Shawn menjelaskan, "Kemarin aku terlalu emosional ...."Yvonne mengangkat kedua alisnya. Hanya karena emosional, lantas Shawn mendorong tanpa memedulikan hidup dan mati Yvonne?"Bagaimana kalau aku meninggal?" tanya Yvonne."Tidak mungkin, paling cuma cacat." Shawn menyendok dan meniup buburnya, lalu menyuapi Yvonne.Yvonne tidak terbiasa dengan sikap Shawn yang begitu baik. Jangan-jangan Shawn menaruh racun ke dalam makanan ini?"Kamu meracuniku, ya?" Yvonne bertanya dengan curiga.Perubahan sikap Shawn berubah 180 derajat, jadi wajar saja Yvonne berpikiran macam-macam.Shawn melirik Yvonne dengan sinis. Apakah di mata Yvonne, Shawn adalah orang sekejam itu?"Aku tidak mungkin meracunimu. Kalau kamu mati, siapa yang bisa kusiksa?" Shawn sengaja menjawab dengan ketus.Yvonne lega setelah mendengar jawaban Shawn, ini adalah dirinya yang sesungguhnya.Yvonne membuka mulut dan menyantap makanan yang diberikan. Hari ini Shawn sangat sabar, dia menyuapi Yvonne dengan lembut.Ketika Shawn me
Neil tidak menyerah, sedangkan Shawn melarangnya untuk mengganggu Yvonne. Neil tampak cemberut, dia kelihatan tidak senang."Ikut aku keluar." Shawn merasa keberadaan Neil akan mengganggu istirahat Yvonne.Neil terpaksa keluar dan mengikut Shawn."Lihat dirimu! Payah ...." Shawn melirik Neil dengan sinis.Neil langsung membantah tanpa pikir panjang. "Memangnya kamu nggak payah? Kalau hebat, kenapa kamu susah-susah mencari Yvonne? Kenapa nggak nikahi wanita lain saja, banyak yang menyukaimu, 'kan? Untuk apa ngotot ...."Sebelum selesai mengomel, Neil merasakan sepasang tatapan dingin yang menatapnya.Awalnya Shawn ingin memberi tahu Neil bahwa ponselnya memiliki fungsi pemulihan nomor yang telah dihapus. Dia berniat memulihkan nomor yang telah dihapus Yvonne dan memberikannya kepada Neil. Sayangnya Neil tidak tahu diri, Shawn pun berubah pikiran dan menyimpan kembali ponselnya."Kamu bukan dokter kandungan. Pergi dari sini!" Shawn membalikkan badan dan kembali ke ruangan.Menyadari diri
Selama ini Shawn dibutakan oleh egonya. Dia sulit menerima kenyataan ini, kedua anaknya telah tiada."Anaknya ... tidak selamat. Jangan pernah membahas masalah anak di depan Yvonne, aku tidak mau dia sedih." Suara Shawn terdengar gemetaran.Neil tidak kaget, dia menarik napas panjang dan berkata, "Keguguran pertama menimbulkan risiko yang cukup besar. Meskipun sudah berusaha, kemungkinan besar janin yang tersisa pun sulit diselamatkan. Sejak awal aku sudah membujuk Yvonne, tapi dia bersikeras mau melahirkan anak itu. Yvonne sendiri nggak tahu siapa ayah dari anaknya, kasihan kalau dia harus membesarkannya sendiri."Shawn terenyuh mendengar cerita Neil. Walaupun membenci Shawn, Yvonne masih berusaha keras untuk mempertahankan anak mereka."Aku sudah menjawab pertanyaanmu, sekarang giliran kamu yang menjawab pertanyaanku. Kamu menemukan Yvonne di mana?" Neil tidak melupakan tujuan utamanya.Shawn berusaha menenangkan diri, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Ponselku ada fitur pemu
Jantung Neil berdebar kencang saat mendengar suara di ujung telepon. Tenggorokannya terasa seperti dicekik hingga tidak bisa mengeluarkan suara."Yvonne?" Anas mengira Yvonne tidak mendengar sapaannya.Neil mengatur pernapasan, lalu menjawab, "Aku bukan Yvonne."Anas terkejut dan langsung mematikan panggilan Neil. Anas menggenggam erat ponselnya, dia panik dan tidak tahu harus berbuat apa.Melihat gelagat Anas yang aneh, Samantha ikut panik dan bertanya, "Ada apa? Apakah Yvonne dalam bahaya?"Anas belum tahu bahwa Shawn telah berhasil menemukan Yvonne. Hingga saat ini, Anas mengira kalau Yvonne masih berada di dalam tangan Harvey.Anas menggelengkan kepala."Terus kamu kenapa ...." Sebelum Samantha menyelesaikan kalimatnya, ponsel Anas kembali bergetar.Kali ini Anas tidak menjawab panggilan tersebut, dia hanya menatap nomor yang tertera di layar ponsel."Kenapa nggak dijawab?" tanya Samantha."Bukan Yvonne." Anas bangkit berdiri dan beranjak ke balkon.Sesampainya di balkon, ponsel An
Anas menjawab sambil tersenyum, "Baiklah, kalau butuh sesuatu, segera hubungi aku. Bibi nggak perlu sungkan, ya!"Samantha menggendong Dio sambil menatap Anas. "Yvonne sudah punya anak, kamu juga sudah waktunya menikah."Mata Anas tampak berkaca-kaca. Dia tidak kesal, sebaliknya justru terharu mendengar ucapan Samantha. Ketika ibunya meninggal, ibunya juga mengatakan hal yang sama kepada Anas.Sayangnya, sekarang Anas sudah tidak bisa mendengar celotehan ibunya.Anas hanya membalas Samantha dengan senyuman.....Neil berusaha tiba di Kota Sunrise secepat mungkin.Sesampainya di sana, langit masih gelap. Begitu matahari terbit, Neil langsung menelepon Anas dan mengajaknya bertemu.Anas pergi menemui Neil dengan membawa Dio.Neil belum tidur semalaman, wajahnya tampak lesu dan matanya terlihat agak gelap.Ketika melihat Anas yang datang sambil membawa bayi, fokus Neil hanya tertuju kepada Anas. Neil sama sekali tidak memperhatikan bayi yang digendong Anas.Anas terlihat kurus, lebih kuru
Undangan ini diberikan oleh Harvey.Harvey mengadakan pameran lukisan? Namun bukan hal ini yang membuat Yvonne kaget, dia bingung untuk apa Harvey mengundangnya ke pameran yang diadakan?Apa maksud Harvey? Apa yang direncanakannya? Yvonne tidak dapat menebak rencana Harvey."Apa yang kamu pikirkan?" Sesaat membuka pintu, Shawn melihat undangan yang dipegang Yvonne dan mengambilnya. "Apa ini?""Undangan dari Harvey," jawab Yvonne.Begitu mendengar nama Harvey, raut wajah Shawn sontak berubah. Setelah membaca isi undangan, Shawn bertanya kepada Yvonne, "Kamu mau pergi?"Sebenarnya Yvonne tidak mau pergi, dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan Harvey. Namun demi membuat Shawn kesal dan mempercepat perceraian, Yvonne menjawab, "Aku mau pergi."Shawn mengerutkan bibir, dia tidak apa yang dipikirkan Yvonne. Namun yang pasti, Shawn tidak ingin Yvonne menghadiri undangan Harvey.Harvey sudah berkali-kali berusaha mencelakai Yvonne, mana mungkin Shawn membiarkan istrinya masuk ke dalam jeb
"Dingin?" Shawn bertanya kepada Yvonne."Nggak," Yvonne menjawab dengan singkat.Shawn agak kecewa melihat Yvonne yang bersikap cuek dan dingin. Meskipun sedih, Shawn tidak menyalahkan Yvonne. Bagaimanapun, Shawn yang menyebabkan Yvonne terluka.Sesaat setelah kehilangan bayinya, Shawn malah mendorong Yvonne dari jendela hingga kakinya retak. Jadi Shawn bisa memaklumi kebencian Yvonne.Demi menebus kesalahannya, Shawn rela bersabar dan berusaha meluluhkan hati Yvonne dengan kasih sayang.....Tak berapa lama, mobil berhenti di sebuah bangunan kuno yang megah. Kemudian, sopir membuka bagasi untuk mengeluarkan kursi roda.Shawn menggendong Yvonne, lalu meletakkannya ke atas kursi roda dan menyelimuti kakinya agar tidak kedinginan.Harvey sangat pintar memilih tempat. Bangunan ini bernama City Gates of Clouwy, sebuah bangunan kuno yang dilindungi pemerintah. Kharisma dan daya tarik tempat ini sangat kuat.Shawn masuk sambil mendorong kursi roda yang diduduki Yvonne.Hari ini Harvey mengun
Harvey menantang Shawn secara terang-terangan.Yvonne merasa agak bersalah, entah kenapa dia mulai merasa gelisah. Hari ini Harvey mengundang para pejabat penting dan pebisnis besar. Suasana terasa meriah.Umumnya, pameran lukisan diadakan untuk melelang lukisan para pelukis terkenal. Mana ada orang yang mau membeli lukisan dari pelukis kecil?Melihat lukisan-lukisan yang tidak bernama ini, seseorang pun bertanya kepada Harvey, "Ini lukisan apa? Kok nggak ada nama pelukisnya?"Harvey tersenyum. "Sabar, aku akan segera menunjukkan lukisan yang sesungguhnya.""Jangan membuatku kecewa, ya! Walaupun semua lukisan ini bagus, aku merasa bukan dilukis pelukis terkenal.""Lihat saja nanti." Harvey mengangkat kedua matanya, lalu melirik ke arah Shawn.Shawn tidak membalas tatapan Harvey, dia sedang fokus melihat lukisan-lukisan yang dipajang. Shawn tidak terlalu memahami seni lukis, tapi dia sangat menikmati tempat ini. Lukisan-lukisan ini seolah berhasil menarik hatinya.Setelah tamu undangan