Di sepanjang perjalanan, Yvonne sama sekali tidak berbicara. Sepertinya Yvonne masih merajuk. Shawn meraih tangan Yvonne dan bertanya dengan lembut, "Kamu masih marah, ya?"Yvonne mengabaikan Shawn, seolah-olah mengakui bahwa dia memang marah. Shawn berucap, "Kamu yang membuatku marah dulu."Yvonne melirik Shawn sekilas dan bertanya balik, "Aku membuatmu marah? Memangnya aku salah apa?"Shawn menyahut, "Kamu tahu sendiri."Yvonne merasa tidak berdaya. Masalahnya, dia benar-benar tidak tahu. Jelas-jelas Shawn yang marah tanpa alasan yang jelas. Perilaku Shawn benar-benar tidak normal, apa dia sudah gila?Tiba-tiba, ponsel Shawn berdering. Ponsel Shawn sudah dihubungkan dengan bluetooth mobil. Setelah menjawab panggilan telepon, suara Dylan terdengar. "Thiago terus membuat keributan, dia menabrak pintu dan berteriak sehingga agak mengganggu. Aku belum menemukan tempat yang cocok untuk mengurungnya."Shawn berkata dengan dingin, "Ikat dan sumpal mulutnya."Dylan menyahut, "Oke."Setelah p
Aaron langsung mundur karena aura pria di depannya ini sangat mengintimidasi. Aaron bertanya, "Kamu cari siapa?"Shawn tidak menghiraukan Aaron, dia malah memperhatikan papan nama di dada Aaron. Tatapan Shawn menjadi muram. Yvonne mendongak dan memanggil, "Shawn?"Aaron bertanya, "Kalian saling kenal?"Shawn berjalan masuk ke kamar dan berdiri di samping ranjang. Jelas-jelas dia datang untuk melihat keadaan Yvonne, tetapi dia malah menyindir, "Sepertinya kamu senang sekali, ya?"Yvonne mengabaikan sikap Shawn yang aneh, dia merasa Shawn gila! Yvonne tersenyum dan berkata kepada Aaron, "Perkenalkan, dia ini suamiku.""Ternyata dia suamimu," ujar Aaron. Kemudian, dia mengulurkan tangan kepada Shawn sembari menyapa, "Halo."Shawn berpura-pura tidak melihat tangan Aaron yang terulur. Sementara itu, Aaron yang kesal menarik tangannya dan berucap, "Aku masih ada kerjaan. Aku pergi dulu supaya nggak menganggu kalian." Selesai bicara, Aaron pun keluar dari kamar.Yvonne memelototi Shawn sembar
Neil berujar dengan yakin, "Iya, Anas memang amnesia. Bu, kamu harus memperlakukan Anas dengan baik untuk menebus kesalahanmu dulu."Nyonya Sanchez mengangguk dan menimpali, "Aku tahu, sekarang kamu sudah bisa mengendalikan Keluarga Sanchez. Jadi, aku nggak takut kekayaan Keluarga Sanchez direbut dan aku nggak perlu menjodohkanmu lagi. Kalau kamu sudah cukup kuat, aku tentu berharap kamu bisa bersama dengan orang yang kamu sukai."Neil mengingatkan, "Jangan ungkit masalah itu dulu di depan Anas."Nyonya Sanchez mengangguk dan menyahut, "Oke."Anas melirik sekilas Neil dan Nyonya Sanchez yang sedang diam-diam berbincang. Ekspresi Anas menjadi dingin, apa mereka berdua berniat mencelakainya lagi? Untung saja, Anas sudah mendapatkan informasi yang banyak. Jika tidak, mungkin saja Anas akan dicelakai sekali lagi.Kemudian, Neil masuk ke dapur untuk membantu Anas mencuci sayur. Anas langsung mendorong Neil keluar dan membujuk, "Kamu nggak usah bantu aku, aku bisa mengurusnya sendiri."Neil
Di sisi lain, Yvonne yang berada di rumah sakit sudah sadar. Shawn menuang air untuk Yvonne dan bertanya, "Kamu lapar, tidak?"Yvonne menyahut, "Nggak. Apa kamu sudah menemukan obatnya?"Shawn menjelaskan, "Um. Aku juga sudah menyuruh Dylan untuk memberi Thiago makan obat itu, lalu menyerahkan Thiago kepada Kakek Graham."Shawn telah mencari tahu khasiat obatnya. Ternyata, itu adalah obat yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan memori. Yvonne berniat untuk membuat Thiago melupakan semua dendamnya. Dengan begitu, Thiago bisa memulai hidup baru. Ini memang cara yang bagus. Jika Thiago hanya dikurung, mereka harus menyuruh orang untuk menjaga Thiago. Takutnya, Thiago akan kabur dan berbuat jahat lagi.Yvonne berkomentar, "Kakek Graham sakit parah. Kalau Thiago bisa menemaninya pada saat-saat seperti ini, pengobatan Kakek Graham akan terbantu."Yvonne mendapatkan inspirasi dari kondisi Anas. Seseorang tidak akan terus mempermasalahkan kejadian di masa lalu lagi jika telah melupa
Yvonne turun dari ranjang. Dia terus menengadah karena melakukan operasi di bagian leher. Itulah sebabnya dia tidak bisa melihat barang di bawah. Alhasil, Yvonne menabrak meja dan hampir terjatuh.Shawn yang mendengar suara di dalam kamar segera masuk. Melihat Yvonne yang sedang berdiri, Shawn mengernyit dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Yvonne yang terkejut bertanya balik, "Bukannya tadi aku menyuruhmu beli makanan?"Shawn membalas, "Apa kamu mengusirku karena mau pergi ke kamar mandi?"Yvonne menyangkal, "Bukan.""Oh, ya?" sahut Shawn. Dia menghampiri Yvonne, lalu menggendongnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah menurunkan Yvonne, Shawn hendak membantu Yvonne melepaskan celananya.Yvonne segera menarik celananya dan bertanya dengan panik, "Apa yang kamu lakukan?""Kamu mau buang air kecil, 'kan? Jadi, aku mau membantumu," ucap Shawn. Dia yang merasa lucu berkomentar, "Kita itu suami istri. Memangnya ada bagian tubuhmu yang belum pernah kulihat?"Yvonne mendorong Shawn. Sement
Kemudian, Niko menghampiri Anas dan menariknya, lalu marah-marah, "Selama ini kamu ke mana? Katanya kamu sudah mati, kenapa kamu tiba-tiba muncul lagi dan masih bersama dengan Neil? Apa kamu nggak takut setelah dicelakai oleh Neil?"Anas sedikit tersentuh saat memandang Niko yang kesal. Seharusnya, Niko memang benar-benar mengkhawatirkan Anas. Jika tidak, reaksi Niko tidak mungkin begitu berlebihan."Niko, selama ini Anas menganggapmu sebagai adiknya. Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak," ujar Neil. Dia menggenggam tangan Anas dan membujuk, "Anas, jangan dengarkan Niko yang bicara sembarangan. Dia cuma anak kecil yang belum dewasa."Niko yang tidak terima merasa sangat kesal setelah mendengar perkataan Neil. Dia menimpali, "Jadi karena kamu itu pria dewasa makanya kamu boleh bicara sembarangan? Aku memang lebih kecil dari kalian, tapi aku punya hati nurani. Jelas-jelas kamu sudah mencelakai Anas, tapi kamu malah muncul di depan Anas lagi. Benar-benar nggak tahu malu, bisa-bisanya k
Melihat Anas yang memegang tongkat, Neil sangat kaget. Neil sama sekali tidak menyangka Anas akan menyerangnya dari belakang. Neil berujar, "Anas?" Apa maksud Anas? Neil benar-benar tidak mengerti.Anas langsung berpura-pura terkejut, lalu menjelaskan dengan terbata-bata, "Aku ... aku mau memukul Niko ...."Niko langsung marah setelah mendengar ucapan Anas. Saat Neil lengah, Niko langsung menendang tubuh Neil. Setelah Neil jatuh, Niko memanfaatkan kesempatan ini untuk duduk di tubuh Neil dan terus menghajar Neil. Neil yang dihantam dengan tongkat tadi masih agak linglung, jadi dia tidak bisa membalas serangan Niko.Sementara itu, Dylan yang sedang mengamati kamera pengawas di dalam rumah mengernyit dan bertanya, "Apa aku harus membereskannya?"Jika tidak, Neil bisa dihajar sampai mati! Shawn melirik kamera pengawas sekilas dan berujar, "Cepat hentikan mereka."Dylan pun bergegas keluar. Dia menarik Niko dan memperingatkan, "Kalau kamu memukul Neil lagi, aku akan mengusirmu!"Niko yang
Begitu melihat buku harian itu, Shawn langsung emosi. Raut wajahnya juga terlihat muram. Dia berkata dengan nada dingin, "Apa yang kamu lakukan? Kamu lagi mengenang masa lalu atau merasa menyesal?"Yvonne tidak dapat berkata-kata. Akhir-akhir ini, Shawn selalu bersikap seperti ini. Namun, Yvonne juga tidak menghiraukan sikap anehnya itu. Dia hanya berkata, "Ayo, kita keluar."Yvonne mengulurkan tangan untuk menggandeng Shawn, tetapi pria itu sama sekali tidak mau bergerak saking kesalnya. Yvonne pun menarik kembali tangannya. Dia tidak akan memaksa Shawn untuk membantunya. Dia masih dapat berjalan sendiri tanpa bantuan pria itu.Saat ini, Yvonne menggerakkan kakinya ke depan dan melangkah lebih ringan. Shawn yang tidak tahan pun segera bertanya, "Kamu sengaja berpura-pura kasihan di depanku?"Yvonne hanya mengabaikannya, seolah-olah tidak mendengar pertanyaan tersebut. Ada yang salah dengan Shawn belakangan ini. Yvonne sama sekali tidak ingin mengusik ataupun marah dengannya. Dia tetap