Begitu membuka pintu, Yvonne kaget melihat orang yang berdiri di depan pintu."Kok kamu ada di sini?" Yvonne tersentak."Simon menghubungiku dan memberi tahu alamatmu. Dia memintaku untuk menjagamu, dia mengkhawatirkan keadaanmu. Takutnya kamu kesulitan beradaptasi," jawab Paulo.Yvonne tampak ragu, dia tidak langsung memercayai Simon."Tenang saja, Simon sudah menceritakan semuanya. Aku tidak akan membocorkan rahasiamu kepada siapa pun," Paulo menjelaskan.Setelah mendengar penjelasan Paulo, Yvonne baru mempersilakan Paulo masuk ke rumah.Walaupun tidak meninggal dalam kecelakaan, luka yang dialami Paulo cukup parah. Untungnya peralatan medis sudah memadai sehingga Paulo bisa pulih secepat ini.Hanya saja, kematian Kamila memberikan pukulan yang besar kepada Paulo. Uban dan keriput Paulo bertambah banyak, seoleh usianya menua puluhan tahun."Ini nomor telepon dan alamatku. Kalau butuh bantuan, jangan sungkan untuk menghubungiku." Paulo memberikan selembar kartu nama."Terima kasih," Y
"Di sana sudah tengah malam, ada apa meneleponku?"Yvonne sering berkomunikasi dengan Simon. Kadang-kadang, Simon mencari kesempatan untuk memotret Dio dan mengirimkan fotonya kepada Yvonne.Hari ini Simon baru mengirimkan video Dio. Yvonne merasa agak sungkan, dia merasa telah banyak merepotkan Simon. Namun, hari ini adalah hari ulang tahun Dio."Kenapa diam saja?" Simon menyadari Yvonne yang terdengar ragu-ragu. "Tenang saja, semua barang-barangmu sudah dibereskan."Tadinya Yvonne meminta Simon untuk mengemas semua barang-barang yang tertinggal dan mengirimnya ke luar negeri. Namun Simon terus mencari 1001 alasan untuk menunda-nunda. Yvonne mengira kalau Simon sedang sibuk, mungkin ada banyak pasien yang memerlukan tindakan operasi. Akhirnya Yvonne berubah pikiran dan menitipkan semua barangnya kepada Simon.Lagi pula harus Simon sendiri yang mengirimkannya, Yvonne takut ketahuan kalau meminta bantuan orang lain.Simon tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada Yvonne. Simon tida
Di dalam mobil, Paulo berkata kepada Yvonne, "Di pelelangan ada banyak barang antik, perhiasan, dan lukisan. Kalau ada yang kamu suka, segera beri tahu aku. Aku akan membelikannya."Kemudian Paulo lanjut menambahkan, "Aku tidak bermaksud apa-apa. Kamu adalah menantu Kamila, aku menganggapmu sebagai anak sendiri."Yvonne tersenyum. "Aku tidak tertarik sama barang-barang antik.""Aku suka mengoleksi lukisan dan kaligrafi kuno. Dulu Kamila selalu menemaniku." Paulo kelihatan sedih saat membahas Kamila.Yvonne mengubah topik pembicaraan. "Apakah ada banyak konglomerat yang akan menghadiri pelelangan hari ini?"Hanya konglomerat yang sanggup membeli barang-barang mewah yang dilelang."Konglomerat dari berbagai negara akan berkumpul di pelelangan," jawab Paulo.Salah satu hobi orang kaya adalah mengoleksi barang-barang antik.Yvonne mengangguk.Tak lama, mereka pun tiba di lokasi pelelangan. Ada begitu banyak mobil mewah edisi terbatas yang diparkir di halaman pelelangan.Shawn mengoleksi be
Yvonne bergegas memalingkan wajah karena takut ketahuan.Menyadari keanehannya, Paulo bergeser untuk menutupi Yvonne. "Ada apa?""Ada temanku," bisik Yvonne sambil melirik ke arah meja nomor 33.Benar, pria itu adalah Harvey! Tidak disangka, dia juga menghadiri pelelangan ini."Tenang saja, kamu memakai masker. Ditambah, suasana di dalam ruangan juga redup. Dia tidak akan mengenalimu."Benar juga, Yvonne baru menyadarinya. Apalagi Yvonne duduk di samping Paulo, dari sudut pandang Harvey sulit untuk menyadari keberadaannya.Perlahan-lahan Yvonne pun menenangkan diri dan kembali menegakkan tubuh.Penyelenggara lelang memperkenalkan tema hari ini. Lelang hari ini didominasi oleh benda antik dan perhiasan.Barang yang pertama dilelang adalah sebuah lukisan antik. Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin keaslian barang-barang tersebut, setiap individu harus memiliki kemampuan untuk membedakan barang yang asli atau palsu.Paulo terlihat tenang, tampaknya dia tertarik dengan lukisan yang per
Pria ini mengadang jalan Yvonne.Sebuah sosok yang familier muncul di hadapannya ....Yvonne bergegas menundukkan kepala untuk menghindari tatapan Harvey."Kamu siapa?" Harvey menatap Yvonne dengan tajam. "Dari tadi kamu mencuri pandang ke arah Shawn. Kenapa kamu begitu memperhatikannya?""Kamu salah lihat," jawab Yvonne dengan suara teredam.Ketika Yvonne hendak pergi, Harvey malah menghalanginya. "Kamu berniat jahat kepada Shawn? Gelagatmu sangat mencurigakan."Di saat Yvonne lengah, Harvey menarik masker yang dikenakan Yvonne."Ah!" Yvonne berteriak, lalu buru-buru menutupi wajahnya dengan menggunakan tangan.Di tengah cahaya yang redup, Harvey melihat jelas luka di wajah Yvonne."Astaga!" Harvey sempat terkejut melihat kondisi wajah Yvonne. "Oh, wanita buruk rupa yang jatuh cinta sama Shawn, hahaha.""Shawn, pesonamu bahkan sanggup membuat seorang wanita buruk rupa jatuh cinta." Harvey melirik Shawn yang berdiri tak jauh dari sana.Saat kembali mengarahkan pandangannya kepada Yvonn
Dylan kebingungan. "Hmm? Untuk apa?"Shawn melayangkan sebuah tatapan tajam untuk membungkam Dylan.Dylan langsung menundukkan kepala, dia tidak berani banyak bertanya. "Baik, segera kulaksanakan."Setelah bangkit dari keterpurukannya, Shawn malah jadi gila bekerja. Shawn juga mengidap gangguan tidur, dia tidak bisa tidur tanpa bantuan obat-obatan.Sejak dulu Shawn dikenal sebagai pria yang kejam. Sekarang, dia makin tidak berperasaan dan dingin.Dulu Shawn hanya bersikap dingin kepada orang asing, tetapi dia memperlakukan bawahannya dengan "lembut". Namun sekarang, Shawn bersikap acuh kepada semua orang.Xavier mengundurkan diri sebagai asisten Shawn. Bukannya Xavier pengecut, tetapi Shawn memang sulit dihadapi.Semua orang yang bekerja langsung dengan Shawn pasti merasa tertekan. Oleh sebab itu Xavier mundur dan pindah ke departemen lain.Dylan tidak tahu apa yang ingin Shawn lakukan. Dylan juga tidak berani banyak bertanya, dia hanya bisa menjalankan semua perintah Shawn.Saat Dylan
Shawn tercengang saat membaca pesan mengejutkan yang baru diterimanya.Saat layar ponsel meredup, Shawn mengambil ponsel tersebut dan menyalakannya kembali. Tangan Shawn bergetar hebat, dia memerlukan beberapa menit untuk menenangkan diri.Kemudian Shawn membuka pesan tersebut dan kembali membacanya dengan perasaan berkecamuk.[ Yvonne masih hidup. ]Shawn mengerutkan alis, pupil matanya tampak menyusut."Zzz." Shawn kembali menerima sebuah pesan.[ Kalau mau tahu keberadaan Yvonne, datang ke kamar 709. ]Shawn sadar ini adalah jebakan, seseorang berusaha memancingnya untuk pergi ke kamar 709.Walaupun tahu ini adalah jebakan, Shawn tetap pergi ke kamar 709. Dia tidak bisa tenang dalam menghadapi semua hal yang berhubungan dengan Yvonne.Yvonne telah meninggal, tetapi Shawn masih sulit menerima kenyataan ini. Logikanya tahu bahwa Yvonne telah tiada, tetapi hati kecilnya masih mengharapkan adanya keajaiban.Kamar 709 berada di lantai yang ditempati Shawn."Shawn, kamu percaya sama omong
Shawn menatap Thiago seakan sedang berhadapan dengan seekor semur. "Aku sudah bilang, aku akan membuatmu hidup sengan, mati tak mau."Thiago tersungkur tak berdaya di lantai, dia sangat amat membenci Shawn.Thiago mengepalkan erat tangan hingga memperlihatkan pembuluh darahnya yang menonjol. Mereka adalah anggota Keluarga Jamison, tetapi nasib mereka berdua bagaikan langit dan bumi.Thiago tidak rela, lagi-lagi dia kalah. Dia benar-benar kalah telak.Thiago bangkit berdiri dan menatap Shawn dengan tatapan bengis. "Dasar pengecut! Kamu nggak berani membunuhku, 'kan? Kamu bukan laki-laki! Kalau hebat, bunuh aku!"Di saat Thiago hendak menyerang Shawn, kepala rumah sakit dan beberapa perawat segera menghentikannya. "Suntikkan obatnya."Thiago memberontak, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan beberapa perawat yang menahannya.Sejak dikurung, setiap hari Thiago diberikan obat penenang. Obat tersebut membuat sekujur tubuh Thiago terasa lemas, dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengakhi