Neil berujar dengan yakin, "Iya, Anas memang amnesia. Bu, kamu harus memperlakukan Anas dengan baik untuk menebus kesalahanmu dulu."Nyonya Sanchez mengangguk dan menimpali, "Aku tahu, sekarang kamu sudah bisa mengendalikan Keluarga Sanchez. Jadi, aku nggak takut kekayaan Keluarga Sanchez direbut dan aku nggak perlu menjodohkanmu lagi. Kalau kamu sudah cukup kuat, aku tentu berharap kamu bisa bersama dengan orang yang kamu sukai."Neil mengingatkan, "Jangan ungkit masalah itu dulu di depan Anas."Nyonya Sanchez mengangguk dan menyahut, "Oke."Anas melirik sekilas Neil dan Nyonya Sanchez yang sedang diam-diam berbincang. Ekspresi Anas menjadi dingin, apa mereka berdua berniat mencelakainya lagi? Untung saja, Anas sudah mendapatkan informasi yang banyak. Jika tidak, mungkin saja Anas akan dicelakai sekali lagi.Kemudian, Neil masuk ke dapur untuk membantu Anas mencuci sayur. Anas langsung mendorong Neil keluar dan membujuk, "Kamu nggak usah bantu aku, aku bisa mengurusnya sendiri."Neil
Di sisi lain, Yvonne yang berada di rumah sakit sudah sadar. Shawn menuang air untuk Yvonne dan bertanya, "Kamu lapar, tidak?"Yvonne menyahut, "Nggak. Apa kamu sudah menemukan obatnya?"Shawn menjelaskan, "Um. Aku juga sudah menyuruh Dylan untuk memberi Thiago makan obat itu, lalu menyerahkan Thiago kepada Kakek Graham."Shawn telah mencari tahu khasiat obatnya. Ternyata, itu adalah obat yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan memori. Yvonne berniat untuk membuat Thiago melupakan semua dendamnya. Dengan begitu, Thiago bisa memulai hidup baru. Ini memang cara yang bagus. Jika Thiago hanya dikurung, mereka harus menyuruh orang untuk menjaga Thiago. Takutnya, Thiago akan kabur dan berbuat jahat lagi.Yvonne berkomentar, "Kakek Graham sakit parah. Kalau Thiago bisa menemaninya pada saat-saat seperti ini, pengobatan Kakek Graham akan terbantu."Yvonne mendapatkan inspirasi dari kondisi Anas. Seseorang tidak akan terus mempermasalahkan kejadian di masa lalu lagi jika telah melupa
Yvonne turun dari ranjang. Dia terus menengadah karena melakukan operasi di bagian leher. Itulah sebabnya dia tidak bisa melihat barang di bawah. Alhasil, Yvonne menabrak meja dan hampir terjatuh.Shawn yang mendengar suara di dalam kamar segera masuk. Melihat Yvonne yang sedang berdiri, Shawn mengernyit dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Yvonne yang terkejut bertanya balik, "Bukannya tadi aku menyuruhmu beli makanan?"Shawn membalas, "Apa kamu mengusirku karena mau pergi ke kamar mandi?"Yvonne menyangkal, "Bukan.""Oh, ya?" sahut Shawn. Dia menghampiri Yvonne, lalu menggendongnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah menurunkan Yvonne, Shawn hendak membantu Yvonne melepaskan celananya.Yvonne segera menarik celananya dan bertanya dengan panik, "Apa yang kamu lakukan?""Kamu mau buang air kecil, 'kan? Jadi, aku mau membantumu," ucap Shawn. Dia yang merasa lucu berkomentar, "Kita itu suami istri. Memangnya ada bagian tubuhmu yang belum pernah kulihat?"Yvonne mendorong Shawn. Sement
Kemudian, Niko menghampiri Anas dan menariknya, lalu marah-marah, "Selama ini kamu ke mana? Katanya kamu sudah mati, kenapa kamu tiba-tiba muncul lagi dan masih bersama dengan Neil? Apa kamu nggak takut setelah dicelakai oleh Neil?"Anas sedikit tersentuh saat memandang Niko yang kesal. Seharusnya, Niko memang benar-benar mengkhawatirkan Anas. Jika tidak, reaksi Niko tidak mungkin begitu berlebihan."Niko, selama ini Anas menganggapmu sebagai adiknya. Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak," ujar Neil. Dia menggenggam tangan Anas dan membujuk, "Anas, jangan dengarkan Niko yang bicara sembarangan. Dia cuma anak kecil yang belum dewasa."Niko yang tidak terima merasa sangat kesal setelah mendengar perkataan Neil. Dia menimpali, "Jadi karena kamu itu pria dewasa makanya kamu boleh bicara sembarangan? Aku memang lebih kecil dari kalian, tapi aku punya hati nurani. Jelas-jelas kamu sudah mencelakai Anas, tapi kamu malah muncul di depan Anas lagi. Benar-benar nggak tahu malu, bisa-bisanya k
Melihat Anas yang memegang tongkat, Neil sangat kaget. Neil sama sekali tidak menyangka Anas akan menyerangnya dari belakang. Neil berujar, "Anas?" Apa maksud Anas? Neil benar-benar tidak mengerti.Anas langsung berpura-pura terkejut, lalu menjelaskan dengan terbata-bata, "Aku ... aku mau memukul Niko ...."Niko langsung marah setelah mendengar ucapan Anas. Saat Neil lengah, Niko langsung menendang tubuh Neil. Setelah Neil jatuh, Niko memanfaatkan kesempatan ini untuk duduk di tubuh Neil dan terus menghajar Neil. Neil yang dihantam dengan tongkat tadi masih agak linglung, jadi dia tidak bisa membalas serangan Niko.Sementara itu, Dylan yang sedang mengamati kamera pengawas di dalam rumah mengernyit dan bertanya, "Apa aku harus membereskannya?"Jika tidak, Neil bisa dihajar sampai mati! Shawn melirik kamera pengawas sekilas dan berujar, "Cepat hentikan mereka."Dylan pun bergegas keluar. Dia menarik Niko dan memperingatkan, "Kalau kamu memukul Neil lagi, aku akan mengusirmu!"Niko yang
Begitu melihat buku harian itu, Shawn langsung emosi. Raut wajahnya juga terlihat muram. Dia berkata dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu lagi mengenang masa lalu atau merasa menyesal?"Yvonne tidak dapat berkata-kata. Akhir-akhir ini, Shawn selalu bersikap seperti ini. Namun, Yvonne juga tidak menghiraukan sikap anehnya itu. Dia hanya berkata, "Ayo, kita keluar."Yvonne mengulurkan tangan untuk menggandeng Shawn, tetapi pria itu sama sekali tidak mau bergerak saking kesalnya. Yvonne pun menarik kembali tangannya. Dia tidak akan memaksa Shawn untuk membantunya. Dia masih dapat berjalan sendiri tanpa bantuan pria itu.Saat ini, Yvonne menggerakkan kakinya ke depan dan melangkah lebih ringan. Shawn yang tidak tahan pun segera bertanya, "Kamu sengaja berpura-pura kasihan di depanku?"Yvonne hanya mengabaikannya, seolah-olah tidak mendengar pertanyaan tersebut. Ada yang salah dengan Shawn belakangan ini. Yvonne sama sekali tidak ingin mengusik ataupun marah dengannya. Dia tetap
Yvonne sendiri bahkan sudah lupa bahwa dirinya pernah menulis itu. Setelah mengingat dengan cermat, sepertinya ada suatu kali ketika bertengkar dengan Calvin, Yvonne pergi dari rumah karena sangat kesal. Pada hari itu, hujan turun dengan deras dan dia basah kuyup. Ketika Aaron yang kembali dari luar melihatnya sendirian, pria itu memayunginya untuk melindunginya dari hujan.Saat itu, Yvonne merasa bahwa Aaron benar-benar seperti pangeran yang lembut dan perhatian. Kala itu, dia mungkin masih berusia 14 atau 15 tahun. Itu adalah masa di mana dia merasakan getaran asmara untuk pertama kalinya.Itu sebabnya, Yvonne mencatat perasaan berbunga-bunganya itu di buku harian. Ketika mengingatnya kembali sekarang, dia merasa sangat malu. Dirinya ternyata pernah melakukan hal seperti itu.Kini, Yvonne akhirnya memahami alasan Shawn yang bertingkah tidak normal belakangan ini, bahkan mengucapkan kata-kata aneh. Ternyata, akar masalahnya ada di sini. Hanya saja, kapan Shawn membacanya?Namun, setel
Yvonne tidak peduli dengan kondisinya yang terbungkus perban sekarang. Dia turun dari mobil dan berjalan ke dalam. Ketika hendak menghampiri resepsionis, Dylan kebetulan keluar dari dalam. Pria itu bertanya, "Kenapa kamu datang?"Yvonne menjawab dengan singkat, "Aku mau cari Shawn, di mana dia?"Dylan menjawab, "Dia sudah pergi, lagi menangani beberapa urusan. Apa ada sesuatu yang mendesak? Apa aku perlu meneleponnya untuk suruh dia kembali?"Yvonne berpikir sejenak, lalu menggeleng sambil menjawab, "Nggak usah." Lebih baik dia menjelaskannya setelah Shawn pulang ke rumah nanti.Yvonne pun berbalik dan berjalan keluar, lalu kembali ke rumah sakit. Dia kebetulan bertemu dengan Aaron yang sedang melakukan pemeriksaan pasien. Pria itu pun mengganti perban untuknya. Saat ini, Yvonne bertanya, "Apa aku boleh pulang dan istirahat di rumah?"Aaron bertanya sambil tersenyum, "Kamu sendiri juga seorang dokter, masa nggak suka bau rumah sakit?"Yvonne menjelaskan, "Bukan karena nggak suka baunya
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"