Yvonne menyalakan lampu tidur sehingga pencahayaan di dalam ruangan tidak terlalu redup, tapi juga tidak terlalu terang.Setelah memastikan Yvonne tertidur pulas, Shawn menutup pintu dan beranjak ke samping tempat tidur.Shawn menundukkan kepala dan memperhatikan wajah Yvonne yang mulus. Yvonne memiliki bibir tipis merona, rambut hitam panjang yang sedikit berantakan membuatnya terlihat makin menawan.Tanpa disadari, Shawn mengulurkan tangan untuk mengusap wajah Yvonne. Ketika ujung jari Shawn menyentuh pipinya, Yvonne memutar kepalanya ke sisi lain.Shawn mengerutkan alis dan bergegas menarik kembali tangannya."Uhm ...." Yvonne membalikkan badan dan membelakangi Shawn.Shawn menyelimuti Yvonne, lalu berbaring di sebelah sambil memeluknya dari belakang. Suasana di dalam ruangan terasa harmonis dan hangat.Entah kapan Shawn pergi. Ketika Yvonne bangun, Shawn sudah tidak berada di sampingnya. Yvonne sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.Sekitar pukul 8 pagi, Leah datang mengantarkan
Ternyata Yvonne tidak mengenali Calvin seutuhnya. Yvonne tidak tahu apa impian dan alasan ayahnya melakukan semua ini."Aku ingin menjadikan Keluarga Staford sebagai keluarga terpandang. Aku ingin putriku menjadi istri konglomerat agar hidupnya tidak menderita." Sesaat menyadari Yvonne yang tampak luluh, Calvin melanjutkan ceritanya yang mengharukan.Namun Yvonne malah mengerutkan bibir dan bertanya, "Jadi ... Ayah mengorbankan aku demi menggapai semua impian Ayah?""Aku tidak pernah mengorbankan kamu. Memangnya Shawn jelek dan miskin? Kamu tahu, ada berapa banyak wanita di luar sana yang ingin menjadi istrinya? Harusnya kamu bersyukur bisa menduduki posisi sebagai nona muda Keluarga Jamison. Kalau tidak menikah dengan Shawn, memangnya kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik daripada dia?"Yvonne terdiam, dia tidak bisa menjawab Calvin. Semua orang tahu betapa tampan dan kayanya Shawn. Di mata orang-orang, Shawn adalah sosok yang sempurna.Bagi sebagian besar wanita, Shawn adalah pr
Jika Yvonne tidak sedang sakit, Shawn mungkin sudah mencekik lehernya.Apakah menikah dengan Shawn membuat Yvonne begitu menderita?Yvonne pura-pura tidak mendengar pertanyaan Shawn, tetapi bulu matanya terlihat bergetar. Shawn bukan anak kecil yang bisa ditipu dengan mudah.Shawn memejamkan mata, lalu mengembuskan napas panjang dan mengulurkan tangan untuk mengusap wajah Yvonne.Yvonne tersentak dan bergegas memalingkan wajah.Shawn menyeringai sinis. "Sudah puas sandiwaranya?""Apa maksudmu? Aku baru bangun tidur." Yvonne merenggangkan tubuhnya. "Kamu ngapain ke sini?""Kamu adalah istriku, tentu aku harus datang menjengukmu," jawab Shawn sambil tersenyum. "Apakah Bibi Leah merawatmu dengan baik?"Yvonne mengangguk, setiap hari Bibi Leah menyiapkan makanan dan merawatnya. Keadaan Yvonne bisa pulih secepat ini berkat Bibi Leah."Kapan boleh pulang?" tanya Shawn.Yvonne lebih memilih tinggal di rumah sakit daripada pulang ke rumah. "Belum tahu."Shawn tahu isi pikiran Yvonne. "Kamu mau
Yvonne tahu bahwa Jolene menyukai Shawn, makanya dia sengaja membuat Jolene marah.Alhasil rencana Yvonne berhasil. Jolene langsung melampiaskan semua amarahnya, dia mencekik Yvonne sambil membentaknya, "Kamu telah merebut posisiku. Kamu harus mati, kamu harus mati! Kalau kamu mati, Shawn akan menjadi milikku."Yvonne hanya ingin membuat Jolene marah, dia tidak menyangka Jolene akan bereaksi seperti ini. Yvonne ingin melawan, tapi kondisinya masih lemah."Jolene, kalau Shawn melihat sikapmu ini, apakah dia akan menyukaimu? Semua pria menyukai wanita yang lembut," kata Yvonne dengan terbata-bata.Ucapan Yvonne berguna, Jolene tersadar dan melonggarkan cengkeramannya secara perlahan-lahan."Nona ...." Ketika datang mengantarkan makanan, Leah terkejut melihat Jolene yang mencekik Yvonne.Leah buru-buru meletakkan rantangnya dan memarahi Jolene, "Apa yang kamu lakukan? Beraninya menyakiti Nona! Aku akan menelepon Tuan, biar kamu dikasih pelajaran."Raut wajah Jolene sontak berubah saat mel
Yvonne memiliki firasat yang buruk.Alhasil dugaannya benar, Shawn menjawab sambil tersenyum, "Aku senang melihatmu menderita."Yvonne menyeringai sinis. "Sikapmu aneh banget. Orang yang nggak tahu mungkin akan mengira kamu mengalami gangguan jiwa."Setelah kembali ke tempat tidur, Yvonne melihat jam yang menunjukkan pukul 9 dan bertanya, "Kamu belum mau pulang?"Hari ini Yvonne agak lelah, dia ingin sendiri.Semakin Yvonne mengusirnya, Shawn justru makin enggan meninggalkan tempat ini."Memangnya aku harus pulang ke mana? Istriku saja ada di sini," jawab Shawn sambil melipat kedua tangan di dada.Yvonne malas meladeni Shawn, dia berbaring dan langsung memejamkan mata."Malam ini aku tidur di sini," kata Shawn.Yvonne berpura-pura tidak mendengarnya. Dia menarik selimut dan membungkus dirinya dengan erat, seolah takut kalau Shawn akan mengambilnya.Shawn tersenyum melihat sikap Yvonne yang menggemaskan. Setelah beberapa saat, Shawn tersadar, lalu melonggarkan dasinya. Entah kenapa tiba
Jolene tidak berpikir panjang, yang terpenting sekarang adalah mencegat Shawn dan Yvonne berhubungan.Sesaat melihat pintu yang dibuka, ekspresi Shawn sontak berubah menjadi masam. Dia menegakkan tubuh dan memelototi orang yang berdiri di depan pintu. "Siapa yang menyuruhmu masuk?"Shawn semakin murka saat melihat wajah Jolene.Untungnya Jolene segera menemukan alasan dan menjawab, "Aku mau menemui Yvonne."Yvonne tahu bahwa Jolene ingin mencelakainya. Yvonne bangkit dari tempat tidur, lalu sengaja memeluk Shawn.Shawn memiliki postur yang tinggi, makanya Yvonne memeluk Shawn dengan posisi berlutut di atas tempat tidur. Dengan begitu, Yvonne dapat meletakkan wajahnya di pundak Shawn.Kemudian Yvonne menjawab Jolene sambil tersenyum puas, "Ada apa menemui aku?"Sembari berbicara, Yvonne berdoa semoga Shawn tidak mengempaskan pelukannya. Shawn langsung mengerti apa yang sedang dilakukan Yvonne. Tak hanya meladeni, Shawn bahkan menemani Yvonne untuk bersandiwara.Shawn suka bermesraan den
"Tentu saja, aku senang melihat kalian bertengkar." Yvonne tidak menyangkalnya.Meskipun tidak mengetahui kejelasan hubungan mereka, Yvonne tahu bahwa Jolene sangat menyukai Shawn.Yang terpenting, Jolene merasa setiap melihat kebersamaan Yvonne dan Shawn.Shawn menyukai kejujuran Yvonne. Shawn memeluk pinggang Yvonne, lalu menindihnya di atas tempat tidur.Kali ini Yvonne mulai panik, dia berkata dengan terbata-bata, "Ka-kamu mau apa? Ini rumah sakit, bagaimana kalau dilihat orang? Kamu yang malu, lho!""Maksudmu ... kamu mau melakukannya asalkan tidak di rumah sakit?" Shawn tersenyum licik."Nggak, bukan itu maksudku!" Yvonne menggelengkan kepala.Semua ucapan Yvonne tadi hanya untuk membuat Jolene cemburu. Yvonne tidak sungguh-sungguh ingin berhubungan dengan Shawn.Shawn menatap Yvonne dengan penuh gairah, tetapi dia tetap berusaha menahan hasratnya. Meskipun tubuhnya menginginkan Yvonne, akal sehat Shawn masih berfungsi.Melihat simpul tenggorokan Shawn yang bergulir, khasiat obat
Yvonne mengusap perutnya sambil berbicara di dalam hati, 'Lihat wanita yang menyakitimu ini. Dia telah mendapatkan balasannya.'Yvonne menutup pintu, lalu beranjak ke tempat tidur sambil menatap gelas yang dipakai Shawn.Sejak kemunculan Jolene, seharusnya Yvonne tidak boleh menyentuh semua makanan dan minuman yang ada di rumah sakit. Dia hanya boleh mengonsumsi hidangan yang disiapkan Leah.Sebenarnya Jolene ingin menjebak Yvonne, tetapi malah Shawn yang menjadi korban. Yvonne tidak tahu harus marah atau bersyukur.Yvonne mengambil ponselnya, lalu menghubungi Neil dan menceritakan semuanya. "Carikan dia wanita atau berikan obat kepadanya."Target Jolene adalah Yvonne, dia pasti menggunakan dosis obat yang tinggi. Sejujurnya Yvonne tidak tega melihat Shawn yang tampak menderita."Oke, aku mengerti," jawab Neil.Yvonne berusaha memejamkan mata, tapi dia tidak bisa tidur dan merasa gelisah.Yvonne berbalik ke kanan dan kiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.....Di sisi lain, Neil be