Begitu mengetahui kemunculan Shawn, Yvonne mulai mempersiapkan mentalnya."Kamu berencana mengalah?" Yvonne bertanya kepada Harvey."Jangan mimpi!" Harvey bertekad untuk melawan Shawn. "Semakin dia gencar mencari kamu, aku nggak akan membiarkan dia menemukanmu ...."Ketika berbicara, tiba-tiba Harvey menyadari sesuatu. Dia tidak melihat keberadaan bayi Yvonne dan juga Samantha."Di mana Ibu dan anakmu?" tanya Harvey.Yvonne tidak berniat menutupinya. "Tadi malam kusuruh kabir."Setelah beberapa bulan Yvonne tinggal di rumah ini, para pengawal tidak menjaga seketat awalnya. Oleh sebab itu, Samantha dan cucunya berhasil melarikan diri."Kamu nggak memercayai aku?" Harvey menatap Yvonne dengan tajam, dia merasa seperti dikhianati.Yvonne menatap Harvey sambil menjawab, "Bukannya aku nggak memercayaimu, tapi aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Shawn. Bagaimana kalau dia menemukan keberadaanku? Aku nggak takut ditangkap, aku cuma nggak mau anakku disakiti."Itu adalah salah satu a
Xavier terkejut, tetapi dia terlambat untuk membantu Yvonne.Melihat Yvonne yang terjatuh dari jendela, Shawn memerintahkan dengan dingin, "Bawa dia!"Setelah selesai bicara, Shawn membalikkan badan dan pergi meninggalkan kamar tersebut.Meskipun terjatuh dari lantai dua yang tidak begitu tinggi, Yvonne mengalami luka ringan. Xavier menyayangkan semuanya, tapi dia tidak mengasihani Yvonne. Bagaimanapun, Yvonne yang duluan membuat Shawn marah.Siapa yang menyuruh Yvonne kabur? Shawn telah mencari keberadaannya selama beberapa bulan.Di bawah, Yvonne meringkuk kesakitan. Sekujur tubuhnya terasa remuk, kakinya perih, dan gemetaran.Xavier memerintahkan pengawal untuk membawa Yvonne. Sama sekali tidak ada empati, mereka menyeret Yvonne dengan kasar.Yvonne tak berdaya, dia tidak sanggup memberontak. Dia hanya bisa pasrah meski diperlakukan dengan kasar.Meskipun kota ini adalah daerah kekuasaan Harvey, Shawn datang dengan membawa banyak orang. Harvey sendiri pun tak berdaya, dia cuma bisa
"Tidak perlu memedulikannya." Shawn tetap bersikap dingin, lalu beranjak ke atas.Leah menghela napas panjang, dia tidak berani bertindak tanpa persetujuan Shawn. Walaupun mengasihani Yvonne, Leah tidak berani membantah Shawn. Lagi pula semua orang tahu bahwa Yvonne yang membuat Shawn murka.Wajar saja Shawn marah mengetahui istri kabur dari rumah. Selama beberapa bulan Yvonne menghilang, Jolene mencari cara untuk mendekat Shawn.Meskipun Shawn tidak menghiraukannya, setiap hari Jolene datang berkunjung dan membawakan makanan untuk menyanjung Shawn. Jolene berharap bisa menjadi nona muda di rumah ini.Hari ini Jolene datang seperti biasa, Leah pun sudah terbiasa menghadapinya.Leah menerima makanan yang diberikan Jolene sambil berkata, "Tuan tidak ingin menemuimu. Silakan pulang.""Kamu yang sok tahu atau memang Shawn yang mengatakannya?" Jolene tidak menyerah begitu saja."Tuan selalu memberikan jawaban sama, tidak perlu kutanyakan lagi." Leah tidak sungkan menyerang Jolene.Leah tida
"Ke-kenapa ... kamu di sini?" Jolene ketakutan hingga wajahnya memucat."Beraninya kamu menipuku!" Shawn berjalan ke arah Jolene dan langsung menendangnya.Jolene terhempas sejauh beberapa meter, tetapi dia segera bangkit dan merangkak ke bawah kaki Shawn. "Aku nggak menipumu ...."Meskipun Shawn telah mendengar semua, Jolene masih berusaha mengelak. Mengingat bantuan dan cinta satu malam yang dilalui, selama ini Shawn berusaha menahan kebenciannya kepada Jolene, tapi sekarang ... dia ingin melenyapkan wanita ini."Bibi Leah, awasi wanita ini!" Shawn mengeluarkan ponsel dan memerintahkan Xavier untuk mengurus Jolene.Setelah menutup telepon, Shawn tersentak melihat Yvonne yang tergeletak lemah dan hampir kehabisan napas. Shawn langsung berlutut, lalu mengulurkan tangan dan membelai wajah Yvonne sambil memanggilnya dengan suara gemetaran, "Yvonne ...."Shawn tidak menyangka bahwa wanita pada malam itu adalah Yvonne. Hati Shawn sontak terasa remuk. Dia bergegas menggendong Yvonne, lalu b
Yvonne masih mengingat jelas kejadian saat Shawn mendorongnya hingga terjatuh dari jendela."Yvonne," Shawn memanggil namanya. "Aku mau tanya, apakah pada tanggal 6 Juli kamu berada di Rumah Sakit Kind?"Yvonne heran mendengar pertanyaan Shawn."Saat itu aku masih bekerja di Rumah Sakit Kind, sudah sewajarnya aku berada di sana." Yvonne bingung, untuk apa Shawn menanyakan keberadaannya pada malam itu?"Apakah benar kamu menggantikan shift Jolene pada malam itu?" Shawn ingin memastikan semua yang dikatakan Jolene.Yvonne menjawab sambil tersenyum kecut. "Benar. Hari itu adalah hari pernikahan kita, tapi kamu nggak pulang ke rumah. Tiba-tiba Jolene meminta bantuanku, jadi daripada sendirian di rumah, lebih baik aku pergi bertugas ....""Kamu bertemu dengan pria yang terluka?" Shawn memotong cerita Yvonne."Bagaimana kamu tahu?" Yvonne mengerutkan alisnya. "Kamu menyelidiki aku?""Jawab saja, tidak perlu banyak tanya."Yvonne mengerutkan bibir, tidak ada gunanya membohongi Shawn, dia tela
Shawn terkejut mendengar suara tersebut, dia bergegas membuka pintu ruangan untuk memeriksa keadaan Yvonne.Sesaat pintu dibuka, Shawn melihat Yvonne yang tersungkur di samping tempat tidur. Shawn bertanya sambil mengerutkan alis, "Kamu ngapain?"Shawn buru-buru memapah Yvonne bangun dan lanjut bertanya, "Kamu tidak melihat kondisimu? Masih mau kabur?"Yvonne menggelengkan kepala. Jangankan kabur, untuk berjalan saja tidak ada tenaga. Tak hanya kaki, dadanya juga membengkak dan terasa sakit."Aku mau minum," jawab Yvonne.Shawn baru menyadari bibir Yvonne yang kering dan pecah-pecah. "Biar aku tuangkan.""Shawn, kenapa kamu nggak mau bercerai?" Yvonne berbaring sambil menatap langit-langit.Shawn yang sedang menuang air pun tersentak. Dia sadar bahwa dirinya mulai menyukai Yvonne. Hanya saja, kemarin Shawn tidak mau mengakui perasaannya, ego yang besar membuatnya sulit menerima masa lalu wanita ini.Namun setelah semua fakta terungkap, Shawn tidak memiliki alasan untuk menyembunyikan p
Shawn menjelaskan, "Kemarin aku terlalu emosional ...."Yvonne mengangkat kedua alisnya. Hanya karena emosional, lantas Shawn mendorong tanpa memedulikan hidup dan mati Yvonne?"Bagaimana kalau aku meninggal?" tanya Yvonne."Tidak mungkin, paling cuma cacat." Shawn menyendok dan meniup buburnya, lalu menyuapi Yvonne.Yvonne tidak terbiasa dengan sikap Shawn yang begitu baik. Jangan-jangan Shawn menaruh racun ke dalam makanan ini?"Kamu meracuniku, ya?" Yvonne bertanya dengan curiga.Perubahan sikap Shawn berubah 180 derajat, jadi wajar saja Yvonne berpikiran macam-macam.Shawn melirik Yvonne dengan sinis. Apakah di mata Yvonne, Shawn adalah orang sekejam itu?"Aku tidak mungkin meracunimu. Kalau kamu mati, siapa yang bisa kusiksa?" Shawn sengaja menjawab dengan ketus.Yvonne lega setelah mendengar jawaban Shawn, ini adalah dirinya yang sesungguhnya.Yvonne membuka mulut dan menyantap makanan yang diberikan. Hari ini Shawn sangat sabar, dia menyuapi Yvonne dengan lembut.Ketika Shawn me
Neil tidak menyerah, sedangkan Shawn melarangnya untuk mengganggu Yvonne. Neil tampak cemberut, dia kelihatan tidak senang."Ikut aku keluar." Shawn merasa keberadaan Neil akan mengganggu istirahat Yvonne.Neil terpaksa keluar dan mengikut Shawn."Lihat dirimu! Payah ...." Shawn melirik Neil dengan sinis.Neil langsung membantah tanpa pikir panjang. "Memangnya kamu nggak payah? Kalau hebat, kenapa kamu susah-susah mencari Yvonne? Kenapa nggak nikahi wanita lain saja, banyak yang menyukaimu, 'kan? Untuk apa ngotot ...."Sebelum selesai mengomel, Neil merasakan sepasang tatapan dingin yang menatapnya.Awalnya Shawn ingin memberi tahu Neil bahwa ponselnya memiliki fungsi pemulihan nomor yang telah dihapus. Dia berniat memulihkan nomor yang telah dihapus Yvonne dan memberikannya kepada Neil. Sayangnya Neil tidak tahu diri, Shawn pun berubah pikiran dan menyimpan kembali ponselnya."Kamu bukan dokter kandungan. Pergi dari sini!" Shawn membalikkan badan dan kembali ke ruangan.Menyadari diri