Share

Bab 6

Author: Bertha
Sepanjang malam sampai pagi, Carlos tidak bisa tidur nyenyak. Lambungnya sudah terbiasa dengan perawatan terbaik. Meskipun minum obat, rasa tidak nyaman itu tetap ada.

Sebelum alarm berbunyi, dia sudah bangun. Saat hendak keluar kamar, dia melihat Tamara yang baru saja membuka pintu di seberang.

"Kamu mau ke mana?" tanya Carlos secara refleks.

"Masak," jawab Tamara datar, lalu menutup pintu dan menuju dapur dengan tertatih-tatih.

Carlos terdiam. Biasanya setiap kali dia keluar kamar, sarapan sudah siap. Dia tidak pernah memperhatikan bahwa Tamara sudah bangun sejak pukul 5 pagi untuk menyiapkannya.

Melihat langkahnya yang pincang, Carlos akhirnya berkata, "Nggak usah buat sarapan."

Tamara menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Selama dua tahun terakhir, dia selalu melayani Carlos. Dia bahkan dipaksa untuk bangun dan memasak saat demam tinggi. Ini pertama kalinya Carlos mengatakan bahwa dia tidak perlu memasak.

Dia menunduk, melihat kakinya yang terluka. Dia sempat berpikir bahwa Carlos mungkin merasa bersalah atas kondisinya. Namun, detik berikutnya, pria itu menambahkan, "Makan malam juga nggak perlu. Aku akan makan di luar bersama Verona."

Begitu ucapan itu dilontarkan, Carlos langsung pergi tanpa menoleh lagi. Tamara menatap pintu yang baru saja tertutup dan mencibir. 'Haha .... Mana ada rasa bersalah? Aku yang berpikir terlalu jauh.'

Baguslah, dia juga sudah muak melayani Carlos. Setelah tidur sebentar lagi, dia bangun pukul 8 pagi, mengganti perban di tubuhnya, dan menyadari bahwa obat maag di kotak obat hilang.

Tamara mengernyit. Dia juga baru ingat bahwa pagi tadi pintunya tidak dalam keadaan terkunci. Apakah dia lupa menguncinya semalam? Apakah obat maag itu juga sudah lama hilang?

Tamara tidak terlalu memikirkannya. Setelah mengobati lukanya, dia mengambil laptop dan pergi ke ruang tamu. Dia duduk di karpet, lalu menyalakan laptopnya.

Pagi hari, dia masuk ke situs belajar online, mengulang materi kuliah yang pernah dia pelajari. Sore hari, dia berlatih langsung dengan menulis kode pemrograman serta mendesain karakter dan latar di tablet grafis.

Selama dua tahun terakhir, dia dilarang muncul di depan publik. Meskipun pengetahuan teknisnya mungkin agak berkarat, keterampilan menggambarnya tetap bagus. Sesekali, dia menerima proyek freelance untuk mendapatkan penghasilan tambahan dan telah mengumpulkan sejumlah pengikut.

Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa disadari, matahari sudah mulai terbenam. Tamara berdiri untuk menuang air dan hendak memesan makanan, tetapi saat itu juga ada suara di pintu.

Dia menoleh dan melihat pintu terbuka dari luar. Wajah Verona muncul di ambang pintu.

"Rara, aku datang menjengukmu. Kamu sudah baikan?" sapa Verona dengan senyuman lebar.

Di belakangnya, Carlos masuk dengan tangan membawa bahan makanan.

Tamara menunjukkan ekspresi dingin dan langsung berbalik. Sungguh ironis. Kalau bukan karena Verona, dia tidak akan terluka. Sekarang, perempuan itu masih punya muka untuk kemari dan memainkan sandiwara.

"Rara ...." Verona berpura-pura kecewa karena diabaikan.

Carlos langsung mengerutkan kening dan menegur, "Sikap macam apa ini? Verona datang dengan niat baik untuk menjengukmu dan masak untukmu. Jangan nggak tahu terima kasih."

Tamara berbalik dan tersenyum sinis. "Kalian lakukan sesuka kalian. Aku nggak mau makan. Nggak ada nafsu makan."

Dia kembali ke meja ruang tamu untuk membereskan laptopnya. Carlos tampak kesal, tetapi Verona segera menarik lengannya dengan gaya manja.

"Carlos, Tamara masih terluka. Bersikaplah lebih baik padanya. Ayo kita masak bersama, nanti kita ajak dia makan."

Tamara pura-pura tidak mendengar suara manja yang menjijikkan itu dan hendak kembali ke kamar dengan laptopnya.

Setelah Verona membawa bahan makanan ke dapur, Carlos menatap Tamara yang melewati dirinya dan bertanya dengan dahi berkerut, "Kamu pakai laptop untuk apa?"

"Bosan, nonton drama," jawab Tamara tanpa menoleh.

"Kenapa ada papan juga?"

"Sebagai penyangga tangan."

Itu jelas bohong. Sejak kapan penyangga tangan punya kabel data?

Carlos merasakan ketidaknyamanan yang tidak bisa dijelaskan. Tamara menjadi sangat dingin padanya sejak kemarin dan itu membuatnya jengkel.

"Carlos, ayo bantu aku petik sayur," panggil Verona dengan nada manis sambil menjulurkan kepala ke luar.

Carlos menjawab dan segera masuk ke dapur. Tamara mendengar semuanya dari dalam kamarnya. Dia mengejek dalam hati, 'Luar biasa, Carlos akhirnya turun ke dapur juga.'

Dulu, dia yang selalu memasak dan bahkan mengantarkan makanan langsung ke tangan Carlos. Pria itu bahkan tidak pernah membantu.

Jadi, anggapan bahwa pria terhormat tidak memasak hanyalah mitos. Demi wanita yang dicintainya, Carlos tetap bisa turun tangan di dapur.

Meskipun pintu kamar cukup kedap suara, suara Verona masih bisa terdengar jelas, seolah-olah dia sengaja mengeraskannya. Bunyi panci dan alat masak beradu terdengar seperti seseorang yang sedang membuat kekacauan di dapur.

Tamara tidak peduli ada orang luar yang menerobos masuk dan menguasai rumah ini. Dia hanya merasa berisik.

Awalnya, dia ingin melanjutkan menonton video pembelajaran dengan tenang. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan dari dapur.

Tamara menghela napas dengan kesal dan memasang earphone. Namun, sebelum dia sempat memutar video, pintu kamarnya diketuk keras.

"Tamara, keluar." Itu suara Carlos.

Tamara mengepalkan tangannya. Dia sudah memberi ruang untuk mereka berdua, tetapi kenapa masih saja mengganggunya?

Pintu terus diketuk seolah-olah Carlos tidak akan berhenti sampai dia keluar.

Tamara akhirnya berdiri, menarik napas dalam-dalam, dan bergumam dalam hati, 'Tinggal 28 hari lagi. Tahan sedikit lagi ....'

Dia membuka pintu. Carlos langsung berkata, "Kamu yang masak. Verona nggak terbiasa dengan kompor di sini. Dia menjatuhkan piring dan hampir terluka."

Tamara sungguh kehabisan kata-kata. Apa hubungannya dengan dirinya? Piring jatuh dan Verona hampir terluka, lalu kenapa dirinya yang harus memasak?

"Aku juga terluka," jawab Tamara dengan dingin.

Saat itu, Carlos tampaknya baru mengingat kondisi Tamara. Dia menunduk, melihat kakinya.

Tamara mengira pria ini ternyata masih punya hati nurani. Lagi pula, pagi tadi Carlos sendiri yang menyuruhnya untuk tidak memasak. Namun, yang dia dengar justru ....

"Tanganmu nggak terluka. Kamu bisa berdiri dan masak, 'kan?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 7

    Tamara mendongak menatapnya, mengepalkan tangan. Heh .... Demi memastikan wanita yang dicintainya bisa makan, pria ini malah memaksa dirinya yang terluka parah untuk masuk dapur. Dia benar-benar meremehkan Carlos. Pria ini bahkan tidak memiliki hati nurani."Kalian nggak bisa pesan makanan dari luar? Restoran juga bisa antar makanan, 'kan? Toh kamu juga nggak kekurangan uang," balas Tamara dengan dingin.Carlos menggigit bibirnya, pandangannya turun ke kaki Tamara sebelum dia mengambil ponselnya. Namun, saat itu Verona menyela, "Aku datang ke sini untuk jenguk Tamara dan masak untuknya. Kalau cuma pesan dari restoran, rasanya kurang tulus, 'kan?""Kalau begitu, kamu yang masak dong?" sahut Tamara dengan tidak acuh."Aku nggak terbiasa dengan dapur di sini. Aku baru saja menjatuhkan piring dan membuat Carlos khawatir." Verona berkedip dengan ekspresi polos."Begini saja, Rara, aku akan membantumu. Aku bisa mengantarkan hidangan, anggap saja aku ikut masak ya?"Senyuman Verona tampak cer

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 8

    Penampilannya yang tampak rapuh dan menyedihkan itu membuat Carlos langsung sadar dan buru-buru maju untuk menenangkan, "Ini bukan salahmu, jangan nangis."Verona terisak pelan. Carlos membantunya duduk di sofa ruang tamu. Suaranya sangat lembut saat menghibur wanita itu.Di dapur, Tamara merasa sangat menusuk hati saat mendengar percakapan mereka. Carlos tidak pernah menunjukkan sikap selembut itu kepadanya.Namun, sekarang dia tidak mengharapkannya lagi. Dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini. Sesudah menstabilkan emosinya, dia kembali memasak.Ternyata perceraian lebih sulit dari yang dibayangkan. Awalnya Tamara mengira Carlos akan langsung menyetujuinya, tetapi sepertinya dia harus mencari cara lain.Pria itu boleh saja tidak mencintainya, tetapi tetap ingin menyiksanya. Semua ini adalah balasan atas keserakahannya pada dua tahun lalu.Di ruang tamu, Verona terus dihibur. Dia bersandar di dada Carlos, menikmati kelembutan pria itu, seolah-olah perasaan Carlos terhadapnya tidak

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 9

    Di depan pintu kamar mandi, Verona menatap pria yang tampak berantakan dengan penuh kekhawatiran. Dia bertanya, "Carlos, kamu nggak apa-apa? Tamara gimana?"Carlos menjawab dengan galak, "Aku nggak apa-apa, mau ganti baju dulu."Verona berpura-pura ingin membuka pintu kamar mandi, tetapi tangannya ditahan oleh Carlos.Pria itu memelototi pintu kaca sambil berujar, "Jangan masuk, wanita gila itu bakal semprot kamu nanti. Aku rasa dia seharusnya dikurung di rumah sakit jiwa.""Tamara pasti nggak sengaja, jangan marah ...." Verona mencoba menenangkan, berpura-pura menjadi penengah, tetapi yang dia dapat justru makian yang lebih kasar dari Carlos.Di dalam kamar mandi, di balik pintu, Tamara bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas. Dia duduk di lantai, memeluk lututnya. Bibirnya bergetar, tangannya terkepal erat. Kebencian semakin mengakar.Carlos menjijikkan, begitu juga Verona. Mereka benar-benar pasangan yang serasi dan seharusnya dikunci bersama selamanya.Dia tidak seharusnya ik

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 10

    Sesampainya di rumah sakit, dokter yang melihat cedera Tamara langsung menegur, mengatakan bahwa dia tidak menyayangi tubuhnya sendiri. Semua lepuhan di kakinya sudah pecah. Jika sampai infeksi, itu bukan masalah sepele.Tamara hanya menunduk diam, menatap kaki yang merah dan penuh luka itu. Bukan karena dia tak peduli, tetapi ... ada orang yang sejak awal memang tak berniat membiarkannya hidup tenang.Dokter melanjutkan pemeriksaan, menemukan tulang ekor Tamara juga lebam parah, lengannya terluka, dan matanya bengkak karena terlalu banyak menangis. Dia tak mengucapkan sepatah kata pun dan tak ada seorang pun yang menemaninya.Beberapa hal ini membuat dokter mulai berspekulasi. Dokter berkata, "Nanti kita rontgen bagian pinggangmu dan aku bantu proses rawat inap. Untuk sekarang, jangan pulang dulu.""Terima kasih, Dokter." Tamara akhirnya bersuara, suaranya serak dan lemah.Perawat yang membantu mengurus rawat inap. Tamara tidak bisa berbaring telentang, hanya bisa tengkurap di ranjang

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 11

    Carlos membanting pintu dengan keras, lalu berbalik ke dapur menatap makanan yang dia bawa pulang tadi. Semua ini terasa sangat konyol. Setelah itu, dia melemparkan semuanya ke tempat sampah.Dia mengambil ponsel dan mencoba menelepon. Setelah mencoba tiga kali, tetap tidak ada yang menjawab. Saat dia hendak marah, dia baru teringat bahwa ponsel Tamara rusak.Carlos akhirnya tidak melanjutkan panggilan itu. Ekspresinya dingin dan penuh amarah saat kembali ke kamar utama untuk mandi dan bersiap tidur.Terserah wanita itu mau ke mana. Mau mati sekalipun bukan urusannya!Pukul 2 dini hari, di atas ranjang, Carlos terbangun karena perutnya tidak nyaman. Dengan ekspresi penuh kegusaran, dia memanggil, "Tamara, sup pereda mabuk ...."Carlos menoleh ke pintu kamar yang masih terbuka, ternyata posisinya masih sama setelah dibanting tadi. Dia pun menggertakkan giginya, lalu pergi mencari obat maag.Daging panggang tadi terlalu berminyak dan dia hanya makan sedikit. Apalagi, dia juga minum soju.

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 12

    "Ada apa, Carlos?" tanya Verona sambil duduk dan memeluk pinggang dari belakang.Carlos menepis tangannya, berkata dengan suara serak, "Maaf, tadi aku yang kelewatan. Istirahatlah yang baik."Setelah berkata begitu, dia buru-buru turun dari ranjang, hampir seperti melarikan diri dari tempat itu."Carlos! Carlos!" Verona berusaha mengejarnya. Namun, setelah membuka pintu, koridor sudah kosong.Di menggigit bibirnya, tangannya mencengkeram kusen pintu, tatapannya penuh dengan amarah.Di basemen, Carlos masuk ke mobil. Tatapannya masih kosong, hatinya masih belum tenang sejak tadi. Dia memegang keningnya dengan ekspresi penuh penyesalan.Dari sudut mata, dia melihat ke kursi penumpang depan. Di sana masih tergeletak sebuah ponsel baru. Dia segera mengalihkan pandangan, wajahnya tampak bersalah dan canggung.Di kamar hotel, setelah Verona menutup pintu, dia masuk ke kamar mandi. Ketika melihat bekas di lehernya dari cermin, senyuman sinis muncul di wajahnya. Dia memotretnya dan mengirimkan

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 13

    "Cari terus, aku nggak percaya dia bisa hilang begitu saja." Carlos menggertakkan giginya.Ihsan sudah menggunakan segala cara yang dia bisa, bahkan sudah menelepon beberapa kali, tetapi Tamara tetap tidak mengangkat.Ketika dia hampir putus asa, akhirnya satu panggilan berhasil tersambung dan kali ini diangkat."Nyonya! Kamu di mana?" Suara Ihsan terdengar sangat emosional."Kenapa mencariku?" Suara Tamara di ujung sana terdengar dingin."Ini ... soal Pak Carlos ...." Ihsan refleks menjawab, tetapi langsung menahan diri dan mengarang alasan, "Pak Carlos suruh aku cari dokumen, tapi aku nggak bisa menemukannya. Aku mau tanya, tapi Nyonya nggak di rumah. Dokumennya sangat mendesak ...."Tamara sungguh kehabisan kata-kata melihat Carlos. Pria ini sembarangan membuang barang, lalu menyuruhnya mencarinya?"Suruh dia cari sendiri," jawab Tamara dengan dingin."Tapi, Nyonya ... Pak Carlos rapat seharian. Dia sibuk ...." Ihsan pandai memainkan peran, suaranya terdengar tergesa-gesa dan gugup,

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 14

    Setelah semua orang diusir keluar, dokter masuk. Tamara menggigit bibirnya, rasa sakit yang tajam membuat air matanya bercucuran.Suasana di dalam ruang rawat kembali sunyi, hanya isak tangis Tamara yang terdengar. Para pasien lain menatapnya dengan tatapan penuh simpati. Sungguh wanita yang malang."KDRT termasuk tindak kriminal. Aku akan lapor polisi sekarang juga." Perawat yang sudah tak tahan lagi pun mengeluarkan ponselnya.Carlos akhirnya tersadar dan langsung merebut ponsel itu. "Aku nggak bersalah! KDRT apanya! Jangan asal bicara, aku bisa buat kamu kehilangan pekerjaan!" Dia mengancam dengan galak."Tulang ekor pasien retak gara-gara kamu, 'kan?" Perawat itu menatap tajam dan bertanya.Tulang ekor .... Carlos tertegun lagi. Matanya secara refleks menatap ke bagian tubuh Tamara yang mengalami cedera.Pertama kali, dia melempar Tamara ke lantai. Kedua kali, dia mendorong Tamara hingga terjatuh dengan keras. Jangan-jangan ... benar karena itu ....Ketika melihat Carlos terdiam, p

Latest chapter

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 50

    Tamara menatap pria di depannya dengan penuh kebencian dan menggertakkan gigi sambil menahan diri untuk tidak berkata apa pun lagi.Anjing rabies, maniak, gila .... Semua kata kasar ini rasanya masih belum cukup untuk menggambarkan Carlos. Pintu dikunci rapat. Bahkan dua kunci tambahan juga dipasang. Carlos sendiri berjaga di depan pintu.Tamara hanya menghela napas, lalu berbalik masuk ke kamarnya. Tidak ada gunanya bicara dengan orang gila. Melihat Tamara masuk, wajah Carlos sedikit melunak. Namun tidak lama kemudian, sebuah kotak perhiasan dilempar keluar dari kamar.Carlos menatap kotak itu dengan geram, giginya kembali bergemeletuk. Akan tetapi, dia tidak memungutnya.Mendengar keributannya sudah mereda, Verona yang berada di kamar tamu pun membuka pintu dan keluar dengan hati-hati. Dia memungut kalung itu, lalu melihat ke Carlos yang berdiri di depan pintu dan berkata dengan perhatian, "Carlos ... mungkin kamu salah paham sama Rara? Bagaimanapun, dia cinta sekali sama kamu.""Sal

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 49

    "Kasih saja sama siapa pun yang suka. Aku nggak butuh," ujar Tamara dengan tenang.Carlos hampir gila karena kesal. Dia menatap wajah Tamara, ekspresinya tetap sama tenang, datar, dan dingin. Persis seperti sedang menghadapi orang asing yang tidak punya hubungan apa pun dengannya."Kalau nggak ada urusan, silakan keluar. Aku mau tidur," kata Tamara mengusirnya dengan tegas."Baru jam sepuluh! Mau tidur apaan?!" Carlos membentak."Aku sudah beliin kamu sesuatu, bukan? Apa lagi yang masih membuatmu nggak puas? Hah? Coba ngomong!" teriaknya.Tamara terpaksa mundur setengah langkah. Sikap Carlos saat ini benar-benar seperti hendak memukulnya. Seketika, rasa takut menguar di dadanya.Dipukul saat masih dalam ikatan pernikahan hanya dihitung sebagai kekerasan dalam rumah tangga, bukan penganiayaan berat. Carlos paling-paling hanya akan dipenjara tiga tahun.Saat keduanya masih saling bersitegang, tiba-tiba ponsel Tamara yang tergeletak di atas ranjang berdering. Tamara langsung berlari untuk

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 48

    Mendengar ucapan itu, ekspresi riang di wajah Carlos perlahan memudar. Dia terdiam beberapa detik, lalu mengernyit sambil menatap ke depan. "Aku bukan lagi menghibur dia dan aku juga nggak punya perasaan apa-apa.""Tapi bukankah kalung itu ... kamu beli untuk dia?" tanya Verona dengan menggertakkan gigi.Carlos kembali diam. Kali ini, lebih lama dari sebelumnya. Entah berapa menit kemudian, akhirnya dia membuka mulut dengan canggung, "Aku beliin untuk bantu kamu ganti rugi. Jangan mikir yang aneh-aneh.""Aku sama dia cuma nikah kontrak, dipaksa sama Kakek. Seumur hidup aku nggak akan jatuh cinta sama dia."Kalau sebelumnya Verona mungkin akan percaya kata-katanya, kali ini tidak. Sebab, waktu Carlos menawar kalung mahkota mawar tadi, dia bahkan tidak menanyakan pendapat Verona dan langsung menawar gila-gilaan.Sebaliknya, Carlos bahkan tidak pernah mengatakan hendak membelikannya apa pun. Bukankah sudah jelas sekali perbedaan antara dicintai atau tidak?Sesampainya di kompleks, di dala

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 47

    Di seberang.Carlos mengirimkan pesan dari ponselnya untuk mencari informasi soal barang-barang yang akan dilelang malam ini terlebih dahulu. Karena terlalu fokus, dia sama sekali tidak melihat wajah Verona yang saat itu tampak penuh cemburu dan kesal.Usai makan malam, Carlos mengantar Verona ke tempat pelelangan.Sepanjang perjalanan, Verona masih berpikir optimis. Dia yakin Carlos pasti akan membelikannya sesuatu juga. Soal kalung buat Tamara ... nanti tinggal dia rebut saja.Membayangkan hal itu, sudut bibir Verona terangkat. Dia mengepalkan tangannya pelan dan mendengus dingin dalam hati.Saat lelang resmi dimulai."Verona, gimana menurutmu kalung ruby ini?" tanya Carlos sambil menunjuk katalog ke arahnya.Verona langsung tersenyum malu-malu. Sesuai dugaan, Carlos tidak akan melupakannya. "Warna dan kilaunya cantik sekali, cerah tapi tetap anggun," jawabnya dengan suara manja dan penuh harapan.Carlos mengelus dagunya dan menilai, "Memang terlalu mencolok. Nggak cocok untuk Tamara

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 46

    "Nggak berharga? Hehe, iya benar. Bagimu, semua itu memang nggak berharga." Tamara memelototinya dengan sekujur tubuh yang gemetaran dan menggertakkan gigi.Padahal Verona yang membuang barangnya, tapi Carlos malah menuduhnya perhitungan. Melihat wajahnya yang hampir menangis dan mata berkaca-kaca, Carlos langsung tertegun."Cuma sebuah kalung, 'kan? Kubelikan lagi saja untukmu sebagai ganti rugi," ujar Carlos dengan nada melunak."Aku nggak butuh ganti rugi darimu! Bagiku, seberapa banyak pun uangnya, nggak akan bisa beli nilai kalung itu!" ujar Tamara dengan bibir bergetar, lalu berbalik dengan penuh amarah."Jangan nggak tahu diri! Aku sudah bilang mau bantu Verona ganti rugi, kamu masih mau apa lagi?" Carlos juga mulai emosi dan membentaknya.Yang menjawab hanyalah suara pintu kamar yang dibanting tertutup. Carlos pun semakin marah.Padahal dia belum sempat menegur sikap Tamara selama beberapa hari ini, sekarang malah dirinya yang kena semprot duluan."Carlos, maaf ya, ini semua sa

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 45

    Lima hari yang lalu, Carlos pulang dan kembali bertengkar dengan Tamara malamnya. Dia memarahi Tamara dan menganggapnya malas karena menyuruh Verona yang mengantar makanan. Dia juga bahkan menuduh Tamara bersikap dingin dan tidak membalas pesannya.Namun yang membuatnya terkejut adalah, Tamara tidak membantah satu kata pun. Dia hanya diam dan mendengarkan semuanya tanpa emosi. Justru Verona yang mengambil alih dan mengaku bahwa dirinya sendiri yang ingin mengantar makan.Setelah itu, selama beberapa hari berturut-turut, memang hanya Verona yang datang mengantarkan makanan.Carlos mengatupkan bibirnya. Tamara sudah terlalu lama bersikap dingin dan seenaknya, sampai-sampai dia merasa sudah tak sanggup lagi menoleransinya. Sepertinya dia memang sudah terlalu memanjakan Tamara, hingga perempuan itu kini bahkan tidak tahu lagi bagaimana menempatkan diri.Dengan wajah muram, Carlos berdiri. Dia sudah memutuskan, malam ini dia akan memberi Tamara "pelajaran".Pukul lima sore.Verona lebih dul

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 44

    Resepsionis itu menundukkan kepala dan tidak berani membantahnya. Ihsan yang mengikuti di belakang Verona, memutar matanya dengan sinis saat melihat sikap Verona yang angkuh ini. Bahkan istri sah saja tidak searogan pelakor ini. Hanya saja, entah kenapa Carlos menyukai wanita ini ....Saat ini, di rumah.Tamara sedang sibuk memperbarui dan menyunting CV miliknya. Ada celah dua tahun di riwayat kerjanya. Meskipun dia bisa saja masuk lewat koneksi perusahaan kakak seniornya, tetap saja bagian HR harus menyetujuinya dulu.Ponselnya sudah bergetar tujuh atau delapan kali. Tamara bahkan tidak meliriknya sama sekali.Pasti Carlos lagi. Mungkin terlalu senggang sehabis makan, sekarang dia mulai bertingkah lagi. Marah-marah sambil membela Verona-nya. Memangnya tadi siapa yang nyuruh Verona ngantar makanan? Jelas-jelas dia sendiri yang ngotot ingin pergi.Namun, karena dokumen perceraian sudah diberikan, Tamara pikir seharusnya Verona tidak akan main kotor lagi dengan meracuni makanan lalu menj

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 43

    "Kaget karena lihat aku yang datang ya?" Verona tersenyum, lalu berkata dengan setengah bercanda, "Atau kamu kecewa karena yang datang bukan Rara?"Carlos langsung mengerutkan kening. Tanpa berpikir panjang, dia membantah, "Mana mungkin. Jangan buat aku jijik."Verona tersenyum tipis, lalu melangkah mendekat. Saat itu Carlos menambahkan, "Ngantar makanan itu kewajiban dia. Masa aku pelihara dia cuma untuk numpang hidup? Aku cuma nggak mau kamu capek, kamu nggak seharusnya kerjakan hal begitu.""Aku cuma sekalian lewat saja, kok. Lagi pula, belakangan ini aku nggak ada jadwal peragaan busana, jadi cuma kerja setengah hari," jawab Verona."Taruh saja di meja. Nanti aku suruh asisten antarin kamu ke studio," kata Carlos sambil bangkit menuju sofa."Nggak usah buru-buru, aku temanin kamu sebentar ya," kata Verona sambil tersenyum dan duduk merapat di sebelahnya.Carlos tidak menjawab. Begitu kotak makan dibuka, aroma yang sedap langsung menyebar. Dia mencicipi sesuap makanan dengan hati-ha

  • Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai   Bab 42

    Carlos masuk dapur, mencoba mengakali sedikit makanan. Nasi sisa diseduh dengan air panas. Jangan salah, rasanya ternyata lumayan juga. Mungkin karena nasi itu dimasak oleh Tamara? Rasanya manis dan harum saat dimakan.Keesokan paginya, saat Tamara bangun lebih awal seperti biasa, dia langsung sadar nasi di penanak nasi tinggal setengah. Dia mengernyit sambil mencoba mengingat.'Apa nasinya terbuang sedikit waktu aku buang lauk semalam ya?'Tamara malas memikirkan lebih lanjut. Karena nasinya tidak cukup lagi untuk dimasak nasi goreng, dia akhirnya menggoreng telur dan sosis.Carlos bangun pagi-pagi demi sarapan. Namun, saat melihat menunya ternyata adalah makanan barat, dia langsung mengernyit. "Kenapa bukan nasi goreng?""Nasinya nggak cukup," jawab Tamara dengan tanpa ekspresi.Carlos terdiam sejenak saat teringat bahwa dia yang menghabiskan nasinya semalam. Dia merasa bersalah, tetapi tidak berani mengakuinya. "Kalau begitu, yang sisa itu tetap masakkin nasi goreng untukku saja."T

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status