Shawn melirik ke arah Jolene sambil menjawab Sava, "Bawa kemari."Jolene panik, kenapa Shawn menatapnya seperti itu?"Dokter? Dokter apa?" Jolene bertanya dengan hati-hati.Shawn beranjak ke sofa dan melipat kedua kakinya. "Katanya kamu keguguran, 'kan? Tapi anehnya dokter yang merawatmu malah kabur. Untungnya aku berhasil menemukan keberadaannya."Kedua kaki Jolene terasa lemas, dia langsung jatuh dan tersungkur di lantai. Setelah kecelakaan, Jolene adalah orang pertama yang sadarkan diri. Dia menghabiskan banyak uang untuk menyogok dokter yang merawatnya.Setelah membohongi Sava, dokter tersebut langsung melarikan diri. Namun ... bagaimana Shawn bisa menemukan keberadaan dokter tersebut?"Shawn, dengarkan aku ...." Jolene berusaha menjelaskan."Sabar, jangan gegabah. Nanti ada giliranmu untuk bicara." Shawn melirik Jolene sambil menyeringai dingin.Dengan gemetaran, Jolene merangkak ke depan Shawn dan menarik celananya. "Aku mohon, dengarkan penjelasanku. Aku tidak berbohong."Shawn
Namun Shawn tidak bodoh, dia tidak menyangka Jolene adalah wanita yang tidak tahu malu.Jika Shawn tidak berutang budi kepada Jolene, dia mungkin sudah menyiksa wanita ini.Shawn sudah berbaik hati melepaskannya, beraninya Jolene mengungkit-ungkit jasanya untuk memanipulasi Shawn."Jolene, kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi aku ingatkan, ini adalah terakhir kalinya. Mulai sekarang, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi. Kalau kamu masih berani mendekatiku, aku tidak akan segan-segan." Shawn memerintahkan Sava, "Bawa pergi.""Baik." Sava langsung menyeret Jolene."Shawn ...." Jolene memeluk Shawn sambil menangis dan memohon, "Aku tidak bermaksud membohongimu ....""Lepaskan tanganmu! Jangan sampai aku berubah pikiran dan membuatmu tidak betah tinggal di kota ini." Shawn meninggikan suaranya.Jolene ketakutan dan bergegas melepaskan pelukannya. Semua rencana indah Jolene gagal. Bukannya mendapatkan Shawn, dia malah kehilangan pria yang diincarnya.Jangankan mendapatkan cinta Shawn, pria
Yvonne menyalakan lampu tidur sehingga pencahayaan di dalam ruangan tidak terlalu redup, tapi juga tidak terlalu terang.Setelah memastikan Yvonne tertidur pulas, Shawn menutup pintu dan beranjak ke samping tempat tidur.Shawn menundukkan kepala dan memperhatikan wajah Yvonne yang mulus. Yvonne memiliki bibir tipis merona, rambut hitam panjang yang sedikit berantakan membuatnya terlihat makin menawan.Tanpa disadari, Shawn mengulurkan tangan untuk mengusap wajah Yvonne. Ketika ujung jari Shawn menyentuh pipinya, Yvonne memutar kepalanya ke sisi lain.Shawn mengerutkan alis dan bergegas menarik kembali tangannya."Uhm ...." Yvonne membalikkan badan dan membelakangi Shawn.Shawn menyelimuti Yvonne, lalu berbaring di sebelah sambil memeluknya dari belakang. Suasana di dalam ruangan terasa harmonis dan hangat.Entah kapan Shawn pergi. Ketika Yvonne bangun, Shawn sudah tidak berada di sampingnya. Yvonne sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.Sekitar pukul 8 pagi, Leah datang mengantarkan
Ternyata Yvonne tidak mengenali Calvin seutuhnya. Yvonne tidak tahu apa impian dan alasan ayahnya melakukan semua ini."Aku ingin menjadikan Keluarga Staford sebagai keluarga terpandang. Aku ingin putriku menjadi istri konglomerat agar hidupnya tidak menderita." Sesaat menyadari Yvonne yang tampak luluh, Calvin melanjutkan ceritanya yang mengharukan.Namun Yvonne malah mengerutkan bibir dan bertanya, "Jadi ... Ayah mengorbankan aku demi menggapai semua impian Ayah?""Aku tidak pernah mengorbankan kamu. Memangnya Shawn jelek dan miskin? Kamu tahu, ada berapa banyak wanita di luar sana yang ingin menjadi istrinya? Harusnya kamu bersyukur bisa menduduki posisi sebagai nona muda Keluarga Jamison. Kalau tidak menikah dengan Shawn, memangnya kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik daripada dia?"Yvonne terdiam, dia tidak bisa menjawab Calvin. Semua orang tahu betapa tampan dan kayanya Shawn. Di mata orang-orang, Shawn adalah sosok yang sempurna.Bagi sebagian besar wanita, Shawn adalah pr
Jika Yvonne tidak sedang sakit, Shawn mungkin sudah mencekik lehernya.Apakah menikah dengan Shawn membuat Yvonne begitu menderita?Yvonne pura-pura tidak mendengar pertanyaan Shawn, tetapi bulu matanya terlihat bergetar. Shawn bukan anak kecil yang bisa ditipu dengan mudah.Shawn memejamkan mata, lalu mengembuskan napas panjang dan mengulurkan tangan untuk mengusap wajah Yvonne.Yvonne tersentak dan bergegas memalingkan wajah.Shawn menyeringai sinis. "Sudah puas sandiwaranya?""Apa maksudmu? Aku baru bangun tidur." Yvonne merenggangkan tubuhnya. "Kamu ngapain ke sini?""Kamu adalah istriku, tentu aku harus datang menjengukmu," jawab Shawn sambil tersenyum. "Apakah Bibi Leah merawatmu dengan baik?"Yvonne mengangguk, setiap hari Bibi Leah menyiapkan makanan dan merawatnya. Keadaan Yvonne bisa pulih secepat ini berkat Bibi Leah."Kapan boleh pulang?" tanya Shawn.Yvonne lebih memilih tinggal di rumah sakit daripada pulang ke rumah. "Belum tahu."Shawn tahu isi pikiran Yvonne. "Kamu mau
Yvonne tahu bahwa Jolene menyukai Shawn, makanya dia sengaja membuat Jolene marah.Alhasil rencana Yvonne berhasil. Jolene langsung melampiaskan semua amarahnya, dia mencekik Yvonne sambil membentaknya, "Kamu telah merebut posisiku. Kamu harus mati, kamu harus mati! Kalau kamu mati, Shawn akan menjadi milikku."Yvonne hanya ingin membuat Jolene marah, dia tidak menyangka Jolene akan bereaksi seperti ini. Yvonne ingin melawan, tapi kondisinya masih lemah."Jolene, kalau Shawn melihat sikapmu ini, apakah dia akan menyukaimu? Semua pria menyukai wanita yang lembut," kata Yvonne dengan terbata-bata.Ucapan Yvonne berguna, Jolene tersadar dan melonggarkan cengkeramannya secara perlahan-lahan."Nona ...." Ketika datang mengantarkan makanan, Leah terkejut melihat Jolene yang mencekik Yvonne.Leah buru-buru meletakkan rantangnya dan memarahi Jolene, "Apa yang kamu lakukan? Beraninya menyakiti Nona! Aku akan menelepon Tuan, biar kamu dikasih pelajaran."Raut wajah Jolene sontak berubah saat mel
Yvonne memiliki firasat yang buruk.Alhasil dugaannya benar, Shawn menjawab sambil tersenyum, "Aku senang melihatmu menderita."Yvonne menyeringai sinis. "Sikapmu aneh banget. Orang yang nggak tahu mungkin akan mengira kamu mengalami gangguan jiwa."Setelah kembali ke tempat tidur, Yvonne melihat jam yang menunjukkan pukul 9 dan bertanya, "Kamu belum mau pulang?"Hari ini Yvonne agak lelah, dia ingin sendiri.Semakin Yvonne mengusirnya, Shawn justru makin enggan meninggalkan tempat ini."Memangnya aku harus pulang ke mana? Istriku saja ada di sini," jawab Shawn sambil melipat kedua tangan di dada.Yvonne malas meladeni Shawn, dia berbaring dan langsung memejamkan mata."Malam ini aku tidur di sini," kata Shawn.Yvonne berpura-pura tidak mendengarnya. Dia menarik selimut dan membungkus dirinya dengan erat, seolah takut kalau Shawn akan mengambilnya.Shawn tersenyum melihat sikap Yvonne yang menggemaskan. Setelah beberapa saat, Shawn tersadar, lalu melonggarkan dasinya. Entah kenapa tiba
Jolene tidak berpikir panjang, yang terpenting sekarang adalah mencegat Shawn dan Yvonne berhubungan.Sesaat melihat pintu yang dibuka, ekspresi Shawn sontak berubah menjadi masam. Dia menegakkan tubuh dan memelototi orang yang berdiri di depan pintu. "Siapa yang menyuruhmu masuk?"Shawn semakin murka saat melihat wajah Jolene.Untungnya Jolene segera menemukan alasan dan menjawab, "Aku mau menemui Yvonne."Yvonne tahu bahwa Jolene ingin mencelakainya. Yvonne bangkit dari tempat tidur, lalu sengaja memeluk Shawn.Shawn memiliki postur yang tinggi, makanya Yvonne memeluk Shawn dengan posisi berlutut di atas tempat tidur. Dengan begitu, Yvonne dapat meletakkan wajahnya di pundak Shawn.Kemudian Yvonne menjawab Jolene sambil tersenyum puas, "Ada apa menemui aku?"Sembari berbicara, Yvonne berdoa semoga Shawn tidak mengempaskan pelukannya. Shawn langsung mengerti apa yang sedang dilakukan Yvonne. Tak hanya meladeni, Shawn bahkan menemani Yvonne untuk bersandiwara.Shawn suka bermesraan den