"Kamu harus lebih hati-hati saat berhubungan dengan orang lain. Kalau ada masalah, kamu bisa meneleponku kapan saja," ucap Yvonne. Dia berjalan ke meja kasir kafe, lalu meminta selembar kertas kepada pelayan dan menulis nomor teleponnya. Setelah itu, Yvonne memberikan kertas itu kepada Anas.Anas melirik Yvonne sekilas, tetapi dia tidak mengambil kertas yang diberikan Yvonne. Anas menimpali, "Bukannya kamu bilang aku boleh ikut Neil pulang? Kenapa aku harus lebih hati-hati? Bukannya kita harus bersikap tulus saat berhubungan dengan orang lain?"Yvonne masih ingin mengatakan sesuatu, tetap Anas sudah naik ke mobil dan pergi. Yvonne berdiri di tempat sambil memandang mobil yang menjauh. Dia merasa Anas marah. Masalahnya, Yvonne tidak tahu apa alasannya. Apa mungkin sifat Anas berubah karena amnesia?Yvonne menggeleng-gelengkan kepalanya, seharusnya dia tidak berpikiran macam-macam. Setelah membayar minuman, Yvonne pulang dengan menaiki taksi. Sesampainya di rumah, Yvonne melihat Samantha
Ini pertama kalinya Yvonne merasakan pinggangnya pegal dan kakinya lemas sehingga dia tidak bisa turun dari tempat tidur. Sebelumnya, Shawn tetap melakukannya dengan lembut dan selalu memikirkan perasaan Yvonne. Namun, kali ini gerakan Shawn agak kasar. Yvonne bahkan mengira Shawn berniat menghabisinya.Sekarang, Yvonne benar-benar lemas. Sementara itu, Shawn yang mencelakainya malah berdiri di depan cermin sambil mengancingkan kemejanya dengan santai. Shawn memandang Yvonne dari cermin dan bertanya, "Kamu sudah bangun?"Yvonne tidak memedulikan Shawn. Kemudian, Shawn menghampiri Yvonne dan bertanya lagi, "Kamu masih tidak mau bangun? Hari ini kamu mau dioperasi."Yvonne menutupi wajahnya dengan selimut. Shawn duduk di tepi tempat tidur, lalu menarik selimut dan bertanya, "Ada apa?"Yvonne memelototi Shawn seraya menyahut, "Justru aku mau tanya kamu, sebenarnya kamu itu kenapa? Kalau aku salah, kamu langsung bilang saja. Jangan bersikap aneh-aneh seperti itu."Shawn menatap Yvonne sesa
Di sepanjang perjalanan, Yvonne sama sekali tidak berbicara. Sepertinya Yvonne masih merajuk. Shawn meraih tangan Yvonne dan bertanya dengan lembut, "Kamu masih marah, ya?"Yvonne mengabaikan Shawn, seolah-olah mengakui bahwa dia memang marah. Shawn berucap, "Kamu yang membuatku marah dulu."Yvonne melirik Shawn sekilas dan bertanya balik, "Aku membuatmu marah? Memangnya aku salah apa?"Shawn menyahut, "Kamu tahu sendiri."Yvonne merasa tidak berdaya. Masalahnya, dia benar-benar tidak tahu. Jelas-jelas Shawn yang marah tanpa alasan yang jelas. Perilaku Shawn benar-benar tidak normal, apa dia sudah gila?Tiba-tiba, ponsel Shawn berdering. Ponsel Shawn sudah dihubungkan dengan bluetooth mobil. Setelah menjawab panggilan telepon, suara Dylan terdengar. "Thiago terus membuat keributan, dia menabrak pintu dan berteriak sehingga agak mengganggu. Aku belum menemukan tempat yang cocok untuk mengurungnya."Shawn berkata dengan dingin, "Ikat dan sumpal mulutnya."Dylan menyahut, "Oke."Setelah p
Aaron langsung mundur karena aura pria di depannya ini sangat mengintimidasi. Aaron bertanya, "Kamu cari siapa?"Shawn tidak menghiraukan Aaron, dia malah memperhatikan papan nama di dada Aaron. Tatapan Shawn menjadi muram. Yvonne mendongak dan memanggil, "Shawn?"Aaron bertanya, "Kalian saling kenal?"Shawn berjalan masuk ke kamar dan berdiri di samping ranjang. Jelas-jelas dia datang untuk melihat keadaan Yvonne, tetapi dia malah menyindir, "Sepertinya kamu senang sekali, ya?"Yvonne mengabaikan sikap Shawn yang aneh, dia merasa Shawn gila! Yvonne tersenyum dan berkata kepada Aaron, "Perkenalkan, dia ini suamiku.""Ternyata dia suamimu," ujar Aaron. Kemudian, dia mengulurkan tangan kepada Shawn sembari menyapa, "Halo."Shawn berpura-pura tidak melihat tangan Aaron yang terulur. Sementara itu, Aaron yang kesal menarik tangannya dan berucap, "Aku masih ada kerjaan. Aku pergi dulu supaya nggak menganggu kalian." Selesai bicara, Aaron pun keluar dari kamar.Yvonne memelototi Shawn sembar
Neil berujar dengan yakin, "Iya, Anas memang amnesia. Bu, kamu harus memperlakukan Anas dengan baik untuk menebus kesalahanmu dulu."Nyonya Sanchez mengangguk dan menimpali, "Aku tahu, sekarang kamu sudah bisa mengendalikan Keluarga Sanchez. Jadi, aku nggak takut kekayaan Keluarga Sanchez direbut dan aku nggak perlu menjodohkanmu lagi. Kalau kamu sudah cukup kuat, aku tentu berharap kamu bisa bersama dengan orang yang kamu sukai."Neil mengingatkan, "Jangan ungkit masalah itu dulu di depan Anas."Nyonya Sanchez mengangguk dan menyahut, "Oke."Anas melirik sekilas Neil dan Nyonya Sanchez yang sedang diam-diam berbincang. Ekspresi Anas menjadi dingin, apa mereka berdua berniat mencelakainya lagi? Untung saja, Anas sudah mendapatkan informasi yang banyak. Jika tidak, mungkin saja Anas akan dicelakai sekali lagi.Kemudian, Neil masuk ke dapur untuk membantu Anas mencuci sayur. Anas langsung mendorong Neil keluar dan membujuk, "Kamu nggak usah bantu aku, aku bisa mengurusnya sendiri."Neil
Di sisi lain, Yvonne yang berada di rumah sakit sudah sadar. Shawn menuang air untuk Yvonne dan bertanya, "Kamu lapar, tidak?"Yvonne menyahut, "Nggak. Apa kamu sudah menemukan obatnya?"Shawn menjelaskan, "Um. Aku juga sudah menyuruh Dylan untuk memberi Thiago makan obat itu, lalu menyerahkan Thiago kepada Kakek Graham."Shawn telah mencari tahu khasiat obatnya. Ternyata, itu adalah obat yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan memori. Yvonne berniat untuk membuat Thiago melupakan semua dendamnya. Dengan begitu, Thiago bisa memulai hidup baru. Ini memang cara yang bagus. Jika Thiago hanya dikurung, mereka harus menyuruh orang untuk menjaga Thiago. Takutnya, Thiago akan kabur dan berbuat jahat lagi.Yvonne berkomentar, "Kakek Graham sakit parah. Kalau Thiago bisa menemaninya pada saat-saat seperti ini, pengobatan Kakek Graham akan terbantu."Yvonne mendapatkan inspirasi dari kondisi Anas. Seseorang tidak akan terus mempermasalahkan kejadian di masa lalu lagi jika telah melupa
Yvonne turun dari ranjang. Dia terus menengadah karena melakukan operasi di bagian leher. Itulah sebabnya dia tidak bisa melihat barang di bawah. Alhasil, Yvonne menabrak meja dan hampir terjatuh.Shawn yang mendengar suara di dalam kamar segera masuk. Melihat Yvonne yang sedang berdiri, Shawn mengernyit dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Yvonne yang terkejut bertanya balik, "Bukannya tadi aku menyuruhmu beli makanan?"Shawn membalas, "Apa kamu mengusirku karena mau pergi ke kamar mandi?"Yvonne menyangkal, "Bukan.""Oh, ya?" sahut Shawn. Dia menghampiri Yvonne, lalu menggendongnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah menurunkan Yvonne, Shawn hendak membantu Yvonne melepaskan celananya.Yvonne segera menarik celananya dan bertanya dengan panik, "Apa yang kamu lakukan?""Kamu mau buang air kecil, 'kan? Jadi, aku mau membantumu," ucap Shawn. Dia yang merasa lucu berkomentar, "Kita itu suami istri. Memangnya ada bagian tubuhmu yang belum pernah kulihat?"Yvonne mendorong Shawn. Sement
Kemudian, Niko menghampiri Anas dan menariknya, lalu marah-marah, "Selama ini kamu ke mana? Katanya kamu sudah mati, kenapa kamu tiba-tiba muncul lagi dan masih bersama dengan Neil? Apa kamu nggak takut setelah dicelakai oleh Neil?"Anas sedikit tersentuh saat memandang Niko yang kesal. Seharusnya, Niko memang benar-benar mengkhawatirkan Anas. Jika tidak, reaksi Niko tidak mungkin begitu berlebihan."Niko, selama ini Anas menganggapmu sebagai adiknya. Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak," ujar Neil. Dia menggenggam tangan Anas dan membujuk, "Anas, jangan dengarkan Niko yang bicara sembarangan. Dia cuma anak kecil yang belum dewasa."Niko yang tidak terima merasa sangat kesal setelah mendengar perkataan Neil. Dia menimpali, "Jadi karena kamu itu pria dewasa makanya kamu boleh bicara sembarangan? Aku memang lebih kecil dari kalian, tapi aku punya hati nurani. Jelas-jelas kamu sudah mencelakai Anas, tapi kamu malah muncul di depan Anas lagi. Benar-benar nggak tahu malu, bisa-bisanya k