Ternyata Yvonne tidak mengenali Calvin seutuhnya. Yvonne tidak tahu apa impian dan alasan ayahnya melakukan semua ini."Aku ingin menjadikan Keluarga Staford sebagai keluarga terpandang. Aku ingin putriku menjadi istri konglomerat agar hidupnya tidak menderita." Sesaat menyadari Yvonne yang tampak luluh, Calvin melanjutkan ceritanya yang mengharukan.Namun Yvonne malah mengerutkan bibir dan bertanya, "Jadi ... Ayah mengorbankan aku demi menggapai semua impian Ayah?""Aku tidak pernah mengorbankan kamu. Memangnya Shawn jelek dan miskin? Kamu tahu, ada berapa banyak wanita di luar sana yang ingin menjadi istrinya? Harusnya kamu bersyukur bisa menduduki posisi sebagai nona muda Keluarga Jamison. Kalau tidak menikah dengan Shawn, memangnya kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik daripada dia?"Yvonne terdiam, dia tidak bisa menjawab Calvin. Semua orang tahu betapa tampan dan kayanya Shawn. Di mata orang-orang, Shawn adalah sosok yang sempurna.Bagi sebagian besar wanita, Shawn adalah pr
Jika Yvonne tidak sedang sakit, Shawn mungkin sudah mencekik lehernya.Apakah menikah dengan Shawn membuat Yvonne begitu menderita?Yvonne pura-pura tidak mendengar pertanyaan Shawn, tetapi bulu matanya terlihat bergetar. Shawn bukan anak kecil yang bisa ditipu dengan mudah.Shawn memejamkan mata, lalu mengembuskan napas panjang dan mengulurkan tangan untuk mengusap wajah Yvonne.Yvonne tersentak dan bergegas memalingkan wajah.Shawn menyeringai sinis. "Sudah puas sandiwaranya?""Apa maksudmu? Aku baru bangun tidur." Yvonne merenggangkan tubuhnya. "Kamu ngapain ke sini?""Kamu adalah istriku, tentu aku harus datang menjengukmu," jawab Shawn sambil tersenyum. "Apakah Bibi Leah merawatmu dengan baik?"Yvonne mengangguk, setiap hari Bibi Leah menyiapkan makanan dan merawatnya. Keadaan Yvonne bisa pulih secepat ini berkat Bibi Leah."Kapan boleh pulang?" tanya Shawn.Yvonne lebih memilih tinggal di rumah sakit daripada pulang ke rumah. "Belum tahu."Shawn tahu isi pikiran Yvonne. "Kamu mau
Yvonne tahu bahwa Jolene menyukai Shawn, makanya dia sengaja membuat Jolene marah.Alhasil rencana Yvonne berhasil. Jolene langsung melampiaskan semua amarahnya, dia mencekik Yvonne sambil membentaknya, "Kamu telah merebut posisiku. Kamu harus mati, kamu harus mati! Kalau kamu mati, Shawn akan menjadi milikku."Yvonne hanya ingin membuat Jolene marah, dia tidak menyangka Jolene akan bereaksi seperti ini. Yvonne ingin melawan, tapi kondisinya masih lemah."Jolene, kalau Shawn melihat sikapmu ini, apakah dia akan menyukaimu? Semua pria menyukai wanita yang lembut," kata Yvonne dengan terbata-bata.Ucapan Yvonne berguna, Jolene tersadar dan melonggarkan cengkeramannya secara perlahan-lahan."Nona ...." Ketika datang mengantarkan makanan, Leah terkejut melihat Jolene yang mencekik Yvonne.Leah buru-buru meletakkan rantangnya dan memarahi Jolene, "Apa yang kamu lakukan? Beraninya menyakiti Nona! Aku akan menelepon Tuan, biar kamu dikasih pelajaran."Raut wajah Jolene sontak berubah saat mel
Yvonne memiliki firasat yang buruk.Alhasil dugaannya benar, Shawn menjawab sambil tersenyum, "Aku senang melihatmu menderita."Yvonne menyeringai sinis. "Sikapmu aneh banget. Orang yang nggak tahu mungkin akan mengira kamu mengalami gangguan jiwa."Setelah kembali ke tempat tidur, Yvonne melihat jam yang menunjukkan pukul 9 dan bertanya, "Kamu belum mau pulang?"Hari ini Yvonne agak lelah, dia ingin sendiri.Semakin Yvonne mengusirnya, Shawn justru makin enggan meninggalkan tempat ini."Memangnya aku harus pulang ke mana? Istriku saja ada di sini," jawab Shawn sambil melipat kedua tangan di dada.Yvonne malas meladeni Shawn, dia berbaring dan langsung memejamkan mata."Malam ini aku tidur di sini," kata Shawn.Yvonne berpura-pura tidak mendengarnya. Dia menarik selimut dan membungkus dirinya dengan erat, seolah takut kalau Shawn akan mengambilnya.Shawn tersenyum melihat sikap Yvonne yang menggemaskan. Setelah beberapa saat, Shawn tersadar, lalu melonggarkan dasinya. Entah kenapa tiba
Jolene tidak berpikir panjang, yang terpenting sekarang adalah mencegat Shawn dan Yvonne berhubungan.Sesaat melihat pintu yang dibuka, ekspresi Shawn sontak berubah menjadi masam. Dia menegakkan tubuh dan memelototi orang yang berdiri di depan pintu. "Siapa yang menyuruhmu masuk?"Shawn semakin murka saat melihat wajah Jolene.Untungnya Jolene segera menemukan alasan dan menjawab, "Aku mau menemui Yvonne."Yvonne tahu bahwa Jolene ingin mencelakainya. Yvonne bangkit dari tempat tidur, lalu sengaja memeluk Shawn.Shawn memiliki postur yang tinggi, makanya Yvonne memeluk Shawn dengan posisi berlutut di atas tempat tidur. Dengan begitu, Yvonne dapat meletakkan wajahnya di pundak Shawn.Kemudian Yvonne menjawab Jolene sambil tersenyum puas, "Ada apa menemui aku?"Sembari berbicara, Yvonne berdoa semoga Shawn tidak mengempaskan pelukannya. Shawn langsung mengerti apa yang sedang dilakukan Yvonne. Tak hanya meladeni, Shawn bahkan menemani Yvonne untuk bersandiwara.Shawn suka bermesraan den
"Tentu saja, aku senang melihat kalian bertengkar." Yvonne tidak menyangkalnya.Meskipun tidak mengetahui kejelasan hubungan mereka, Yvonne tahu bahwa Jolene sangat menyukai Shawn.Yang terpenting, Jolene merasa setiap melihat kebersamaan Yvonne dan Shawn.Shawn menyukai kejujuran Yvonne. Shawn memeluk pinggang Yvonne, lalu menindihnya di atas tempat tidur.Kali ini Yvonne mulai panik, dia berkata dengan terbata-bata, "Ka-kamu mau apa? Ini rumah sakit, bagaimana kalau dilihat orang? Kamu yang malu, lho!""Maksudmu ... kamu mau melakukannya asalkan tidak di rumah sakit?" Shawn tersenyum licik."Nggak, bukan itu maksudku!" Yvonne menggelengkan kepala.Semua ucapan Yvonne tadi hanya untuk membuat Jolene cemburu. Yvonne tidak sungguh-sungguh ingin berhubungan dengan Shawn.Shawn menatap Yvonne dengan penuh gairah, tetapi dia tetap berusaha menahan hasratnya. Meskipun tubuhnya menginginkan Yvonne, akal sehat Shawn masih berfungsi.Melihat simpul tenggorokan Shawn yang bergulir, khasiat obat
Yvonne mengusap perutnya sambil berbicara di dalam hati, 'Lihat wanita yang menyakitimu ini. Dia telah mendapatkan balasannya.'Yvonne menutup pintu, lalu beranjak ke tempat tidur sambil menatap gelas yang dipakai Shawn.Sejak kemunculan Jolene, seharusnya Yvonne tidak boleh menyentuh semua makanan dan minuman yang ada di rumah sakit. Dia hanya boleh mengonsumsi hidangan yang disiapkan Leah.Sebenarnya Jolene ingin menjebak Yvonne, tetapi malah Shawn yang menjadi korban. Yvonne tidak tahu harus marah atau bersyukur.Yvonne mengambil ponselnya, lalu menghubungi Neil dan menceritakan semuanya. "Carikan dia wanita atau berikan obat kepadanya."Target Jolene adalah Yvonne, dia pasti menggunakan dosis obat yang tinggi. Sejujurnya Yvonne tidak tega melihat Shawn yang tampak menderita."Oke, aku mengerti," jawab Neil.Yvonne berusaha memejamkan mata, tapi dia tidak bisa tidur dan merasa gelisah.Yvonne berbalik ke kanan dan kiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.....Di sisi lain, Neil be
Orang yang mengadang Yvonne adalah Kayla.Ketika Calvin datang menemuinya, Yvonne menolak untuk membantu sehingga Niko dipenjara.Meskipun hanya dikurung sebentar, insiden ini meninggalkan rekam jejak kriminal. Setelah lulus kuliah, takutnya Niko akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.Kayla marah dan kesal, dia makin membenci Yvonne. Tujuan kedatangan Kayla hari ini adalah untuk mempermalukan Yvonne.Kayla tak datang sendirian, dia juga membawa beberapa wartawan.Begitu Yvonne keluar, Kayla langsung berlutut di depan umum. Kayla ingin membuat Yvonne terlihat sebagai seorang wanita jahat yang tidak berbakti kepada orang tua dan menindas saudaranya sendiri.Kayla menangis sambil berteriak, "Niko adalah adikmu, kenapa kamu tega melihatnya menderita? Di mana hati nuranimu? Dia adalah adikmu satu-satunya."Tangisan Kayla berhasil menarik perhatian orang-orang. Para pasien dan pengunjung rumah sakit penasaran, mereka berkumpul untuk menyaksikan apa yang terjadi.Terlepas dari siapa yang
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"