Share

Bab 612

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Sebelum berdiri, Yvonne membalikkan badan, lalu memeluk leher Shawn dan menggigit telinganya.

Shawn tidak memberontak, dia hanya mengerutkan alis sambil menatap Yvonne dengan penuh kasih sayang.

"Jangan memaksaku lagi!" kata Yvonne dengan ketus.

"Em." Shawn tersenyum.

Ketika hendak berdiri, Yvonne terpeleset dan kembali jatuh ke pangkuan Shawn. Leah yang baru memasuki ruang makan sontak menutup mata dan bergegas membalikkan badan.

"Maaf, kalian lanjutkan. Aku tidak melihat apa-apa." Leah kabur sambil tersenyum malu.

Wajah Yvonne tampak memerah dan terasa panas. Leah pasti salah paham .... Memalukan!

"Semua gara-gara kamu!" Yvonne memarahi Shawn.

"Kita adalah suami istri, kenapa mesti malu?" Shawn tersenyum menggoda.

Yvonne malas meladeni Shawn, dia bangkit berdiri dan kembali ke kamar.

Shawn menghabiskan makanannya, lalu pergi ke kamar Dio dan baru memanggil Yvonne.

Yvonne selalu mengenakan syal untuk menutupi luka di leher dan wajahnya. Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, Yvonne b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 613

    Aurora menyela sebelum Shawn menjawab. "Dia bukan kakak tiriku, aku cuma anak angkat, bukan anak kandung ibuku. Kamu nggak perlu meminta persetujuan dia, yang penting kita bahagia."Dylan menjelaskan kepada Shawn karena Aurora adalah anak angkat Kamila. Walaupun tidak memiliki hubungan darah, secara tidak langsung mereka adalah keluarga. Bagaimanapun, Shawn adalah anak kandung Kamila."Aku tidak akan mencampuri masalah pribadimu," jawab Shawn.Seperti kata Aurora, mereka tidak memiliki hubungan darah. Aurora hanyalah anak angkat, Shawn tidak merasa perlu mengurusnya.Kemudian Shawn merangkul Yvonne sambil berbicara kepada Dylan, "Baguslah kamu sudah sembuh. Kalau begitu, kami pergi dulu.""Em, besok aku akan mulai bekerja," jawan Dylan.Shawn tidak menjawab, dia menggandeng Yvonne dan meninggalkan ruangan."Apakah hari ini kamu sibuk?" tanya Yvonne."Ada apa?" tanya Shawn."Aiden dan yang lainnya susah payah membantuku untuk meneliti obat. Aku berencana mentraktir mereka makan. Kalau a

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 614

    "Jangan sentuh aku!" Yvonne memarahi Shawn. "Kalau kamu macam-macam, nanti malam tidur di sofa!"Shawn dan Yvonne bercanda seperti sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.Shawn mengajak Yvonne ke sebuah toko yang menjual mereka ternama. "Ayo, ke sana. Kita lihat-lihat."Namun Yvonne malah menahan tangan Shawn dan menjawab, "Jangan deh ....""Suamimu yang bakal membayar semunya." Shawn masuk ke dalam toko tersebut sambil memeluk Yvonne.Shawn dan Yvonne sudah lama bersama, tetapi Shawn tidak pernah membelikannya apa-apa. Shawn merasa bersalah dan gagal sebagai seorang pria."Beli semua yang kamu kamu." Ucapan Shawn lebih terdengar seperti perintah.Yvonne memeluk erat Shawn, dia merasa aman dan nyaman. Shawn memilih beberapa pakaian yang bagus untuk Yvonne. Di saat bersamaan, seorang staf toko menghampiri mereka."Pakaian yang digantung untuk pajangan. Kalau Anda ingin membelinya, aku akan mengambilkan yang baru," kata staf toko dengan sopan.Pakaian dan perhiasan Yvonne sangat sed

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 615

    Raut wajah Yvonne tampak muram. "Dia baru menikah beberapa hari yang lalu, masa sudah punya anak?"Shawn langsung memahami maksud Yvonne. Mereka curiga, jangan-jangan anak yang digendong Harvey adalah anak Shawn dan Yvonne? Harvey selalu berusaha untuk mendapatkan Yvonne, ditambah dia juga sangat membenci Shawn.Berdasarkan karakter Harvey, dia pasti menggunakan berbagai cara untuk membalas dendam. Apakah mungkin Harvey yang menculik anak mereka?Yvonne tidak bisa tinggal diam, dia harus melabrak Harvey. Ketika Yvonne hendak menghampiri Harvey, Shawn buru-buru menarik tangannya dan berkata, "Sebentar, jangan gegabah."Yvonne panik. "Shawn, bagaimana aku bisa tenang? Mungkin saja Harvey yang menculik anak kita ....""Yvonne." Shawn menjelaskan, "Kalau kamu melabraknya seperti ini, memangnya dia bakal langsung mengaku?""Eh ...." Harvey yang melihat keberadaan Shawn dan Yvonne pun menghampiri mereka.Harvey memamerkan anak yang berada di dalam pelukannya. "Aku juga sudah punya anak laki-

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 616

    "Terlepas dari apa pun tujuannya, yang penting kita harus melakukan tes DNA dulu. Aku tidak akan melepaskan kemungkinan sekecil apa pun." Shawn memeluk Yvonne. "Ayo, kita pergi."Begitu masuk mobil, Yvonne mengenakan sabuk pengaman sambil berkata, "Shawn, aku mau lakukan sendiri tes DNA-nya."Yvonne tidak memercayai orang lain, dia takut ada yang memanipulasi hasilnya."Oke." Shawn mengangguk setuju.Yvonne sangat berharap sekaligus gugup.Shawn menggenggam erat telapak tangannya. "Jangan berpikir terlalu jauh."Yvonne menoleh ke luar jendela sambil bersandar di bangku. "Maksudmu ... jangan berharap terlalu banyak?"Benar, Shawn memang berpikir seperti itu. Yvonne sangat memahami jalan pikiran Shawn.Yvonne mengangguk, dia berpura-pura tetap tenang. "Aku tahu, kok. Tenang saja."...."Istirahatlah." Shawn berpesan sesampainya di rumah.Yvonne mengangguk, lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah.Shawn baru pergi setelah memastikan Yvonne masuk ke dalam rumah.Begitu menutup pi

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 617

    Harvey sendiri yang membukakan pintu. Dia kelihatan agak kesal. "Aku pikir kamu mengingkari janji.""Tadi ada urusan," Yvonne menjawab dengan datar."Silakan masuk." Harvey memberikan jalan.Yvonne tidak langsung masuk, dia memperhatikan keadaan di dalam untuk berjaga-jaga. Begitu melihat ada orang lain, Yvonne baru beranjak masuk.Harvey menutup pintu. "Curiga banget? Kamu takut aku terkam?""Memangnya kamu pernah berhasil?" Yvonne berbalik tanya.Harvey terdiam. Harus diakui, Yvonne memang wanita yang licik. Agar tidak mempermalukan diri sendiri, Harvey bergegas mengubah topik pembicaraan. "Kenalkan, ini adalah istriku, Fiona."Wanita yang duduk di sofa sambil menggendong seorang pun bangkit berdiri untuk menyapa Yvonne. "Halo. Kamu temannya Harvey? Senang berkenalan denganmu."Yvonne tidak mengerti, apa yang sedang direncanakan Harvey?"Halo," Yvonne membalas sapaan Fiona.Harvey beranjak ke samping Fiona, lalu memeluknya sambil berbicara kepada Yvonne. "Bagaimanapun kita adalah tem

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 618

    Fiona merasa agak pusing, perlahan-lahan pandangannya mulai kabur. Dia bahkan tidak bisa melihat jelas Harvey yang berada di hadapannya.Harvey duduk sambil menggelengkan kepala. Dia berusaha untuk menjaga kesadarannya."Apakah kamu merasa pusing? Kepalaku terasa berputar-putar," tanya Fiona.Bahkan bayi yang tadinya menangis pun tertidur dalam hitungan detik.Harvey baru mengerti kenapa tadi Yvonne marah. Yvonne adalah seorang dokter, dia memiliki indera penciuman yang sensitif. Tadi dia pasti mencium aroma yang mencurigakan.Tatapan Harvey langsung tertuju kepada lilin yang berada di atas meja. Tadi seorang staf hotel datang memberikan lilin tersebut, katanya ini adalah lilin aroma terapi yang bagus untuk memelihara kualitas tidur.Harvey tidak berpikir terlalu banyak, dia meletakkan lilin itu di atas meja. Pasti lilinnya yang bermasalah.Harvey bangkit berdiri dan hendak memadamkan lilin tersebut. Namun sebelum sempat menjangkau lilin tersebut, Harvey telah kehilangan kesadaran dan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 619

    "Hmm?" Shawn juga menantikan jawabannya.Yvonne menggelengkan kepala. "Bukan anak kita ...."Bayi itu bukan anak mereka, sama sekali tidak memiliki hubungan darah.Kilatan kekecewaan melintas di mata Shawn, tetapi dia tidak berlama-lama meratapi kesedihannya.Shawn memeluk Yvonne sambil mengusap pundaknya. "Tidak apa-apa, kita cari lagi sampai ketemu. Tadi aku baru mendapatkan kabar, detektifnya sudah menemukan petunjuk. Jangan cemas, ya!"Sejak awal, Shawn sudah mengingatkan Yvonne untuk menjaga harapannya. Seandainya bayi itu anak mereka, Harvey tidak mungkin membawanya ke hadapan Shawn dan Yvonne.Akan tetapi, Yvonne tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Yvonne mencemaskan keselamatan anaknya. Bagaimana kalau anaknya menderita?Yvonne adalah seorang dokter, dia terbiasa dilatih untuk bersikap tenang dan bijaksana. Yvonne mengatur suasana hatinya, lalu menatap Dylan dan berkata, "Kembalikan bayinya kepada Harvey."Bayi itu bukan anak mereka, Yvonne harus mengembalikannya kepada Har

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 620

    Neil melihat seorang wanita yang mirip dengan Anas.Dalam sekejap, Neil langsung kehilangan akal sehat dan menarik wanita itu. "Anas."Pelayan wanita itu kaget dan membalikkan badan. Sesaat melihat Neil, pelayan itu bertanya dengan terbata-bata, "Pak, ada yang bisa kubantu?"Neil mengamati wajah pelayan ini. Bola mata Neil terasa ingin melompat keluar.Pelayan ini memiliki perawakan yang sama seperti Anas. Benar-benar mirip!"Kamu nggak mati? Kamu masih hidup?" Neil terharu sampai ingin menangis sekaligus tertawa. Perasaannya terasa campur aduk.Namun pelayan ini mengira kalau Neil memiliki gangguan psikologis. "Pak, Anda salah mengenali orang?"Tanpa pikir panjang, Neil langsung memeluk erat pelayan ini."Prang!" Nampan yang dibawa pelayan pun terjatuh ke lantai. Semua makanan jatuh berserakan.Pelayan ini terkejut, dia mengira kalau Neil ingin melecehkannya. Pelayan ini memberontak sambil berteriak, "Tolong, tolong aku! Tolong ....""Anas, kamu kenapa?" Neil mengerutkan alis. Kenapa

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status