"Ke-kenapa ... kamu di sini?" Jolene ketakutan hingga wajahnya memucat."Beraninya kamu menipuku!" Shawn berjalan ke arah Jolene dan langsung menendangnya.Jolene terhempas sejauh beberapa meter, tetapi dia segera bangkit dan merangkak ke bawah kaki Shawn. "Aku nggak menipumu ...."Meskipun Shawn telah mendengar semua, Jolene masih berusaha mengelak. Mengingat bantuan dan cinta satu malam yang dilalui, selama ini Shawn berusaha menahan kebenciannya kepada Jolene, tapi sekarang ... dia ingin melenyapkan wanita ini."Bibi Leah, awasi wanita ini!" Shawn mengeluarkan ponsel dan memerintahkan Xavier untuk mengurus Jolene.Setelah menutup telepon, Shawn tersentak melihat Yvonne yang tergeletak lemah dan hampir kehabisan napas. Shawn langsung berlutut, lalu mengulurkan tangan dan membelai wajah Yvonne sambil memanggilnya dengan suara gemetaran, "Yvonne ...."Shawn tidak menyangka bahwa wanita pada malam itu adalah Yvonne. Hati Shawn sontak terasa remuk. Dia bergegas menggendong Yvonne, lalu b
Yvonne masih mengingat jelas kejadian saat Shawn mendorongnya hingga terjatuh dari jendela."Yvonne," Shawn memanggil namanya. "Aku mau tanya, apakah pada tanggal 6 Juli kamu berada di Rumah Sakit Kind?"Yvonne heran mendengar pertanyaan Shawn."Saat itu aku masih bekerja di Rumah Sakit Kind, sudah sewajarnya aku berada di sana." Yvonne bingung, untuk apa Shawn menanyakan keberadaannya pada malam itu?"Apakah benar kamu menggantikan shift Jolene pada malam itu?" Shawn ingin memastikan semua yang dikatakan Jolene.Yvonne menjawab sambil tersenyum kecut. "Benar. Hari itu adalah hari pernikahan kita, tapi kamu nggak pulang ke rumah. Tiba-tiba Jolene meminta bantuanku, jadi daripada sendirian di rumah, lebih baik aku pergi bertugas ....""Kamu bertemu dengan pria yang terluka?" Shawn memotong cerita Yvonne."Bagaimana kamu tahu?" Yvonne mengerutkan alisnya. "Kamu menyelidiki aku?""Jawab saja, tidak perlu banyak tanya."Yvonne mengerutkan bibir, tidak ada gunanya membohongi Shawn, dia tela
Shawn terkejut mendengar suara tersebut, dia bergegas membuka pintu ruangan untuk memeriksa keadaan Yvonne.Sesaat pintu dibuka, Shawn melihat Yvonne yang tersungkur di samping tempat tidur. Shawn bertanya sambil mengerutkan alis, "Kamu ngapain?"Shawn buru-buru memapah Yvonne bangun dan lanjut bertanya, "Kamu tidak melihat kondisimu? Masih mau kabur?"Yvonne menggelengkan kepala. Jangankan kabur, untuk berjalan saja tidak ada tenaga. Tak hanya kaki, dadanya juga membengkak dan terasa sakit."Aku mau minum," jawab Yvonne.Shawn baru menyadari bibir Yvonne yang kering dan pecah-pecah. "Biar aku tuangkan.""Shawn, kenapa kamu nggak mau bercerai?" Yvonne berbaring sambil menatap langit-langit.Shawn yang sedang menuang air pun tersentak. Dia sadar bahwa dirinya mulai menyukai Yvonne. Hanya saja, kemarin Shawn tidak mau mengakui perasaannya, ego yang besar membuatnya sulit menerima masa lalu wanita ini.Namun setelah semua fakta terungkap, Shawn tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan p
Shawn menjelaskan, "Kemarin aku terlalu emosional ...."Yvonne mengangkat kedua alisnya. Hanya karena emosional, lantas Shawn mendorong tanpa memedulikan hidup dan mati Yvonne?"Bagaimana kalau aku meninggal?" tanya Yvonne."Tidak mungkin, paling cuma cacat." Shawn menyendok dan meniup buburnya, lalu menyuapi Yvonne.Yvonne tidak terbiasa dengan sikap Shawn yang begitu baik. Jangan-jangan Shawn menaruh racun ke dalam makanan ini?"Kamu meracuniku, ya?" Yvonne bertanya dengan curiga.Perubahan sikap Shawn berubah 180 derajat, jadi wajar saja Yvonne berpikiran macam-macam.Shawn melirik Yvonne dengan sinis. Apakah di mata Yvonne, Shawn adalah orang sekejam itu?"Aku tidak mungkin meracunimu. Kalau kamu mati, siapa yang bisa kusiksa?" Shawn sengaja menjawab dengan ketus.Yvonne lega setelah mendengar jawaban Shawn, ini adalah dirinya yang sesungguhnya.Yvonne membuka mulut dan menyantap makanan yang diberikan. Hari ini Shawn sangat sabar, dia menyuapi Yvonne dengan lembut.Ketika Shawn me
Neil tidak menyerah, sedangkan Shawn melarangnya untuk mengganggu Yvonne. Neil tampak cemberut, dia kelihatan tidak senang."Ikut aku keluar." Shawn merasa keberadaan Neil akan mengganggu istirahat Yvonne.Neil terpaksa keluar dan mengikut Shawn."Lihat dirimu! Payah ...." Shawn melirik Neil dengan sinis.Neil langsung membantah tanpa pikir panjang. "Memangnya kamu nggak payah? Kalau hebat, kenapa kamu susah-susah mencari Yvonne? Kenapa nggak nikahi wanita lain saja, banyak yang menyukaimu, 'kan? Untuk apa ngotot ...."Sebelum selesai mengomel, Neil merasakan sepasang tatapan dingin yang menatapnya.Awalnya Shawn ingin memberi tahu Neil bahwa ponselnya memiliki fungsi pemulihan nomor yang telah dihapus. Dia berniat memulihkan nomor yang telah dihapus Yvonne dan memberikannya kepada Neil. Sayangnya Neil tidak tahu diri, Shawn pun berubah pikiran dan menyimpan kembali ponselnya."Kamu bukan dokter kandungan. Pergi dari sini!" Shawn membalikkan badan dan kembali ke ruangan.Menyadari diri
Selama ini Shawn dibutakan oleh egonya. Dia sulit menerima kenyataan ini, kedua anaknya telah tiada."Anaknya ... tidak selamat. Jangan pernah membahas masalah anak di depan Yvonne, aku tidak mau dia sedih." Suara Shawn terdengar gemetaran.Neil tidak kaget, dia menarik napas panjang dan berkata, "Keguguran pertama menimbulkan risiko yang cukup besar. Meskipun sudah berusaha, kemungkinan besar janin yang tersisa pun sulit diselamatkan. Sejak awal aku sudah membujuk Yvonne, tapi dia bersikeras mau melahirkan anak itu. Yvonne sendiri nggak tahu siapa ayah dari anaknya, kasihan kalau dia harus membesarkannya sendiri."Shawn terenyuh mendengar cerita Neil. Walaupun membenci Shawn, Yvonne masih berusaha keras untuk mempertahankan anak mereka."Aku sudah menjawab pertanyaanmu, sekarang giliran kamu yang menjawab pertanyaanku. Kamu menemukan Yvonne di mana?" Neil tidak melupakan tujuan utamanya.Shawn berusaha menenangkan diri, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Ponselku ada fitur pemu
Jantung Neil berdebar kencang saat mendengar suara di ujung telepon. Tenggorokannya terasa seperti dicekik hingga tidak bisa mengeluarkan suara."Yvonne?" Anas mengira Yvonne tidak mendengar sapaannya.Neil mengatur pernapasan, lalu menjawab, "Aku bukan Yvonne."Anas terkejut dan langsung mematikan panggilan Neil. Anas menggenggam erat ponselnya, dia panik dan tidak tahu harus berbuat apa.Melihat gelagat Anas yang aneh, Samantha ikut panik dan bertanya, "Ada apa? Apakah Yvonne dalam bahaya?"Anas belum tahu bahwa Shawn telah berhasil menemukan Yvonne. Hingga saat ini, Anas mengira kalau Yvonne masih berada di dalam tangan Harvey.Anas menggelengkan kepala."Terus kamu kenapa ...." Sebelum Samantha menyelesaikan kalimatnya, ponsel Anas kembali bergetar.Kali ini Anas tidak menjawab panggilan tersebut, dia hanya menatap nomor yang tertera di layar ponsel."Kenapa nggak dijawab?" tanya Samantha."Bukan Yvonne." Anas bangkit berdiri dan beranjak ke balkon.Sesampainya di balkon, ponsel An
Anas menjawab sambil tersenyum, "Baiklah, kalau butuh sesuatu, segera hubungi aku. Bibi nggak perlu sungkan, ya!"Samantha menggendong Dio sambil menatap Anas. "Yvonne sudah punya anak, kamu juga sudah waktunya menikah."Mata Anas tampak berkaca-kaca. Dia tidak kesal, sebaliknya justru terharu mendengar ucapan Samantha. Ketika ibunya meninggal, ibunya juga mengatakan hal yang sama kepada Anas.Sayangnya, sekarang Anas sudah tidak bisa mendengar celotehan ibunya.Anas hanya membalas Samantha dengan senyuman.....Neil berusaha tiba di Kota Sunrise secepat mungkin.Sesampainya di sana, langit masih gelap. Begitu matahari terbit, Neil langsung menelepon Anas dan mengajaknya bertemu.Anas pergi menemui Neil dengan membawa Dio.Neil belum tidur semalaman, wajahnya tampak lesu dan matanya terlihat agak gelap.Ketika melihat Anas yang datang sambil membawa bayi, fokus Neil hanya tertuju kepada Anas. Neil sama sekali tidak memperhatikan bayi yang digendong Anas.Anas terlihat kurus, lebih kuru