Share

Bab 85

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Bahkan Xavier, asisten Shawn sendiri pun ketakutan menghadapi atasannya.

"Semua petunjuk mengarah ke Kota Sunrise. Kami sudah menggeledah seluruh sudut kota, tapi tidak ada jejak keberadaan Yvonne. Hari ini ada yang menelepon dan mengatakan kalau dia melihat Yvonne di salah satu rumah sakit Kota Sunrise," Xavier melaporkan kepada Shawn.

Hari ini Shawn mengenakan kemeja berwarna hitam, kancing kerah yang dibuka membuatnya terlihat kasual dan tampan.

"Siapkan semuanya," Shawn memerintahkan.

Xavier bertanya, "Pak, kamu mau ikut?"

"Mencari satu orang saja membutuhkan waktu berbulan-bulan. Xavier, kulihat kinerjamu makin bagus." Shawn menyindir Xavier.

Xavier menundukkan kepala. "Aku yakin ada orang yang membantu Yvonne. Berdasarkan kemampuannya sendiri, dia tidak mungkin bisa bersembunyi selama ini. Semua informasi yang diberikan mengatakan bahwa Yvonne berada di Kota Sunrise, tapi kita sama sekali tidak menemukannya. Aku merasa ada yang aneh, kali ini pun informan mengatakan melihat Yvonn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 86

    "Pak Shawn, lama tidak berjumpa." Harvey menyapa Shawn sambil tersenyum.Pencahayaan di dalam ruangan agak redup. Shawn bersandar di sofa sambil menatap Harvey dengan masam. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak isi pikirannya."Ada apa mencariku?" tanya Harvey."Aku dengar Pak Harvey bekerja sama dengan Grup Tera, tapi ... Pak Kenedy selaku direktur membatalkannya?" Shawn bertanya dengan nada yang tenang.Harvey kesal mendengar pertanyaan Shawn, dia tahu semua itu adalah ulah Shawn. Namun Harvey tetap berusaha tenang dan menjawab, "Namanya bisnis, nggak selalu untung.""Wah, Pak Harvey sangat bijak. Kira-kira berapa banyak kerugian yang harus ditanggung karena pembatalan kerja sama?" Shawn tersenyum penuh makna.Harvey mulai lepas kontrol, dia benci melihat Shawn yang menyombongkan diri di hadapannya.Tidak disangka, Shawn datang dengan persiapan. Dia telah merencanakan umpan untuk memancing Harvey."Mau bagaimana lagi? Uang datang dan pergi, tidak perlu terlalu dipusingkan." Harvey

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 87

    Begitu mengetahui kemunculan Shawn, Yvonne mulai mempersiapkan mentalnya."Kamu berencana mengalah?" Yvonne bertanya kepada Harvey."Jangan mimpi!" Harvey bertekad untuk melawan Shawn. "Semakin dia gencar mencari kamu, aku nggak akan membiarkan dia menemukanmu ...."Ketika berbicara, tiba-tiba Harvey menyadari sesuatu. Dia tidak melihat keberadaan bayi Yvonne dan juga Samantha."Di mana Ibu dan anakmu?" tanya Harvey.Yvonne tidak berniat menutupinya. "Tadi malam kusuruh kabir."Setelah beberapa bulan Yvonne tinggal di rumah ini, para pengawal tidak menjaga seketat awalnya. Oleh sebab itu, Samantha dan cucunya berhasil melarikan diri."Kamu nggak memercayai aku?" Harvey menatap Yvonne dengan tajam, dia merasa seperti dikhianati.Yvonne menatap Harvey sambil menjawab, "Bukannya aku nggak memercayaimu, tapi aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Shawn. Bagaimana kalau dia menemukan keberadaanku? Aku nggak takut ditangkap, aku cuma nggak mau anakku disakiti."Itu adalah salah satu a

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 88

    Xavier terkejut, tetapi dia terlambat untuk membantu Yvonne.Melihat Yvonne yang terjatuh dari jendela, Shawn memerintahkan dengan dingin, "Bawa dia!"Setelah selesai bicara, Shawn membalikkan badan dan pergi meninggalkan kamar tersebut.Meskipun terjatuh dari lantai dua yang tidak begitu tinggi, Yvonne mengalami luka ringan. Xavier menyayangkan semuanya, tapi dia tidak mengasihani Yvonne. Bagaimanapun, Yvonne yang duluan membuat Shawn marah.Siapa yang menyuruh Yvonne kabur? Shawn telah mencari keberadaannya selama beberapa bulan.Di bawah, Yvonne meringkuk kesakitan. Sekujur tubuhnya terasa remuk, kakinya perih, dan gemetaran.Xavier memerintahkan pengawal untuk membawa Yvonne. Sama sekali tidak ada empati, mereka menyeret Yvonne dengan kasar.Yvonne tak berdaya, dia tidak sanggup memberontak. Dia hanya bisa pasrah meski diperlakukan dengan kasar.Meskipun kota ini adalah daerah kekuasaan Harvey, Shawn datang dengan membawa banyak orang. Harvey sendiri pun tak berdaya, dia cuma bisa

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 89

    "Tidak perlu memedulikannya." Shawn tetap bersikap dingin, lalu beranjak ke atas.Leah menghela napas panjang, dia tidak berani bertindak tanpa persetujuan Shawn. Walaupun mengasihani Yvonne, Leah tidak berani membantah Shawn. Lagi pula semua orang tahu bahwa Yvonne yang membuat Shawn murka.Wajar saja Shawn marah mengetahui istri kabur dari rumah. Selama beberapa bulan Yvonne menghilang, Jolene mencari cara untuk mendekat Shawn.Meskipun Shawn tidak menghiraukannya, setiap hari Jolene datang berkunjung dan membawakan makanan untuk menyanjung Shawn. Jolene berharap bisa menjadi nona muda di rumah ini.Hari ini Jolene datang seperti biasa, Leah pun sudah terbiasa menghadapinya.Leah menerima makanan yang diberikan Jolene sambil berkata, "Tuan tidak ingin menemuimu. Silakan pulang.""Kamu yang sok tahu atau memang Shawn yang mengatakannya?" Jolene tidak menyerah begitu saja."Tuan selalu memberikan jawaban sama, tidak perlu kutanyakan lagi." Leah tidak sungkan menyerang Jolene.Leah tida

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 90

    "Ke-kenapa ... kamu di sini?" Jolene ketakutan hingga wajahnya memucat."Beraninya kamu menipuku!" Shawn berjalan ke arah Jolene dan langsung menendangnya.Jolene terhempas sejauh beberapa meter, tetapi dia segera bangkit dan merangkak ke bawah kaki Shawn. "Aku nggak menipumu ...."Meskipun Shawn telah mendengar semua, Jolene masih berusaha mengelak. Mengingat bantuan dan cinta satu malam yang dilalui, selama ini Shawn berusaha menahan kebenciannya kepada Jolene, tapi sekarang ... dia ingin melenyapkan wanita ini."Bibi Leah, awasi wanita ini!" Shawn mengeluarkan ponsel dan memerintahkan Xavier untuk mengurus Jolene.Setelah menutup telepon, Shawn tersentak melihat Yvonne yang tergeletak lemah dan hampir kehabisan napas. Shawn langsung berlutut, lalu mengulurkan tangan dan membelai wajah Yvonne sambil memanggilnya dengan suara gemetaran, "Yvonne ...."Shawn tidak menyangka bahwa wanita pada malam itu adalah Yvonne. Hati Shawn sontak terasa remuk. Dia bergegas menggendong Yvonne, lalu b

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 91

    Yvonne masih mengingat jelas kejadian saat Shawn mendorongnya hingga terjatuh dari jendela."Yvonne," Shawn memanggil namanya. "Aku mau tanya, apakah pada tanggal 6 Juli kamu berada di Rumah Sakit Kind?"Yvonne heran mendengar pertanyaan Shawn."Saat itu aku masih bekerja di Rumah Sakit Kind, sudah sewajarnya aku berada di sana." Yvonne bingung, untuk apa Shawn menanyakan keberadaannya pada malam itu?"Apakah benar kamu menggantikan shift Jolene pada malam itu?" Shawn ingin memastikan semua yang dikatakan Jolene.Yvonne menjawab sambil tersenyum kecut. "Benar. Hari itu adalah hari pernikahan kita, tapi kamu nggak pulang ke rumah. Tiba-tiba Jolene meminta bantuanku, jadi daripada sendirian di rumah, lebih baik aku pergi bertugas ....""Kamu bertemu dengan pria yang terluka?" Shawn memotong cerita Yvonne."Bagaimana kamu tahu?" Yvonne mengerutkan alisnya. "Kamu menyelidiki aku?""Jawab saja, tidak perlu banyak tanya."Yvonne mengerutkan bibir, tidak ada gunanya membohongi Shawn, dia tela

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 92

    Shawn terkejut mendengar suara tersebut, dia bergegas membuka pintu ruangan untuk memeriksa keadaan Yvonne.Sesaat pintu dibuka, Shawn melihat Yvonne yang tersungkur di samping tempat tidur. Shawn bertanya sambil mengerutkan alis, "Kamu ngapain?"Shawn buru-buru memapah Yvonne bangun dan lanjut bertanya, "Kamu tidak melihat kondisimu? Masih mau kabur?"Yvonne menggelengkan kepala. Jangankan kabur, untuk berjalan saja tidak ada tenaga. Tak hanya kaki, dadanya juga membengkak dan terasa sakit."Aku mau minum," jawab Yvonne.Shawn baru menyadari bibir Yvonne yang kering dan pecah-pecah. "Biar aku tuangkan.""Shawn, kenapa kamu nggak mau bercerai?" Yvonne berbaring sambil menatap langit-langit.Shawn yang sedang menuang air pun tersentak. Dia sadar bahwa dirinya mulai menyukai Yvonne. Hanya saja, kemarin Shawn tidak mau mengakui perasaannya, ego yang besar membuatnya sulit menerima masa lalu wanita ini.Namun setelah semua fakta terungkap, Shawn tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan p

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 93

    Shawn menjelaskan, "Kemarin aku terlalu emosional ...."Yvonne mengangkat kedua alisnya. Hanya karena emosional, lantas Shawn mendorong tanpa memedulikan hidup dan mati Yvonne?"Bagaimana kalau aku meninggal?" tanya Yvonne."Tidak mungkin, paling cuma cacat." Shawn menyendok dan meniup buburnya, lalu menyuapi Yvonne.Yvonne tidak terbiasa dengan sikap Shawn yang begitu baik. Jangan-jangan Shawn menaruh racun ke dalam makanan ini?"Kamu meracuniku, ya?" Yvonne bertanya dengan curiga.Perubahan sikap Shawn berubah 180 derajat, jadi wajar saja Yvonne berpikiran macam-macam.Shawn melirik Yvonne dengan sinis. Apakah di mata Yvonne, Shawn adalah orang sekejam itu?"Aku tidak mungkin meracunimu. Kalau kamu mati, siapa yang bisa kusiksa?" Shawn sengaja menjawab dengan ketus.Yvonne lega setelah mendengar jawaban Shawn, ini adalah dirinya yang sesungguhnya.Yvonne membuka mulut dan menyantap makanan yang diberikan. Hari ini Shawn sangat sabar, dia menyuapi Yvonne dengan lembut.Ketika Shawn me

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status