Share

Bab 446

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Begitu membuka pintu, Yvonne kaget melihat orang yang berdiri di depan pintu.

"Kok kamu ada di sini?" Yvonne tersentak.

"Simon menghubungiku dan memberi tahu alamatmu. Dia memintaku untuk menjagamu, dia mengkhawatirkan keadaanmu. Takutnya kamu kesulitan beradaptasi," jawab Paulo.

Yvonne tampak ragu, dia tidak langsung memercayai Simon.

"Tenang saja, Simon sudah menceritakan semuanya. Aku tidak akan membocorkan rahasiamu kepada siapa pun," Paulo menjelaskan.

Setelah mendengar penjelasan Paulo, Yvonne baru mempersilakan Paulo masuk ke rumah.

Walaupun tidak meninggal dalam kecelakaan, luka yang dialami Paulo cukup parah. Untungnya peralatan medis sudah memadai sehingga Paulo bisa pulih secepat ini.

Hanya saja, kematian Kamila memberikan pukulan yang besar kepada Paulo. Uban dan keriput Paulo bertambah banyak, seoleh usianya menua puluhan tahun.

"Ini nomor telepon dan alamatku. Kalau butuh bantuan, jangan sungkan untuk menghubungiku." Paulo memberikan selembar kartu nama.

"Terima kasih," Y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ida Zain
ceriranya menarik, smoga happy ending yvone kembali cantik..dan hidup bahagia bersama shawn dan dio, dan please seribg2 up ceritanya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 447

    "Di sana sudah tengah malam, ada apa meneleponku?"Yvonne sering berkomunikasi dengan Simon. Kadang-kadang, Simon mencari kesempatan untuk memotret Dio dan mengirimkan fotonya kepada Yvonne.Hari ini Simon baru mengirimkan video Dio. Yvonne merasa agak sungkan, dia merasa telah banyak merepotkan Simon. Namun, hari ini adalah hari ulang tahun Dio."Kenapa diam saja?" Simon menyadari Yvonne yang terdengar ragu-ragu. "Tenang saja, semua barang-barangmu sudah dibereskan."Tadinya Yvonne meminta Simon untuk mengemas semua barang-barang yang tertinggal dan mengirimnya ke luar negeri. Namun Simon terus mencari 1001 alasan untuk menunda-nunda. Yvonne mengira kalau Simon sedang sibuk, mungkin ada banyak pasien yang memerlukan tindakan operasi. Akhirnya Yvonne berubah pikiran dan menitipkan semua barangnya kepada Simon.Lagi pula harus Simon sendiri yang mengirimkannya, Yvonne takut ketahuan kalau meminta bantuan orang lain.Simon tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Yvonne. Simon tida

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 448

    Di dalam mobil, Paulo berkata kepada Yvonne, "Di pelelangan ada banyak barang antik, perhiasan, dan lukisan. Kalau ada yang kamu suka, segera beri tahu aku. Aku akan membelikannya."Kemudian Paulo lanjut menambahkan, "Aku tidak bermaksud apa-apa. Kamu adalah menantu Kamila, aku menganggapmu sebagai anak sendiri."Yvonne tersenyum. "Aku tidak tertarik sama barang-barang antik.""Aku suka mengoleksi lukisan dan kaligrafi kuno. Dulu Kamila selalu menemaniku." Paulo kelihatan sedih saat membahas Kamila.Yvonne mengubah topik pembicaraan. "Apakah ada banyak konglomerat yang akan menghadiri pelelangan hari ini?"Hanya konglomerat yang sanggup membeli barang-barang mewah yang dilelang."Konglomerat dari berbagai negara akan berkumpul di pelelangan," jawab Paulo.Salah satu hobi orang kaya adalah mengoleksi barang-barang antik.Yvonne mengangguk.Tak lama, mereka pun tiba di lokasi pelelangan. Ada begitu banyak mobil mewah edisi terbatas yang diparkir di halaman pelelangan.Shawn mengoleksi be

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 449

    Yvonne bergegas memalingkan wajah karena takut ketahuan.Menyadari keanehannya, Paulo bergeser untuk menutupi Yvonne. "Ada apa?""Ada temanku," bisik Yvonne sambil melirik ke arah meja nomor 33.Benar, pria itu adalah Harvey! Tidak disangka, dia juga menghadiri pelelangan ini."Tenang saja, kamu memakai masker. Ditambah, suasana di dalam ruangan juga redup. Dia tidak akan mengenalimu."Benar juga, Yvonne baru menyadarinya. Apalagi Yvonne duduk di samping Paulo, dari sudut pandang Harvey sulit untuk menyadari keberadaannya.Perlahan-lahan Yvonne pun menenangkan diri dan kembali menegakkan tubuh.Penyelenggara lelang memperkenalkan tema hari ini. Lelang hari ini didominasi oleh benda antik dan perhiasan.Barang yang pertama dilelang adalah sebuah lukisan antik. Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin keaslian barang-barang tersebut, setiap individu harus memiliki kemampuan untuk membedakan barang yang asli atau palsu.Paulo terlihat tenang, tampaknya dia tertarik dengan lukisan yang per

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 450

    Pria ini mengadang jalan Yvonne.Sebuah sosok yang familier muncul di hadapannya ....Yvonne bergegas menundukkan kepala untuk menghindari tatapan Harvey."Kamu siapa?" Harvey menatap Yvonne dengan tajam. "Dari tadi kamu mencuri pandang ke arah Shawn. Kenapa kamu begitu memperhatikannya?""Kamu salah lihat," jawab Yvonne dengan suara teredam.Ketika Yvonne hendak pergi, Harvey malah menghalanginya. "Kamu berniat jahat kepada Shawn? Gelagatmu sangat mencurigakan."Di saat Yvonne lengah, Harvey menarik masker yang dikenakan Yvonne."Ah!" Yvonne berteriak, lalu buru-buru menutupi wajahnya dengan menggunakan tangan.Di tengah cahaya yang redup, Harvey melihat jelas luka di wajah Yvonne."Astaga!" Harvey sempat terkejut melihat kondisi wajah Yvonne. "Oh, wanita buruk rupa yang jatuh cinta sama Shawn, hahaha.""Shawn, pesonamu bahkan sanggup membuat seorang wanita buruk rupa jatuh cinta." Harvey melirik Shawn yang berdiri tak jauh dari sana.Saat kembali mengarahkan pandangannya kepada Yvonn

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 451

    Dylan kebingungan. "Hmm? Untuk apa?"Shawn melayangkan sebuah tatapan tajam untuk membungkam Dylan.Dylan langsung menundukkan kepala, dia tidak berani banyak bertanya. "Baik, segera kulaksanakan."Setelah bangkit dari keterpurukannya, Shawn malah jadi gila bekerja. Shawn juga mengidap gangguan tidur, dia tidak bisa tidur tanpa bantuan obat-obatan.Sejak dulu Shawn dikenal sebagai pria yang kejam. Sekarang, dia makin tidak berperasaan dan dingin.Dulu Shawn hanya bersikap dingin kepada orang asing, tetapi dia memperlakukan bawahannya dengan "lembut". Namun sekarang, Shawn bersikap acuh kepada semua orang.Xavier mengundurkan diri sebagai asisten Shawn. Bukannya Xavier pengecut, tetapi Shawn memang sulit dihadapi.Semua orang yang bekerja langsung dengan Shawn pasti merasa tertekan. Oleh sebab itu Xavier mundur dan pindah ke departemen lain.Dylan tidak tahu apa yang ingin Shawn lakukan. Dylan juga tidak berani banyak bertanya, dia hanya bisa menjalankan semua perintah Shawn.Saat Dylan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 452

    Shawn tercengang saat membaca pesan mengejutkan yang baru diterimanya.Saat layar ponsel meredup, Shawn mengambil ponsel tersebut dan menyalakannya kembali. Tangan Shawn bergetar hebat, dia memerlukan beberapa menit untuk menenangkan diri.Kemudian Shawn membuka pesan tersebut dan kembali membacanya dengan perasaan berkecamuk.[ Yvonne masih hidup. ]Shawn mengerutkan alis, pupil matanya tampak menyusut."Zzz." Shawn kembali menerima sebuah pesan.[ Kalau mau tahu keberadaan Yvonne, datang ke kamar 709. ]Shawn sadar ini adalah jebakan, seseorang berusaha memancingnya untuk pergi ke kamar 709.Walaupun tahu ini adalah jebakan, Shawn tetap pergi ke kamar 709. Dia tidak bisa tenang dalam menghadapi semua hal yang berhubungan dengan Yvonne.Yvonne telah meninggal, tetapi Shawn masih sulit menerima kenyataan ini. Logikanya tahu bahwa Yvonne telah tiada, tetapi hati kecilnya masih mengharapkan adanya keajaiban.Kamar 709 berada di lantai yang ditempati Shawn."Shawn, kamu percaya sama omong

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 453

    Shawn menatap Thiago seakan sedang berhadapan dengan seekor semur. "Aku sudah bilang, aku akan membuatmu hidup sengan, mati tak mau."Thiago tersungkur tak berdaya di lantai, dia sangat amat membenci Shawn.Thiago mengepalkan erat tangan hingga memperlihatkan pembuluh darahnya yang menonjol. Mereka adalah anggota Keluarga Jamison, tetapi nasib mereka berdua bagaikan langit dan bumi.Thiago tidak rela, lagi-lagi dia kalah. Dia benar-benar kalah telak.Thiago bangkit berdiri dan menatap Shawn dengan tatapan bengis. "Dasar pengecut! Kamu nggak berani membunuhku, 'kan? Kamu bukan laki-laki! Kalau hebat, bunuh aku!"Di saat Thiago hendak menyerang Shawn, kepala rumah sakit dan beberapa perawat segera menghentikannya. "Suntikkan obatnya."Thiago memberontak, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan beberapa perawat yang menahannya.Sejak dikurung, setiap hari Thiago diberikan obat penenang. Obat tersebut membuat sekujur tubuh Thiago terasa lemas, dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengakhi

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 454

    Dylan diam-diam mengamati reaksi Shawn.Bagaimana Shawn akan mengatasi Aurora yang menerobos masuk ke ruangannya?Aurora adalah adik tiri Shawn, mereka memiliki ibu yang sama, tetapi ayah yang berbeda.Shawn sama sekali tidak menghiraukan Aurora, sikapnya sangat dingin.Dylan ketakutan, apakah Shawn tega mengusir adik tirinya? Sebenarnya akan lebih baik jika Shawn mengakui adik tirinya. Dengan begitu, setidaknya Shawn masih memiliki keluarga."Kamu yang namanya Shawn? Aku pernah melihat fotomu, kamu adalah anaknya ibuku, ibu kita. Tolong beri tahu aku, di mana makam ibuku?" Aurora berdiri di depan meja Shawn dan bersikap galak.Jika Shawn tidak mengatakannya, Aurora tidak akan pergi.Shawn melirik Yura. "Panggil satpam."Yura bersorak gembira di dalam hati. "Baik.""Apa yang kamu lakukan?" Aurora memelototi Shawn. "Aku adalah putrinya Kamila, ibumu!"Yura menjawab, "Kamu menerobos masuk ke dalam perusahaan kami, ini adalah tindakan kriminal. Aku bisa saja melaporkanmu ke polisi."Tak s

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status