara membersihkan luka di siku dan punggung kaki seadanya serta mengoleskan obat. Dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengembalikan kotak P3K ke tempatnya lagi. Dia hanya meletakkannya di nakas, berniat merapikannya besok pagi.Setelah mengganti pakaian dan berbaring, begitu menekuk pinggangnya sedikit, rasa sakit di tulang ekornya membuatnya tak kuasa men

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 5

    Di dalam kamar, Tamara awalnya sudah tertidur. Namun, suara ketukan keras di pintu dan teriakan membuatnya terbangun. Dia mengerutkan alis, menyalakan lampu, lalu berjalan ke pintu dengan kaki pincang."Tam ...." Di luar, Carlos baru saja ingin menggedor lagi dengan keras, tetapi tangannya mengenai udara."Kenapa kamu pulang? Tengah malam begini kenapa gedor-gedor pintu?" Nada suara Tamara tidak ramah, terdengar penuh ketidaksabaran.Melihat sikapnya ini, Carlos semakin marah. Dia langsung meraih lengan Tamara dan berkata dengan penuh kesal, "Kenapa aku pulang? Memangnya salah kalau aku pulang ke rumah sendiri?"Dalam sekejap, ketidaksabaran di wajah Tamara menghilang, digantikan ekspresi yang menunjukkan rasa sakit.Carlos mengira dia ketakutan karena dimarahi dan kembali menjadi sosok yang penurut. Namun, tangan Tamara yang satu lagi justru berusaha menarik tangan Carlos, membuatnya sadar ada yang aneh dengan sensasi di telapak tangannya.Begitu dia melepaskan genggamannya dan meliha

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 6

    Sepanjang malam sampai pagi, Carlos tidak bisa tidur nyenyak. Lambungnya sudah terbiasa dengan perawatan terbaik. Meskipun minum obat, rasa tidak nyaman itu tetap ada.Sebelum alarm berbunyi, dia sudah bangun. Saat hendak keluar kamar, dia melihat Tamara yang baru saja membuka pintu di seberang."Kamu mau ke mana?" tanya Carlos secara refleks."Masak," jawab Tamara datar, lalu menutup pintu dan menuju dapur dengan tertatih-tatih.Carlos terdiam. Biasanya setiap kali dia keluar kamar, sarapan sudah siap. Dia tidak pernah memperhatikan bahwa Tamara sudah bangun sejak pukul 5 pagi untuk menyiapkannya.Melihat langkahnya yang pincang, Carlos akhirnya berkata, "Nggak usah buat sarapan."Tamara menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Selama dua tahun terakhir, dia selalu melayani Carlos. Dia bahkan dipaksa untuk bangun dan memasak saat demam tinggi. Ini pertama kalinya Carlos mengatakan bahwa dia tidak perlu memasak.Dia menunduk, melihat kakinya yang terluka. Dia sempat berpikir ba

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 7

    Tamara mendongak menatapnya, mengepalkan tangan. Heh .... Demi memastikan wanita yang dicintainya bisa makan, pria ini malah memaksa dirinya yang terluka parah untuk masuk dapur. Dia benar-benar meremehkan Carlos. Pria ini bahkan tidak memiliki hati nurani."Kalian nggak bisa pesan makanan dari luar? Restoran juga bisa antar makanan, 'kan? Toh kamu juga nggak kekurangan uang," balas Tamara dengan dingin.Carlos menggigit bibirnya, pandangannya turun ke kaki Tamara sebelum dia mengambil ponselnya. Namun, saat itu Verona menyela, "Aku datang ke sini untuk jenguk Tamara dan masak untuknya. Kalau cuma pesan dari restoran, rasanya kurang tulus, 'kan?""Kalau begitu, kamu yang masak dong?" sahut Tamara dengan tidak acuh."Aku nggak terbiasa dengan dapur di sini. Aku baru saja menjatuhkan piring dan membuat Carlos khawatir." Verona berkedip dengan ekspresi polos."Begini saja, Rara, aku akan membantumu. Aku bisa mengantarkan hidangan, anggap saja aku ikut masak ya?"Senyuman Verona tampak cer

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 8

    Penampilannya yang tampak rapuh dan menyedihkan itu membuat Carlos langsung sadar dan buru-buru maju untuk menenangkan, "Ini bukan salahmu, jangan nangis."Verona terisak pelan. Carlos membantunya duduk di sofa ruang tamu. Suaranya sangat lembut saat menghibur wanita itu.Di dapur, Tamara merasa sangat menusuk hati saat mendengar percakapan mereka. Carlos tidak pernah menunjukkan sikap selembut itu kepadanya.Namun, sekarang dia tidak mengharapkannya lagi. Dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini. Sesudah menstabilkan emosinya, dia kembali memasak.Ternyata perceraian lebih sulit dari yang dibayangkan. Awalnya Tamara mengira Carlos akan langsung menyetujuinya, tetapi sepertinya dia harus mencari cara lain.Pria itu boleh saja tidak mencintainya, tetapi tetap ingin menyiksanya. Semua ini adalah balasan atas keserakahannya pada dua tahun lalu.Di ruang tamu, Verona terus dihibur. Dia bersandar di dada Carlos, menikmati kelembutan pria itu, seolah-olah perasaan Carlos terhadapnya tidak

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 9

    Di depan pintu kamar mandi, Verona menatap pria yang tampak berantakan dengan penuh kekhawatiran. Dia bertanya, "Carlos, kamu nggak apa-apa? Tamara gimana?"Carlos menjawab dengan galak, "Aku nggak apa-apa, mau ganti baju dulu."Verona berpura-pura ingin membuka pintu kamar mandi, tetapi tangannya ditahan oleh Carlos.Pria itu memelototi pintu kaca sambil berujar, "Jangan masuk, wanita gila itu bakal semprot kamu nanti. Aku rasa dia seharusnya dikurung di rumah sakit jiwa.""Tamara pasti nggak sengaja, jangan marah ...." Verona mencoba menenangkan, berpura-pura menjadi penengah, tetapi yang dia dapat justru makian yang lebih kasar dari Carlos.Di dalam kamar mandi, di balik pintu, Tamara bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. Dia duduk di lantai, memeluk lututnya. Bibirnya bergetar, tangannya terkepal erat. Kebencian semakin mengakar.Carlos menjijikkan, begitu juga Verona. Mereka benar-benar pasangan yang serasi dan seharusnya dikunci bersama selamanya.Dia tidak seharusnya ik

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 50

    Tamara menatap pria di depannya dengan penuh kebencian dan menggertakkan gigi sambil menahan diri untuk tidak berkata apa pun lagi.Anjing rabies, maniak, gila .... Semua kata kasar ini rasanya masih belum cukup untuk menggambarkan Carlos. Pintu dikunci rapat. Bahkan dua kunci tambahan juga dipasang. Carlos sendiri berjaga di depan pintu.Tamara hanya menghela napas, lalu berbalik masuk ke kamarnya. Tidak ada gunanya bicara dengan orang gila. Melihat Tamara masuk, wajah Carlos sedikit melunak. Namun tidak lama kemudian, sebuah kotak perhiasan dilempar keluar dari kamar.Carlos menatap kotak itu dengan geram, giginya kembali bergemeletuk. Akan tetapi, dia tidak memungutnya.Mendengar keributannya sudah mereda, Verona yang berada di kamar tamu pun membuka pintu dan keluar dengan hati-hati. Dia memungut kalung itu, lalu melihat ke Carlos yang berdiri di depan pintu dan berkata dengan perhatian, "Carlos ... mungkin kamu salah paham sama Rara? Bagaimanapun, dia cinta sekali sama kamu.""Sal

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 49

    "Kasih saja sama siapa pun yang suka. Aku nggak butuh," ujar Tamara dengan tenang.Carlos hampir gila karena kesal. Dia menatap wajah Tamara, ekspresinya tetap sama tenang, datar, dan dingin. Persis seperti sedang menghadapi orang asing yang tidak punya hubungan apa pun dengannya."Kalau nggak ada urusan, silakan keluar. Aku mau tidur," kata Tamara mengusirnya dengan tegas."Baru jam sepuluh! Mau tidur apaan?!" Carlos membentak."Aku sudah beliin kamu sesuatu, bukan? Apa lagi yang masih membuatmu nggak puas? Hah? Coba ngomong!" teriaknya.Tamara terpaksa mundur setengah langkah. Sikap Carlos saat ini benar-benar seperti hendak memukulnya. Seketika, rasa takut menguar di dadanya.Dipukul saat masih dalam ikatan pernikahan hanya dihitung sebagai kekerasan dalam rumah tangga, bukan penganiayaan berat. Carlos paling-paling hanya akan dipenjara tiga tahun.Saat keduanya masih saling bersitegang, tiba-tiba ponsel Tamara yang tergeletak di atas ranjang berdering. Tamara langsung berlari untuk

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 48

    Mendengar ucapan itu, ekspresi riang di wajah Carlos perlahan memudar. Dia terdiam beberapa detik, lalu mengernyit sambil menatap ke depan. "Aku bukan lagi menghibur dia dan aku juga nggak punya perasaan apa-apa.""Tapi bukankah kalung itu ... kamu beli untuk dia?" tanya Verona dengan menggertakkan gigi.Carlos kembali diam. Kali ini, lebih lama dari sebelumnya. Entah berapa menit kemudian, akhirnya dia membuka mulut dengan canggung, "Aku beliin untuk bantu kamu ganti rugi. Jangan mikir yang aneh-aneh.""Aku sama dia cuma nikah kontrak, dipaksa sama Kakek. Seumur hidup aku nggak akan jatuh cinta sama dia."Kalau sebelumnya Verona mungkin akan percaya kata-katanya, kali ini tidak. Sebab, waktu Carlos menawar kalung mahkota mawar tadi, dia bahkan tidak menanyakan pendapat Verona dan langsung menawar gila-gilaan.Sebaliknya, Carlos bahkan tidak pernah mengatakan hendak membelikannya apa pun. Bukankah sudah jelas sekali perbedaan antara dicintai atau tidak?Sesampainya di kompleks, di dala

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 47

    Di seberang.Carlos mengirimkan pesan dari ponselnya untuk mencari informasi soal barang-barang yang akan dilelang malam ini terlebih dahulu. Karena terlalu fokus, dia sama sekali tidak melihat wajah Verona yang saat itu tampak penuh cemburu dan kesal.Usai makan malam, Carlos mengantar Verona ke tempat pelelangan.Sepanjang perjalanan, Verona masih berpikir optimis. Dia yakin Carlos pasti akan membelikannya sesuatu juga. Soal kalung buat Tamara ... nanti tinggal dia rebut saja.Membayangkan hal itu, sudut bibir Verona terangkat. Dia mengepalkan tangannya pelan dan mendengus dingin dalam hati.Saat lelang resmi dimulai."Verona, gimana menurutmu kalung ruby ini?" tanya Carlos sambil menunjuk katalog ke arahnya.Verona langsung tersenyum malu-malu. Sesuai dugaan, Carlos tidak akan melupakannya. "Warna dan kilaunya cantik sekali, cerah tapi tetap anggun," jawabnya dengan suara manja dan penuh harapan.Carlos mengelus dagunya dan menilai, "Memang terlalu mencolok. Nggak cocok untuk Tamara

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 46

    "Nggak berharga? Hehe, iya benar. Bagimu, semua itu memang nggak berharga." Tamara memelototinya dengan sekujur tubuh yang gemetaran dan menggertakkan gigi.Padahal Verona yang membuang barangnya, tapi Carlos malah menuduhnya perhitungan. Melihat wajahnya yang hampir menangis dan mata berkaca-kaca, Carlos langsung tertegun."Cuma sebuah kalung, 'kan? Kubelikan lagi saja untukmu sebagai ganti rugi," ujar Carlos dengan nada melunak."Aku nggak butuh ganti rugi darimu! Bagiku, seberapa banyak pun uangnya, nggak akan bisa beli nilai kalung itu!" ujar Tamara dengan bibir bergetar, lalu berbalik dengan penuh amarah."Jangan nggak tahu diri! Aku sudah bilang mau bantu Verona ganti rugi, kamu masih mau apa lagi?" Carlos juga mulai emosi dan membentaknya.Yang menjawab hanyalah suara pintu kamar yang dibanting tertutup. Carlos pun semakin marah.Padahal dia belum sempat menegur sikap Tamara selama beberapa hari ini, sekarang malah dirinya yang kena semprot duluan."Carlos, maaf ya, ini semua sa

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 45

    Lima hari yang lalu, Carlos pulang dan kembali bertengkar dengan Tamara malamnya. Dia memarahi Tamara dan menganggapnya malas karena menyuruh Verona yang mengantar makanan. Dia juga bahkan menuduh Tamara bersikap dingin dan tidak membalas pesannya.Namun yang membuatnya terkejut adalah, Tamara tidak membantah satu kata pun. Dia hanya diam dan mendengarkan semuanya tanpa emosi. Justru Verona yang mengambil alih dan mengaku bahwa dirinya sendiri yang ingin mengantar makan.Setelah itu, selama beberapa hari berturut-turut, memang hanya Verona yang datang mengantarkan makanan.Carlos mengatupkan bibirnya. Tamara sudah terlalu lama bersikap dingin dan seenaknya, sampai-sampai dia merasa sudah tak sanggup lagi menoleransinya. Sepertinya dia memang sudah terlalu memanjakan Tamara, hingga perempuan itu kini bahkan tidak tahu lagi bagaimana menempatkan diri.Dengan wajah muram, Carlos berdiri. Dia sudah memutuskan, malam ini dia akan memberi Tamara "pelajaran".Pukul lima sore.Verona lebih dul

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 44

    Resepsionis itu menundukkan kepala dan tidak berani membantahnya. Ihsan yang mengikuti di belakang Verona, memutar matanya dengan sinis saat melihat sikap Verona yang angkuh ini. Bahkan istri sah saja tidak searogan pelakor ini. Hanya saja, entah kenapa Carlos menyukai wanita ini ....Saat ini, di rumah.Tamara sedang sibuk memperbarui dan menyunting CV miliknya. Ada celah dua tahun di riwayat kerjanya. Meskipun dia bisa saja masuk lewat koneksi perusahaan kakak seniornya, tetap saja bagian HR harus menyetujuinya dulu.Ponselnya sudah bergetar tujuh atau delapan kali. Tamara bahkan tidak meliriknya sama sekali.Pasti Carlos lagi. Mungkin terlalu senggang sehabis makan, sekarang dia mulai bertingkah lagi. Marah-marah sambil membela Verona-nya. Memangnya tadi siapa yang nyuruh Verona ngantar makanan? Jelas-jelas dia sendiri yang ngotot ingin pergi.Namun, karena dokumen perceraian sudah diberikan, Tamara pikir seharusnya Verona tidak akan main kotor lagi dengan meracuni makanan lalu menj

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 43

    "Kaget karena lihat aku yang datang ya?" Verona tersenyum, lalu berkata dengan setengah bercanda, "Atau kamu kecewa karena yang datang bukan Rara?"Carlos langsung mengerutkan kening. Tanpa berpikir panjang, dia membantah, "Mana mungkin. Jangan buat aku jijik."Verona tersenyum tipis, lalu melangkah mendekat. Saat itu Carlos menambahkan, "Ngantar makanan itu kewajiban dia. Masa aku pelihara dia cuma untuk numpang hidup? Aku cuma nggak mau kamu capek, kamu nggak seharusnya kerjakan hal begitu.""Aku cuma sekalian lewat saja, kok. Lagi pula, belakangan ini aku nggak ada jadwal peragaan busana, jadi cuma kerja setengah hari," jawab Verona."Taruh saja di meja. Nanti aku suruh asisten antarin kamu ke studio," kata Carlos sambil bangkit menuju sofa."Nggak usah buru-buru, aku temanin kamu sebentar ya," kata Verona sambil tersenyum dan duduk merapat di sebelahnya.Carlos tidak menjawab. Begitu kotak makan dibuka, aroma yang sedap langsung menyebar. Dia mencicipi sesuap makanan dengan hati-ha

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 42

    Carlos masuk dapur, mencoba mengakali sedikit makanan. Nasi sisa diseduh dengan air panas. Jangan salah, rasanya ternyata lumayan juga. Mungkin karena nasi itu dimasak oleh Tamara? Rasanya manis dan harum saat dimakan.Keesokan paginya, saat Tamara bangun lebih awal seperti biasa, dia langsung sadar nasi di penanak nasi tinggal setengah. Dia mengernyit sambil mencoba mengingat.'Apa nasinya terbuang sedikit waktu aku buang lauk semalam ya?'Tamara malas memikirkan lebih lanjut. Karena nasinya tidak cukup lagi untuk dimasak nasi goreng, dia akhirnya menggoreng telur dan sosis.Carlos bangun pagi-pagi demi sarapan. Namun, saat melihat menunya ternyata adalah makanan barat, dia langsung mengernyit. "Kenapa bukan nasi goreng?""Nasinya nggak cukup," jawab Tamara dengan tanpa ekspresi.Carlos terdiam sejenak saat teringat bahwa dia yang menghabiskan nasinya semalam. Dia merasa bersalah, tetapi tidak berani mengakuinya. "Kalau begitu, yang sisa itu tetap masakkin nasi goreng untukku saja."T

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status