"Kamu terus menekankan kedekatanmu sama Dylan, tapi di saat kondisinya kritis, kamu malah buru-buru pergi. Apakah hubunganmu dan Dylan sedekat yang kamu ceritakan?" Yasmine menyindir Yura.Yasmine menoleh dan menatap Yasmine selama beberapa detik. Pada akhirnya Yura menahan emosinya, lalu pergi meninggalkan rumah sakit. Tidak ada gunanya bertengkar dengan Yasmine, cara terbaik adalah membungkamnya, menutup mulutnya untuk selamanya.Yasmine kesal diacuhkan. Di saat dia hendak membuka mulut, Neil menarik pergelangan tangannya dan berkata, "Yasmine, semua orang sedih, termasuk Yura. Semua bawahan Shawn adalah orang yang tenang. Walaupun lagi sedih, mereka terbiasa menutupi perasaannya. Bukannya Yura tidak peduli, dia hanya nggak tahu cara menunjukkan emosinya."Yasmine cemburu, dia merasa Neil terlalu memahami Yura. "Oh, kalian dekat banget? Tapi aku lihat dia bukan orang yang baik."Yura mendengar jelas ucapan Yasmine. Sorotan mata Yura terlihat muram, tampaknya Yasmine cari mati!Yura t
Sebagian orang membuat keputusan yang salah demi kepentingan pribadi. Ke depannya Yovnne akan lebih berhati-hati, kejadian semacam ini tidak boleh terjadi lagi."Kalau kamu tidak mau mengaku, kamu tahu hukuman apa yang akan kamu dapatkan?" Petugas interogasi menatap Yvonne dengan tajam. "Kamu sedang hamil. Setidaknya kamu mesti memikirkan anakmu.""Aku sudah bilang, aku mengakui kesalahanku yang menyebabkan kerugian bagi pihak rumah sakit. Aku bersedia menerima semua hukuman yang diberikan pihak rumah sakit." Yvonne mengepalkan tangannya.Rumah sakit hanya memecat Yvonne dan menuntut ganti rugi, tetapi pemerintah sengaja membesar-besarkan masalah ini.Begitu Yvonne menyerah, Negara Mauro akan memanfaatkan kesalahan Yvonne untuk menekan Negara Zava.Kedua petugas berbisik, Yvonne tidak dapat mendengar pembicaraan mereka. Yang pasti masalah besar sudah berada di depan mata.Tak berapa lama, firasat Yvonne pun terbukti. Karena Yvonne keras kepala, mereka memutuskan menggunakan cara lain u
Yvonne dikurung, tanpa air maupun makanan.Sesekali terdengar suara tangisan bayi yang seperti disiksa. Setiap mendengar suara tersebut Yvonne meringkuk sambil memeluk perutnya.Yvonne takut anaknya disiksa ....Satu hari, dua hari ....Yvonne tidak tahu sudah berapa lama dirinya dikurung. Dia tidak dapat melihat apa pun.Selain kegelapan, Yvonne tidak bisa melihat apa pun. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi di luar sana.Pada hari pertama dan kedua, sesekali Yvonne mengetuk pintu untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Akhirnya Yvonne menyerah dan memutuskan untuk menunggu.Yvonne berusaha menyimpan tenaga, tetapi dia haus dan lapar."Siapa yang bisa menolongku?" Yvonne meringkuk di sudut ruangan.Pikiran Yvonne mulai kacau, terkadang dia bahkan berhalusinasi.Setiap mendengar suara isak tangis, tubuh Yvonne bergetar ketakutan.....Negara Dianda.Shawn bertemu Waster di sebuah hotel bintang tujuh yang sangat mewah.Hotel ini memiliki desain yang elega
Waster tidak menyetujui pemikiran Shawn. "Negara Mauro selalu mengadang perkembangan Negara Zava. Mereka menangkap orang itu untuk mengintimidasi Negara Zava. Kalau bukan orang yang penting, kurasa tidak perlu ....""Waster, hal ini sangat penting untukku," kata Shawn dengan serius.Agar Negara Mauro bersedia melepaskan Yvonne, Shawn harus memberikan keuntungan untuk mereka. Sebagai pengusaha minyak di Negara Mauro, Keluarga Lotex tidak mungkin menolak kerja sama ini. Walaupun ada pihak yang keberatan, Keluarga Lotex akan mencari cara untuk meyakinkan mereka."Sebaiknya kamu menemui pihak kedutaan ....""Aku tidak punya waktu sebanyak itu." Shawn tidak berharap kepada pihak kedutaan, terlalu banyak prosedur yang harus dijalankan.Yvonne sedang hamil besar, Shawn hanya ingin segera membebaskan Yvonne. Shawn khawatir Negara Mauro akan mencelakai Yvonne.Meskipun mengalami sedikit kerugian, jumlah uang ini tidak seberapa dibandingkan dengan keselamatan Yvonne.Waster agak menyayangkan kep
Aurora berlari ke depan Simon. "Dylan koma?"Simon mengenal Aurora, putri yang diadopsi Paulo dan Kamila. Hanya saja Simon bingung, kenapa Aurora terkejut mendengar kabar Dylan?"Kamu kenal Dylan?" tanya Simon.Simon juga menatap putrinya dengan kebingungan. Apakah Aurora dan Dylan memiliki hubungan khusus?Aurora bergegas menjelaskan, "Aku sering berkomunikasi sama Dylan waktu mencari makam Ibu. Jadi kami kenal.""Oh." Simon mengangguk.Berbeda dengan Simon, Paulo mengenal tabiat putrinya. Jika hanya teman biasa, Aurora tidak akan secemas ini saat mendengar kondisi Dylan.Paulo menghela napas, Aurora sudah dewasa, saatnya dilepaskan."Sana, jenguk dia," kata Paulo.Aurora tercengang mendengar ucapan Paulo. "Ayah ....""Pergilah!" Paulo melambaikan tangan. "Asal jangan lupa pulang.""Em, terima kasih, Ayah." Aurora berlari ke kamar dan bergegas mengemas kopernya.Simon tidak memahami sikap Paulo. "Kamu menyuruh anakmu jauh-jauh pergi menjenguk Dylan? Kamu salah minum obat?""Kamu tidak
Pria yang membuka pintu memiliki postur yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada Shawn.Pria ini memiliki kulit yang cerah dan halus. Dia memiliki mata bulat berwarna biru, rambutnya disisir rapi menjuntai ke belakang, dan tatapannya sangat tajam.Meskipun bukan tipe pria yang tampan, dia memiliki aura yang kuat."Aku sudah lama menunggumu," kata pria ini sambil mempersilakan Shawn masuk ke dalam rumah.Shawn mengenakan kemeja dan jas. Karena buru-buru dan belum sempat beristirahat, penampilan Shawn tampak lesu dan pakaiannya agak kusut.Rambut yang berantakan dan kumis yang belum dicukur sama sekali tidak memengaruhi ketampanan Shawn. Sebaliknya, penampilan Shawn justru memancarkan kharisma pria dewasa.Shawn duduk di sofa sambil memutar lehernya yang terasa berat.Emilio bertanya, "Sudah dapat?"Shawn menaruh sebuah dokumen ke atas meja.Emilio merupakan anggota Keluarga Lotex. Pemimpin Keluarga Lotex yang sekarang telah berusia 80 tahun. Selain tua, Beliau terkena serangan j
Tenggorokan Yvonne kering sampai tidak sanggup berbicara. Dia menutupi matanya dengan menggunakan tangan, cahaya yang menyilaukan membuat matanya pedih.Yvonne mencium aroma makanan yang lezat. Kemudian dia menurunkan tangan, lalu melihat ke sekeliling untuk mencari sumber aroma makanan.Karena ingin memanfaatkan Yvonne, mereka tidak berani menyiksanya terlalu parah. Jika Yvonne terluka, konflik di antara kedua negara justru akan makin memanas.Apalagi opisisi partai menentang keras penahanan yang mereka lakukan kepada Yvonne. Dalam menghadapi berbagai tekanan, mereka hanya bisa menyiksa mental Yvonne untuk memaksanya bicara."Mau minum? Mau makan?" Mereka menaruh minuman dan makanan lezat ke hadapan Yvonne."Asalkan kamu mengaku bahwa dirimu adalah mata-mata dan sengaja membocorkan data penelitian, kamu boleh minum dan menyantap makanan ini."Tenggorokan Yvonne terasa kering dan sakit, dia hanya bisa menggelengkan kepala."Keras kepala!" kata petugas penahanan. Mereka terkejut melihat
Yang menerobos masuk ada kelompok partai yang dipimpin oleh kakeknya Emilio.Kedua partai selalu berselisih, termasuk masalah ini. Mereka memiliki agenda yang berbeda, tetapi kakeknya Emilio lebih berkuasa."Kita bisa memanfaatkan tahanan ini untuk menekan Negara Zava. Apa maksudmu melepaskannya?""Kemampuanmu hanya sebatas memanfaatkan seorang wanita hamil untuk menulis artikel negara? Kalian tidak lihat, negara yang berkoalisi dengan Negara Zava menentang tindakan kita yang menahan warga Negara Zava seenaknya? Sekarang kita sedang menjadi sorotan dunia. Kalian mau memperparah keadaan?""Selama wanita ini mengakui perbuatannya, Negara Zava tidak bisa berkutik.""Kayaknya sebelum kalian mendapatkan informasi yang berguna, wanita ini sudah mati."Noda darah mengalir mengotori gaun yang dikenakan Yvonne. Perlahan-lahan, Yvonne mulai kehilangan kesadaran.Karena takut nyawa Yvonne terancam, kakek Emilio langsung membawa Yvonne pergi. Jika terjadi sesuatu kepada Yvonne, bagaimana mereka me
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"