Entah kenapa rasanya sulit sekali merangkai kata untuk novel ini T.T ide tersumbat sedangkan untuk cerita lain saya bisa menuliskan setiap adegan dengan mudah. Walaupun begitu saya akan tetap berusaha untuk menyelesaikannya. Agar bisa fokus pada novel yang lain ;) Semangat untuk diriku
“Presdir, terima kasih ats bantuan anda.” dengan tulus, Yui membungkuk hormat sambil berterima kasih kepada mantan kekasih dan sekarang adalah bossnya— Avery Aiden yang juga merupakan pewaris utama perusahaan ternama Future. Woonie gadis berkaca mata yang sudah bergetar sejak kedatangan wanita kelas atas yang menyerang mereka juga ikut membungkuk. Jika tadi ia gemetaran karena si wanita, sekarang dia bergetar karena bertemu secara langsung dengan sang Presdir. Seseorang yang sepanjang karirnya hanya bisa menyaksikan dari jauh.Aiden memerintahkan mereka untuk tidak perlu membungkuk hormat, “aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan. Aku harus melindungi karywanku dan tetap menjaga nama baik restauran. Kami punya ketentuan, baik pelanggan maupun pelayan yang bekerja di restauran ini perlu mengikuti peraturan tersebut.” Yui mengangguk paham. ia sudah berdiri mematung di tempatnya untuk beberapa menit, menunggu Aiden untuk segera pergi dari sana. Anehnya sang Presdir malah duduk di
Di saat Zhu Yui sang jurnalis ingin menghapus poto yang telah ia ambil, tangannya terhenti. Ia memandangi poto yang ada di dalam kamera itu dengan lama sebelum menarik nafas dalam dan membatalkan niatnya. Ia mengambil gambar sekitar panggung, para tamu beserta berapa fans yang terlihat bersemangat ditambah dengan teriakan mereka yang memenuhi seluruh stadion.Acara berakhir dengan lancar. Semua tamu dan penonton merasa sangat puas. Acara juga berakhir tanpa masalah besar, palingan hanya beberapa masalah kecil seperti asisten para artis yang kerepotan kesana kemari. Yui bisa membayangkan bagaimana wajah zombie Woonie ketika gadis kacamata itu kembali ke hotel nanti.Karena ia bukan staff yang bertugas untuk pelaksanaan acara, Yui bisa kembali ke hotel tempatnya berada lebih dahulu. Awalnya orang-orang hebat dibalik layar ini ingin mengadakan pesta untuk merayakan kelancaran acara, hanya saja hari sudah sangat larut, mereka semua sudah lelah sejak seminggu. Istirahat sehari tidak akan m
Mata terang Aiden bersinar di bawah rembulan, berbanding terbalik dengan kedua manik Zhu Yui yang membesar. Masih belum usai dengan keterkejutannya, Aiden kembali berkata, “Kau tidak salah dengar, aku memang memintamu untuk menjadi istriku. Zhu Yui. Apa kau mau menjadi istriku?"Dengan mulut yang terbuka dan tertutup berkali-kali, Yui kehilangan kata-kata yang tenggelam dalam deburan ombak yang tidak berhenti menyanyikan simfoni untuk mereka.“Bukankah sudah aku katakan kau tidak perlu merasa bersalah?” ujar Yui, akhirnya bisa kembali untuk berucap.Kedua manik terang milik Aiden menatapnya dengan serius, “ini bukan karena rasa bersalah. Aku bersungguh-sungguh saat mengatakan aku ingin mempunyai hubungan yang serius denganmu.” Aiden beralih kembali menatap kosong pada hamparan laut.“Selama delapan tahun ini aku tidak lepas dari bayanganmu. Di mana-mana aku seperti melihat dirimu. Kau benar-benar membuktikan bahwa kau adalah wanita yang tidak bisa untuk dilupakan. Apa kau hantu? ” tan
Hari itu adalah hari pekan budaya sekolah. Semua murid kelas satu hingga kelas tiga Weilai International High School menghias kelas beserta sekolah mereka dengan sebaik mungkin. Acara yang diadakan setiap musim gugur ini adalah fetival yang ditunggu-tunggu oleh semua murid. Bukan hanya murid WISH, tetapi juga murid dari luar sekolah. Karena acara ini dibuka untuk umum. Siapapun boleh datang untuk menyaksikan keseruan festival ini. Biasanya Yui adalah orang yang paling semangat saat acara ini diselanggarakan. Ia akan menjadi orang yang sangat sibuk untuk memastikan teman-temannya tidak ada yang kabur ataupun menghindari festival ini. Ia akan memastikan siapapun menyumbangkan tenaga ataupun pikiran mereka agar kelas X menjadi kelas terbaik. “Yui begitu terobsesi menjadikan keals kita sebagai kelas terbaik tahun kemaren, kenapa tahun ini dia malah berkeluyuran kesana kemari? Dia bahkan tidak peduli lagi apakah aku ikut membantu atau tidak.” Salah satu murid laki-laki di kelas X mengelu
Di tempat dimana ruang klub berada, di dalam ruang menjahit, Zhu Yui beserta beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya, sedang mengahadapi hal tersulit selama hidupnya. Ia tidak berbakat memasak, dan ternyata ia juga tidak berbakat menjahit.Seperti profesional, gerakan tangan gadis bermarga Zhu sudah menjanjikan hal yang luar biasa. Bersama dengan benang berwarna merah, konsentrasinya tidak terpecahkan sejak ia datang. “Sudah selesai!” teriakan Zhu Yui medesak orang-orang yang ada di klub menjahit datang untuk megerubunginya.“Minggir.” Zaon— seorang pria yang merupakan ketua klub sebelumnya dan juga 'guru' yang telah Zhu Yui pilih untuk mengajarinya kemampuan tersembunyi— bersuara dari sisi lainnya. Para anggota lain seketika membukakan jalan untuk sang ketua yang meletakkan crochet buah strawberry setengah jadi yang telah ia kerjakan semenjak beberapa hari lalu. Seperti di film-film, Yui menyerahkan hasil karya kepada sang guru. Berharap ia sudah melewati tahapan demi tahapan s
Cinta kami abadi. Adalah hal yang Yui muda pikirkan. Pikirannya yang masih begitu naïve mengira bahwa apapun yang ada di depan, menghalangi setiap langkah yang mereka lakukan, selama cinta itu masih ada dan abadi, maka mereka tidak akan pernah terpisahkan, kecuali maut semata.“Selesai juga!” Zhu Yui memandangi sulaman di sapu tangan putih yang telah ia buat. Itu mungkin hanya sebuah sulaman sederhana, akan tetapi bagi Yui itu adalah pencapaiannya yang paling luar biasa.“Sudah selesai?” lirik Zaon. “Sini aku lihat.” mantan ketua klub menjahit itu memeriksa hasil karya Yui. “Lumayan. Setidaknya yang ini terlihat lebih baik dari pada yang sebelumnya.” Yui tidak lagi bisa menghitung sudah berapa banyak kain yang telah ia korbankan demi membuat sapu tangan yang ukurannya tidak seberapa ini. Untungnya anggota klub menjahit memberikan dukungan mereka kepada Yui. Ada yang kasihan, namun tidak sedikit pula yang malah bertaruh apakah Yui bisa menyelesaikan sulamannya tepat waktu.“Jadi guru Z
Zhu Yui menopang dagunya dengan telapak tangannya. Duduk jauh dari hiruk pikuk cafe 12-X yang cukup ramai, ia tidak berhenti mengeluh semenjak kedatangannya beberapa menit yang lalu. Beberapa teman sekelasnya yang melihat hanya bisa menggeleng. Zhu Yui mereka sudah berubah, dia bukan lagi si gadis gila yang mereka kenal.Yui berdiri, membiarkan gaun birunya yang cantik bergerak sesuai dengan gerakan yang ia buat. Yui terlihat begitu cantik hari itu, dengan make up tipis beserta rambut yang ditata sebaik mungkin, ia tidak kalah dengam Cinderella yang asli.Sayangnya semua itu berbanding terbalik dengan wajah kusutnya yang tidak kunjung membaik. Ia seperti terpaksa berada di sana. “Hei, jika kau tidak ingin berada di sini, pergi sana.” Mika, yang berpatroli seperti polisi lagi-lagi menjumpai Yui yang kusut.“Bagaimana mungkin aku pergi begitu saja. Aku sudah mengabaikan kalian semua beberapa hari ini, aku tidak mungkin mengabaikan tugasku di sini.” kenyataannya, tugas yang Yui maksud ba
Keadaan di atas atap sangat berbanding terbalik dengan keadaan di bawah sana. Suara keramaian itu teredam bersamaan dengan pintu yang tertutup di belakangnya. Yui mencari tempat yang paling nyaman, sambil menatap jauh, ia membiarkan angin menyengarkan pikirannya, karena jujur saja, Zhu Yui sangat panik mendengar perkataan Hinode barusan. Ia tidak ingin membuat Aiden salah paham, ia tidak ingin membuat Aiden berpikir bahwa Yui mengabaikannya dan tidak peduli lagi padanya setelah Yui menjadi kekasih sang pengeran sekolah.Dengan cepat Yui kembali mengambil ponselnya, membuka kembali kontak Aiden melakukan panggilan.Satu detikDua detikTiga detikYui mendengarkan setiap detik panggilan itu tersambung untuk diangkat oleh seseorang di ujung sana. Sayangnya hingga beberapa saat kemudian, Aiden masih belum mengangkat telepon darinya.Untuk kedua kalinya Yui kembali mencoba, sayangnya yang dia dapatkan adalah hal yang sama. Aiden tidak mengangkat panggilan telepon itu, dan untuk yang ketika