Share

Bab 636

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Neil bergegas membuka pintu. "Ayo, masuk."

Yvonne penasaran. "Di mana Anas?"

"Belum sadarkan diri," jawab Neil.

"Aku datang keawalan, ya?"

"Duduklah dulu, mau minum apa?" tanya Neil.

"Jus saja."

Neil menuangkan segelas jus untuk Yvonne. Setelah meneguk setengah gelas jus, Yvonne pergi ke kamar untuk memeriksa kondisi Anas.

Karena Anas masih tidur, Yvonne menutup kembali pintu kamarnya. Tepat di saat Yvonne menutup pintu, Anas yang berbaring di atas tempat tidur pun membuka matanya secara perlahan.

Anas memutar bola matanya. Dia penasaran, apakah dirinya benar-benar lupa ingatan? Apakah benar dirinya bernama Anas?

Anas bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamar tanpa mengenakan alas kaki.

....

Yvonne dan Neil sedang mengobrol di ruang tamu.

"Bagaimana masalah keluargamu? Sudah beres?" tanya Yvonne.

"Em." Neil mengangguk. "Keluarga Lokra sudah hancur, aku juga sudah menceraikan Yasmine. Sekarang aku yang berkuasa di rumah."

Yvonne bertanya dengan ragu, "Hmm, apakah Keluarga Lokra yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 637

    "Kamu sudah bangun?" tanya Neil dengan hati-hati.Lyana membuka matanya secara perlahan, dia menatap Neil dengan penuh waspada.Walaupun obrolan Yvonne dan Neil tidak panjang, Lyana mendapatkan beberapa informasi penting.Anas hilang ingatan karena ada yang ingin menghabisi nyawanya. Namun, ternyata Anas berhasil bertahan hidup. Ditambah, orang yang mencelakainya adalah ibu kandung Neil."Kamu mau apa?" Lyana memelototi Neil."Aku pernah cerita soal adik kelas kita, 'kan? Dia adalah sahabatmu. Aku memintanya ke sini untuk menemuimu. Biar kamu yakin bahwa aku tidak berbohong."Lyana menyeringai dingin. Bukannya Neil tidak ingin ingatan Lyana kembali? Masih berani bilang tidak berbohong?'Pria ini pasti orang jahat,' pikir Lyana. Kalau tidak, kenapa dia takut ingatan Lyana kembali?"Baiklah, aku bersedia menemuinya.""Oke." Neil senang mendengarnya. "Pakai sandalmu, dia ada di ruang tamu.""Siapa namanya?" tanya Lyana."Yvonne," jawab Neil. "Kamu nggak ingat pekerjaanmu dulu? Kamu adalah

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 638

    Yvonne melihat sebuah mobil yang tampak familier. Sebelum Yvonne sempat melihatnya dengan jelas, lampu hijau sudah menyala.Yvonne menoleh ke belakang, dia melihat Jackal yang turun dari mobil tersebut. Pantas saja familier, ternyata Kakek Graham.Shawn sudah memutuskan hubungannya dengan Keluarga Jamison, jadi Yvonne juga tidak mau ambil pusing.Ketika Yvonne pulang, suasana di rumah sangat sepi. Leah sedang memasak di dapur, sementara Samantha merapikan perlengkapan bayi."Di mana Shawn?" Yvonne bertanya kepada Samantha."Lagi sama Dylan di ruangannya," jawab Samantha.Yvonne pergi mengecek kedua anaknya, mereka sudah tertidur pulas."Coba temui Shawn dan Dylan, sebentar lagi makan malam siap," kata Samantha.Pintu ruangan Shawn tidak tertutup rapat. Ketika hendak memanggil mereka, Yvonne tidak sengaja mendengar pembicaraan Dylan dan Shawn."Xavier akan mengurus dokter itu. Lagi-lagi Harvey berulah, apa rencanamu?" Dylan bertanya kepada Shawn.Kali ini Shawn tidak langsung menggunaka

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 639

    Matahari pagi memberikan banyak manfaat.Shawn pergi setelah menyantap sarapannya, sedangkan Yvonne mengurus kedua anaknya di rumah.Samantha menggunakan kesempatan ini untuk mengajak Yvonne berbicara."Yvonne." Samantha terlihat ragu."Ada apa, Bu? Bicara saja."Samantha harus menata kata-kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan Yvonne. "Walaupun pesta pernikahanmu agak terlambat, kalian harus segera menyiapkan semuanya."Yvonne menemani Dio bermain sambil menjawab Samantha, "Shawn yang akan mengurus semuanya. Aku nggak perlu berbuat apa-apa.""Tapi kamu harus tampil dengan cantik, 'kan? Kamu memang bisa menutupi lukamu selamanya, tapi perjalanan pernikahan kalian masih panjang," Samantha terpaksa berbicara secara frontal untuk menyadarkan Yvonne.Yvonne refleks mengusap luka di wajah dan lehernya."Meskipun sekarang Shawn tidak keberatan, lukamu tidak enak dipandang.""Bu, kecantikan nggak bakal membuat seseorang setia. Kalau memang dasarnya hidung belang, mau secantik apa pun

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 640

    Shawn melihat jelas gerakan Yvonne yang tergesa-gesa.Begitu Shawn masuk ke kamar, Yvonne menghampirinya dan bertanya, "Sudah makan malam?"Shawn tidak menjawab pertanyaan Yvonne. Dia mengangkat tangannya, lalu mengusap lembut bekas luka di wajah dan leher Yvonne.Yvonne bertanya dengan nada bercanda, "Lihat wajahku, apakah orang lain nggak bakal mentertawakanmu? Mereka bakal berpikir ngapain kamu menikahi seorang wanita buruk rupa?""Tidak ada yang berani berbicara seperti itu.""Tapi pasti ada yang berbicara seperti itu di belakangmu." Yvonne menurunkan tangan Shawn. "Sana, mandi dulu. Aku mau ngecek anak-anak."Shawn mencegat Yvonne pergi. "Ada Ibu dan Bibi Leah yang menjaga anak-anak. Hari ini kamu bersikap agak aneh.""Ibuku menyuruh aku melakukan operasi. Katanya wajahku nggak enak dipandang," jawab Yvonne.Shawn tersenyum. "Memang."Yvonne langsung memelototinya. "Katanya kamu nggak peduli?""Aku memang tidak peduli.""Lalu kenapa kamu menyetujui ucapan ibuku?" Yvonne cemberut.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 641

    "Thiago dan pacarnya sudah dibebaskan seseorang," ucap Dylan dari ujung telepon.Shawn bertanya dengan sorot mata dalam, "Apa yang terjadi?""Begitu mendapat panggilan dari direktur rumah sakit, aku bergegas ke Rumah Sakit Jiwa Montari. Setibanya di sana, aku melihat ada sebuah lubang di luar kamar mereka," jawab Dylan.Shawn memejamkan matanya sembari menimpali, "Aku mengerti. Segera selidiki siapa orang yang membebaskan mereka.""Oke," sahut Dylan.Setelah Shawn mengakhiri panggilan, Yvonne bertanya, "Ada masalah apa?""Thiago dan pacarnya sudah dibebaskan seseorang dari Rumah Sakit Jiwa Montari," balas Shawn sambil meletakkan sendoknya. Dia seketika kehilangan nafsu makannya."Meskipun ada masalah, kamu tetap harus makan." Yvonne berjalan ke arah Shawn, lalu meletakkan sendok ke tangan pria itu dan menambahkan, "Jangan membuang-buang masakanku."Shawn menatap Yvonne sembari tersenyum, lalu menyahut, "Baiklah."Yvonne sama sekali tidak khawatir dengan keamanan tempat ini. Dia bertany

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 642

    "Hasil penelitian kalian saat itu benar-benar memperluas pengetahuanku. Aku sangat kagum dengan profesionalisme dan ketekunan kalian," jelas Tio.Tio diam sejenak, lalu melanjutkan, "Kamu pernah bekerja di Pusat Penelitian Jantung Maine dan mendapatkan data penelitian terbaru. Kamu memang nggak menjadi karyawan resmi, tapi kontribusimu sangat besar. Aku mencarimu hari ini karena berharap kamu bersedia menjabat sebagai direktur."Yvonne terbelalak karena terkejut. Dia tidak menyangka Tio menginginkan dirinya menggantikan posisinya sebagai direktur. Dia seketika tidak tahu harus menjawab apa. "Aku khawatir nggak sanggup ...," sahutnya."Jangan buru-buru menjawabku. Kamu boleh mempertimbangkannya dulu." Tio menuangkan secangkir teh untuk Yvonne, lalu melanjutkan, "Awalnya, Pak Tera yang akan menggantikan posisiku, tapi untung saja perbuatannya terungkap sehingga kita bisa melihat kemampuannya yang sebenarnya. Kalau nggak, Pusat Penelitian Prato akan hancur di tangannya."Yvonne menyesap t

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 643

    "Beli kue, ya?" tanya Aurora lagi sambil tersenyum. Dia sama sekali tidak merasa asing.Yvonne mengangguk sembari membalas, "Dylan sangat sibuk dan nggak ada waktu untuk menemaniku. Aku sangat bosan sendirian. Apa aku boleh bermain ke rumahmu?" tanya Aurora.Yvonne tidak berniat untuk menolaknya, tetapi dia sendiri juga tidak ada waktu. Dia ingin memanfaatkan waktu saat tidak bekerja untuk menemani anaknya di rumah. "Apa kamu nggak ingin melakukan sesuatu? Misalnya, pekerjaan yang kamu sukai, jadi kamu bisa mengisi waktu kosongmu," saran Yvonne."Aku pernah berpikir seperti itu, tapi Dylan bilang biar dia saja yang menghidupiku," timpal Aurora dengan ekspresi bahagia.Melihat ini, Yvonne seketika tersenyum. Ketika seseorang merasa bahagia, seolah-olah ada seberkas cahaya yang menyinari orang itu. Membuat orang-orang yang melihatnya juga merasakan kehangatan."Kenapa kamu tersenyum?" Aurora bertanya, "Apa aku salah berbicara?""Nggak." Yvonne menuangkan segelas air dan minum, lalu melan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 644

    "Ada apa?" tanya Yvonne. Melihat ibunya yang begitu gelisah, Yvonne berpikir pasti ada sesuatu yang tidak beres. Dia pun berdiri menghampiri ibunya."Lihatlah," kata Samantha menyodorkan ponselnya kepada Yvonne.Yvonne meraih ponsel Samantha dan melihatnya sekilas. Alisnya sontak mengernyit. Di dalam berita, tertera bahwa Shawn telah membuat Graham kesal hingga pingsan! Graham sudah dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Di berita itu juga ada beberapa gambar tempat kejadian. Meskipun gambarnya tidak jelas, bisa terlihat bahwa orang di dalam gambar itu adalah Shawn dan Graham."Coba kamu lihat kolom komentarnya. Semuanya komentar negatif. Melihatnya saja sudah membuatku kesal," ucap Samantha. Jika bukan karena gaptek, dia pasti sudah berdebat dengan netizen.Yvonne membujuk Samantha agar tidak marah. Dia membalas, "Biar aku pergi melihat situasinya." Menurutnya, masalah ini tidak sesederhana yang terlihat.Berdasarkan kekuasaan Shawn yang sekarang, bukan hal yang sulit untuk meredam pe

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status