"Maaf, aku Neil. Sekarang Yvonne sedang dioperasi, dia mengalami luka yang cukup berat," jawab Neil yang berdiri di depan ruang operasi.Samantha membelalak saat mendengar jawaban Neil. "Putriku ... terluka?""Iya." Neil mengangguk."Di rumah sakit apa?" Perasaan Samantha terasa campur aduk."Rumah Sakit Umum Wilayah Militer Kedua," jawab Neil."Baik, aku akan segera ke sana." Samantha menutup telepon dan buru-buru memanggil taksi.Di rumah sakit."Apakah anakku bisa diselamatkan?" Yvonne menarik tangan dokter yang mengoperasinya.Setelah melalui pemeriksaan, salah satu dari kedua anak kembar Yvonne telah keguguran, sedangkan yang satu lagi masih bisa diperjuangkan."Kamu yakin mau mempertahankan janin ini?" tanya dokter.Wajah Yvonne tampak pucat, bibirnya pecah-pecah, dan suaranya terdengar serak. "Tolong selamatkan anakku.""Aku akan berusaha," jawab dokter.Yang mengoperasi Yvonne adalah salah satu dokter kandungan terhebat, kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.Neil adalah dokt
Neil menuangkan segelas air untuk Yvonne.Yvonne meneguk setengah gelas air untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering.Rasa pahit di lidah Yvonne pun berkurang, tetapi sekujur tubuhnya masih terasa sakit."Apa yang terjadi? Siapa yang melakukannya? Apakah Jolene yang menyakitimu?" Akhirnya Neil melontarkan pertanyaan yang telah ditahannya sejak tadi.Yvonne menggelengkan kepala. Jika tidak mendengar cerita Samantha, mungkin Yvonne juga akan menuduh Jolene yang melakukannya. Namun setelah mengetahui semuanya, beberapa pemikiran terbesit di benak Yvonne.Kalau tebakan Yvonne benar, sepertinya Niko mengendarai mobil Yvonne hingga menabrak mobil Shawn. Jika Shawn terluka parah, seharusnya pihak kepolisian yang datang untuk menginterogasi, tetapi melihat tindakan Shawn yang mengutus pengawalnya, dia tidak terluka, tetapi murka.Niko adalah adik tiri Yvonne, tetapi bukan berarti Yvonne wajib menanggung semua kesalahan Niko."Neil, aku ingin bercerai dengan Shawn. Salah satu anakku ng
"Ini pengemudinya?" tanya Shawn saat melihat identitas pengemudi yang menabraknya.Masalahnya, pengemudi yang dilihat Shawn adalah seorang pemuda, bukan wanita.Sava tidak tahu kenapa Shawn marah, tetapi dia tetap menjawab dengan jujur, "Mobil tersebut adalah milik wanita yang bernama Yvonne ....""Hanya karena mobil ini adalah miliknya, apakah berarti dia yang mengemudikannya?" Shawn melompat dari tempat tidur dan memelototi Sava. "Kamu memberikan pelajaran kepada Yvonne?"Sava menundukkan kepala, dia tidak berani menjawab pertanyaan Shawn."Kamu tuli?" bentak Shawn."I-iya!" jawab Sava.Napas Shawn terdengar terengah-engah. Sava pun bergegas meminta maaf. "Maafkan aku, aku ...."Shawn mengabaikan Sava dan bergegas berlari keluar. Demi menemui Shawn, Jolene menunggu di depan ruangan. Sesaat melihat Shawn yang keluar dari ruangannya, Jolene menarik tangannya dan berkata, "Shawn ....""Pergi!" Shawn mengempaskan tangan Jolene hingga terhempas dan jatuh ke lantai.Tidak ada seorang pun y
"Yvonne!" bentak Shawn. Wajahnya terlihat memerah, tenggorokannya terasa akan meledak. "Percaya, tidak? Aku tega menghabisimu sekarang juga!""Aku percaya, tapi aku nggak takut," jawab Yvonne sambil menatap Shawn dengan tatapan marah dan penuh kebencian. "Shawn, aku membencimu!""Kamu membenciku karena anakmu keguguran?" Shawn lanjut berkata, "Kalaupun tidak ada kejadian ini, aku tidak akan membiarkanmu melahirkan anak haram itu. Aku tetap akan memaksamu untuk menggugurkannya. Baguslah kamu keguguran, jadi aku tidak perlu turun tangan. Takdir pun tidak mengizinkan anak haram itu dilahirkan."Hati Yvonne terasa sakit saat mendengar kata anak haram yang terlontar dari mulut Shawn.Sorotan mata Yvonne memancarkan kebencian. "Shawn, aku sangat membencimu! Aku berharap kamu mati saja!"Shawn mengepalkan tangannya dengan erat, Yvonne lebih membela anak haramnya dibandingkan suami sendiri?Shawn mengulurkan tangannya dan mencekik leher Yvonne. Namun setelah menenangkan diri, Shawn melepaskan
Sakit, tidak? Tentu saja sakit.Namun rasa sakit di tubuh tidak sepadan dengan sakit hati setelah kehilangan anaknya.Yvonne menunduk, dia tidak menjawab pertanyaan Shawn.Shawn menarik tangan Yvonne, lalu menarik dagu dan mengecup bibirnya."Hum, kamu gila?" Yvonne memberontak.Shawn tersenyum licik, dia mengangkat kedua alisnya dan berkata, "Makanya, jawab pertanyaanku. Ini adalah sopan santun, saat kecil kamu diajari dasar etika, 'kan? Ciuman itu adalah hukuman untukmu. Kalau kamu terus menentang, lain kali aku tidak akan sungkan-sungkan.""Pegang ucapanku!" Shawn menekankan peringatannya.Yvonne terluka dan lemas, dia tidak berani melawan Shawn. Takutnya Shawn benar-benar marah dan melukai kandungan Yvonne.Untuk sementara ini, Yvonne hanya bisa menahan kekesalannya.Jolene melakukan amniosentesis kepada Yvonne, sedangkan Shawn mengutus orang untuk menghajar Yvonne. Meskipun Shawn tidak bermaksud jahat dan salah sasaran, tindakannya menyebabkan Yvonne kehilangan salah satu anaknya.
Shawn dan Jolene telah membunuh salah satu anak Yvonne. Bagaimana mungkin Yvonne mencintai musuhnya?"Lalu apa rencanamu selanjutnya? Kamu nggak bisa menyembunyikan kandunganmu selamanya. Seiring membesarnya perutmu, Shawn pasti bakalan curiga," Neil mengingatkan.Yvonne sudah memiliki rencana baru, tapi dia tidak mau memberi tahu Neil karena Neil dan Shawn terlalu akrab. Jika Neil mengetahui rencana Yvonne, cepat atau lambat informasi tersebut akan sampai ke telinga Shawn.Jadi Yvonne memutuskan untuk berlagak bodoh. "Aku juga nggak tahu. Dipikirkan nanti saja.""Kamu harus melarikan diri sejauh mungkin! Kabur ke tempat yang sulit dijangkau Shawn. Seiring waktu, dia pasti akan melupakanmu," jawab Neil.Yvonne melirik Neil. "Apakah menurutmu ada tempat yang nggak bisa dijangkau Shawn?""Benar juga." Neil menggaruk kepala, dia tahu betapa besarnya koneksi Shawn."Aku ngantuk, mau tidur." Yvonne memejamkan mata."Tidurlah, kalau butuh sesuatu panggil aku," jawab Neil."Em." Neil mengangg
Shawn melirik ke arah Jolene sambil menjawab Sava, "Bawa kemari."Jolene panik, kenapa Shawn menatapnya seperti itu?"Dokter? Dokter apa?" Jolene bertanya dengan hati-hati.Shawn beranjak ke sofa dan melipat kedua kakinya. "Katanya kamu keguguran, 'kan? Tapi anehnya dokter yang merawatmu malah kabur. Untungnya aku berhasil menemukan keberadaannya."Kedua kaki Jolene terasa lemas, dia langsung jatuh dan tersungkur di lantai. Setelah kecelakaan, Jolene adalah orang pertama yang sadarkan diri. Dia menghabiskan banyak uang untuk menyogok dokter yang merawatnya.Setelah membohongi Sava, dokter tersebut langsung melarikan diri. Namun ... bagaimana Shawn bisa menemukan keberadaan dokter tersebut?"Shawn, dengarkan aku ...." Jolene berusaha menjelaskan."Sabar, jangan gegabah. Nanti ada giliranmu untuk bicara." Shawn melirik Jolene sambil menyeringai dingin.Dengan gemetaran, Jolene merangkak ke depan Shawn dan menarik celananya. "Aku mohon, dengarkan penjelasanku. Aku tidak berbohong."Shawn
Namun Shawn tidak bodoh, dia tidak menyangka Jolene adalah wanita yang tidak tahu malu.Jika Shawn tidak berutang budi kepada Jolene, dia mungkin sudah menyiksa wanita ini.Shawn sudah berbaik hati melepaskannya, beraninya Jolene mengungkit-ungkit jasanya untuk memanipulasi Shawn."Jolene, kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi aku ingatkan, ini adalah terakhir kalinya. Mulai sekarang, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi. Kalau kamu masih berani mendekatiku, aku tidak akan segan-segan." Shawn memerintahkan Sava, "Bawa pergi.""Baik." Sava langsung menyeret Jolene."Shawn ...." Jolene memeluk Shawn sambil menangis dan memohon, "Aku tidak bermaksud membohongimu ....""Lepaskan tanganmu! Jangan sampai aku berubah pikiran dan membuatmu tidak betah tinggal di kota ini." Shawn meninggikan suaranya.Jolene ketakutan dan bergegas melepaskan pelukannya. Semua rencana indah Jolene gagal. Bukannya mendapatkan Shawn, dia malah kehilangan pria yang diincarnya.Jangankan mendapatkan cinta Shawn, pria
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"