Yura sendirian di rumah sakit, dia tampak duduk di depan ruang operasi.Skala rumah sakit ini tidak terlalu besar. Sesampainya di sana, Neil mengerutkan alis saat melihat kondisi rumah sakit."Kok Kak Dylan dibawa ke rumah sakit kayak gini?" Yasmine bergumam.Sesaat melihat kemunculan Neil, Yura terkejut dan bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?""Shawn yang menyuruhku," jawab Neil."Oh ...." Sorotan mata Yura terlihat kecewa.Yasmine menatap Yura dan bertanya, "Kamu kelihatan nggak senang?"Yura mengangkat kepalanya. Raut wajahnya terlihat tenang, tetapi serius bercampur arogan. "Kamu salah paham."Yura adalah sekretarisnya Shawn, dia memiliki hak untuk bersikap arogan. Ada banyak orang yang harus menghubungi Yura untuk menemui Shawn.Yasmine bukan orang biasa, dia adalah putri tunggal Keluarga Lokra yang terhormat. Yasmine sama sekali tidak merasa terintimidasi."Neil adalah temannya Shawn, sementara aku adalah istrinya Neil. Bukankah seharusnya kamu menghormati aku?" Yasmine menyering
[ Kamu tidak perlu tahu aku siapa. Yang perlu kamu tahu, Yasmine mencurigaimu. Wanita itu berbahaya kalau dibiarkan terus. ]Orang yang mengirimkan pesan seolah menyaksikan semua yang terjadi di rumah sakit.Apakah pengirim pesan ini berada di rumah sakit? Yura melihat ke sekeliling.Yura melihat seorang pria yang mengenakan jas dan topi berwarna hitam sedang duduk di lorong rumah sakit. Pria tersebut memalingkan wajah dan kabur, seakan menyadari tatapan Yura.Yura berlari dan mengejar pria itu. Sesampainya di lantai dua, sosok tersebut menghilang begitu saja. Yura hanya melihat lorong rumah sakit yang sunyi.Yura tidak menyerah, dia berdiri di tengah koridor sambil melihat ke sekeliling untuk mencari sosok tersebut.[ Jangan mencariku lagi. Kalau kamu keras kepala, aku akan memberi tahu Shawn bahwa kamu yang mencelakai Dylan. ]Yura pun panik membaca ancaman tersebut, siapa orang yang memata-matainya ini? Dia juga mengenal Shawn?Yura membalas.[ Apa maumu? ]Pria tersebut membalas.[
"Aku nggak punya maksud apa-apa." Yura mengangkat kepalanya tanpa rasa bersalah. "Aku dan Dylan adalah rekan kerja. Aku melakukan semua ini demi kebaikan dia.""Semoga ucapanmu benar." Yasmine tersenyum kecut."Neil, apa maksud istrimu? Kenapa dia menyindirku terus? Apakah menurutmu aku akan mencelakai Dylan? Walaupun pendapat kita berbeda, tujuan kita sama, yaitu menyelamatkan Dylan. Kenapa istrimu terus menuduhku yang mencelakai Dylan? Apa untungnya aku mencelakai Dylan? Kenapa aku mencelakainya?"Yura sudah lama bekerja untuk Shawn, hubungan dengan Xavier dan Dylan pun sangat dekat. Yura tidak memiliki alasan untuk mencelakai Dylan."Yasmine tidak tahu hubunganmu dan Dylan. Jangan masukkan ke dalam hati ucapannya," jawab Neil.Di saat bersamaan, perawat membawa Dylan keluar dari ruangan. "Pasien siap dimasukkan ke dalam ambulans."Yura melirik ke arah Dylan, sorotan matanya terlihat gugup. Meskipun khawatir, Yura masih bisa berpura-pura memedulikan keadaan Dylan. "Segera bawa Dylan,
Dokter yang menangani Dylan adalah Alfano. Neil dan Alfano bersahabat, makanya Alfono bersedia membantu Neil untuk menangani operasi yang mendadak ini.Kondisi Dylan tidak begitu baik."Pasien berhasil diselamatkan, masih bernapas ...," kata Alfano.Sesaat mendengar Dylan selamat, Yura tersentak hingga ponsel yang dipegang terjatuh ke lantai."Prang!" Layar ponsel Yura pecah.Yasmine melirik Yura dengan tatapan curiga. Yasmine yakin, Yura pasti melakukan sesuatu untuk mencelakai Dylan.Neil masih mengira kalau Yura mencemaskan kondisi Dylan. "Kamu nggak perlu khawatir. Kata dokter, Dylan berhasil melewati masa kritis."Yura menunduk untuk menutupi perasaannya. "Em, iya. Aku ... lega."Alfano menggelengkan kepala. "Tolong dengarkan aku dulu."Neil kembali menatap Alfano. "Kenapa? Katamu Dylan berhasil diselamatkan ....""Pasien masih bernapas, tapi ...." Alfano menghela napas panjang. "Aku sudah berusaha."Neil merasakan firasat yang buruk. "Apa apa dengan Dylan?""Pasien masih bernapas
Yasmine jahat dan licik, tetapi dia tulus mencintai Neil.Yura memperhatikan Yasmine yang bermesraan dengan Neil. Meskipun baru kenal, Yura tidak menyukai Yasmine.Kemudian Yura menarik kembali tatapannya, lalu mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Shawn."Pak, Dylan ...."....Shawn baru menemui Keluarga Lotex.Namun Keluarga Lotex adalah warga Negara Mauro dan merupakan pemegang saham terbesar Rumah Sakit Maine.Sebagai pebisnis, mereka harus memprioritaskan keuntungan. Yang kedua, mereka sama sekali tidak memiliki alasan untuk menolong Yvonne. Bagi mereka, Yvonne adalah biang keladi yang telah menyebabkan kerugian besar.Demi menjaga hubungan baik dengan Shawn, yang bisa Keluarga Lotex lakukan hanyalah berjanji tidak akan mencampuri masalah Yvonne.Shawn tahu, Keluarga Lotex tidak bersedia membantu karena tidak ada keuntungan yang mereka dapatkan.Di saat Shawn mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang, dia menerima telepon dari Yura.Shawn menjawab panggilan Yura, di ujung te
"Kamu terus menekankan kedekatanmu sama Dylan, tapi di saat kondisinya kritis, kamu malah buru-buru pergi. Apakah hubunganmu dan Dylan sedekat yang kamu ceritakan?" Yasmine menyindir Yura.Yasmine menoleh dan menatap Yasmine selama beberapa detik. Pada akhirnya Yura menahan emosinya, lalu pergi meninggalkan rumah sakit. Tidak ada gunanya bertengkar dengan Yasmine, cara terbaik adalah membungkamnya, menutup mulutnya untuk selamanya.Yasmine kesal diacuhkan. Di saat dia hendak membuka mulut, Neil menarik pergelangan tangannya dan berkata, "Yasmine, semua orang sedih, termasuk Yura. Semua bawahan Shawn adalah orang yang tenang. Walaupun lagi sedih, mereka terbiasa menutupi perasaannya. Bukannya Yura tidak peduli, dia hanya nggak tahu cara menunjukkan emosinya."Yasmine cemburu, dia merasa Neil terlalu memahami Yura. "Oh, kalian dekat banget? Tapi aku lihat dia bukan orang yang baik."Yura mendengar jelas ucapan Yasmine. Sorotan mata Yura terlihat muram, tampaknya Yasmine cari mati!Yura t
Sebagian orang membuat keputusan yang salah demi kepentingan pribadi. Ke depannya Yovnne akan lebih berhati-hati, kejadian semacam ini tidak boleh terjadi lagi."Kalau kamu tidak mau mengaku, kamu tahu hukuman apa yang akan kamu dapatkan?" Petugas interogasi menatap Yvonne dengan tajam. "Kamu sedang hamil. Setidaknya kamu mesti memikirkan anakmu.""Aku sudah bilang, aku mengakui kesalahanku yang menyebabkan kerugian bagi pihak rumah sakit. Aku bersedia menerima semua hukuman yang diberikan pihak rumah sakit." Yvonne mengepalkan tangannya.Rumah sakit hanya memecat Yvonne dan menuntut ganti rugi, tetapi pemerintah sengaja membesar-besarkan masalah ini.Begitu Yvonne menyerah, Negara Mauro akan memanfaatkan kesalahan Yvonne untuk menekan Negara Zava.Kedua petugas berbisik, Yvonne tidak dapat mendengar pembicaraan mereka. Yang pasti masalah besar sudah berada di depan mata.Tak berapa lama, firasat Yvonne pun terbukti. Karena Yvonne keras kepala, mereka memutuskan menggunakan cara lain u
Yvonne dikurung, tanpa air maupun makanan.Sesekali terdengar suara tangisan bayi yang seperti disiksa. Setiap mendengar suara tersebut Yvonne meringkuk sambil memeluk perutnya.Yvonne takut anaknya disiksa ....Satu hari, dua hari ....Yvonne tidak tahu sudah berapa lama dirinya dikurung. Dia tidak dapat melihat apa pun.Selain kegelapan, Yvonne tidak bisa melihat apa pun. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi di luar sana.Pada hari pertama dan kedua, sesekali Yvonne mengetuk pintu untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Akhirnya Yvonne menyerah dan memutuskan untuk menunggu.Yvonne berusaha menyimpan tenaga, tetapi dia haus dan lapar."Siapa yang bisa menolongku?" Yvonne meringkuk di sudut ruangan.Pikiran Yvonne mulai kacau, terkadang dia bahkan berhalusinasi.Setiap mendengar suara isak tangis, tubuh Yvonne bergetar ketakutan.....Negara Dianda.Shawn bertemu Waster di sebuah hotel bintang tujuh yang sangat mewah.Hotel ini memiliki desain yang elega
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"