"Makan dulu." Paulo mengajak Aurora ke meja makan.Paulo tidak menceritakan keberadaan Yvonne kepada Aurora. Bagaimanapun, Paulo harus membantu Yvonne untuk merahasiakan hal ini.Aurora tidak sabar dan lanjur bertanya, "Ayah, cepat beri tahu aku!""Saat kamu bertemu Shawn, menurutmu dia orang seperti apa?" Paulo sengaja mengubah topik pembicaraan.Paulo berhasil mengalihkan perhatian Aurora. Dia berpikir sebentar, lalu menjawab, "Dia ganteng, tapi emosional. Takdir memang adil ....""Terus?" Paulo tersenyum."Terus apa?" Aurora tidak mengerti.Tadinya Paulo mengira kalau Aurora akan jatuh cinta kepada Shawn, tetapi sepertinya dugaan Paulo salah. Aurora hanya ingin fokus untuk mencari keberadaan makan Kamila.Paulo sangat terharu. Meskipun bukan anak kandungnya, Aurora adalah anak yang berbakti.Aurora merasakan ada yang aneh di balik pertanyaan Paulo. Dia pun memelototi Paulo dan menjawab, "Ayah, dia adalah kakak tiriku, kami memiliki ibu yang sama. Walaupun dia ganteng, aku nggak mung
Namun jawaban Yvonne mengecewakan. "Aku tidak bisa membantu."Kalaupun Yvonne tahu caranya, dia tidak akan membantu Paulo. Yvonne menghormati apa pun keputusan Shawn.Yvonne dapat memahami perasaan Shawn. Hati siapa yang tidak sakit melihat ibunya hidup bersama pria lain? Jika Yvonne berada di posisi Shawn, dia pun akan melakukan hal yang sama.Meskipun dianggap egois, Yvonne selalu berpihak kepada Shawn. Lagi pula Yvonne tidak merasa Shawn egois, Kamila memiliki perasaan kepada Paulo karena Paulo telah menyelamatkan nyawanya.Jika Paulo tidak merengut ingatan Kamila, belum tentu Kamila memiliki perasaan terhadap Paulo.Paulo kecewa mendengar jawaban Yvonne. "Kamu ....""Kamu tahu sendiri, Shawn mengira aku yang membunuh ibunya. Dia tidak pernah memberitahuku soal makan Kamila. Tidak perlu aku jelaskan, kamu pasti tahu betapa kerasnya hati Shawn. Ditambah, dia sulit diselidiki."Paulo mengerti maksud Yvonne, Shawn memang sulit dihadapi. Jika Shawn tidak berhendak, tak ada seorang pun y
Nama: JaneUsia: 30Tempat lahir: Negara ZavaYvonne memalsukan nama dan usianya untuk menyembunyikan identitas asli.Shawn mengerutkan alis, hanya ini informasinya?Aiden menjelaskan, "Informasi mengenai dokter ini tidak banyak, tapi kalau kamu bersedia berinvestasi, aku akan pergi ke Negara Mauro untuk menemui Dokter Jane. Aku yakin bisa membujuknya untuk terlibat dalam proyek ini."Shawn menolak. "Aku tidak tertarik.""Yura, antar tamu pergi," perintah Shawn.Shawn tidak ingin berbicara lebih banyak, proyek ini tidak menarik, menghabiskan banyak waktu dan uang.Aiden tidak rela. "Pak Shawn, seandainya Yvonne masih hidup, apa yang akan dia lakukan?"Seketika raut wajah Shawn langsung berubah, kedua matanya tampak bergetar. Shawn tidak marah, tetapi juga tidak kelihatan tenang. Shawn seakan sedang menahan ledakan emosi yang bergejolak.Aiden menyesal, untuk apa dia membahas Yvonne? Yang ada malah membuat Shawn murka."Maaf, anggap aku tidak mengatakan apa-apa. Maafkan aku ...." Aiden
Kenapa Aiden ada di sini?Meskipun Yvonne dan Jeff lumayan akrab, ini adalah pertama kalinya Jeff mengajak Yvonne makan bersama. Tadinya Yvonne merasa aneh, ternyata firasatnya benar, ini bukan makan malam biasa.Selagi Jeff dan Aiden tidak memperhatikannya, Yvonne buru-buru keluar dari restoran sambil mengirimkan pesan kepada Jeff.[ Maaf, aku ada urusan. Aku tidak bisa ke sana. ]Yvonne berjalan sendirian di tepi jalan. Dia mengenakan rok serta mantel berwarna krem. Syal dilingkarkan pada leher dan menutupi setengah wajahnya.Yvonne memeluk kedua lengannya sambil berjalan dan menikmati pemandangan. Dia jarang memiliki waktu luang untuk bersantai."Aku sudah tahu." Harvey berjalan sambil menjawab telepon.Harvey tidak sengaja menabrak seseorang. Ketika menoleh dan hendak meminta maaf, dia tersentak melihat wanita yang menutupi setengah wajahnya. Perawakan wanita ini mirip dengan seseorang ....Di saat Harvey tercengang, Yvonne bergegas menutupi wajahnya dan pergi.Harvey tersadar dari
Harvey menarik tangan Yvonne sebelum sempat melarikan diri.Kemudian Harvey membaca tanda pengenal yang tergantung di leher Yvonne. "Jane?""Ternyata kamu bekerja di Pusat Penelitian Jantung Maine?" Harvey memuji penghilangannya sendiri. Meskipun Yvonne mengenakan masker, Harvey tetap dapat mengenalinya.Harvey mendengar Shawn berencana berinvestasi dalam penelitian jantung buatan dan sedang bersiap-siap untuk merekrut orang yang bekerja di Pusat Penelitian Jantung Maine.Shawn tidak pernah gagal dalam masalah berbisnis. Oleh karena ini, Harvey datang untuk mendahului Shawn.Harvey adalah seorang pebisnis, tapi dia tidak tahu-menahu mengenai dunia medis. Dia bahkan tidak memiliki kenalan yang berkecimpung di dunia kedokteran.Harvey seperti orang bodoh yang berlalu-lalang di lobi Pusat Penelitian Jantung Maine. Masalahnya dia tidak diizinkan masuk untuk menemui kepala lembaga.Di saat sedang mondar-mandir dan gelisah, Harvey melihat Yvonne yang beranjak keluar. Ketika Yvonne muncul, Ha
Orang tersebut tidak menghiraukan Harvey, dia mendekati Yvonne dan berkata, "Beliau adalah bawahannya Pak Shawn. Dia datang untuk merekrut orang."Sesaat menoleh, Yvonne melihat Aiden yang berdiri di samping Jeff."Jane ...." Jeff memanggilnya sambil menghampirinya, "Sebentar! Ini Pak Aiden, Beliau sudah lama menunggumu. Bagaimana kalau kamu meluangkan waktu untuk mengobrol sebentar?"Harvey membelalak, jadi orang yang ingin Shawn rekrut adalah Yvonne?Yvonne menjawab, "Aku tidak mau pulang, keputusanku sudah bulat."Kemudian Yvonne membalikkan badan dan menarik Harvey pergi.Jeff telah berusaha, tapi dia tidak mungkin memaksa Yvonne."Kamu lihat sendiri, dia nggak mau," kata Jeff kepada Aiden.Aiden agak kecewa, tetapi tatapannya berbinar-binar saat melihat Aiden. "Aku rasa kamu orang yang cocok ...."Jeff langsung melambaikan tangan. "Nggak, nggak.""Tapi ....""Tidak ada tapi, aku nggak bisa." Jeff menolak tanpa ragu.Aiden mulai merasa putus asa.Di sisi lain, Yvonne menarik Harvey
"Ini ...." Harvey tidak menyangka Yvonne memberikannya dokumen ini."Ini adalah daftar para investor Pusat Penelitian Jantung Maine," kata Yvonne."Keluarga Lotex adalah konglomerat yang paling kaya. Mereka memulai bisnis sejak tahun 1919. Mereka adalah konglomerat pertama di dalam sejarah peradaban manusia. Hingga saat ini, Keluarga Lotex telah memonopoli industri minyak di Negara Mauro. Beberapa tahun ini mereka sedang melakukan ekspansi ke industri lain." Harvey mengangkat kepalanya dan bertanya, "Kenapa kamu memberikanku daftar investor ini?""Aku nggak mau pulang, ada banyak hal yang bisa aku pelajari di sini. Aku sangat menyukai lingkungan kerjaku. Aku mengenal pria yang tadi menemuiku, dia bernama Aiden. Dia adalah pengusaha di bidang farmasi yang ambisius. Aku tahu, dia tidak ingin Pusat Penelitian Jantung Maine memonopoli penelitian medis di dunia." Yvonne mengepalkan tangannya."Aku tahu ini bukan permintaan yang mudah, tapi apakah kamu bisa berinvestasi di dalam penelitian i
Yvonne mengerutkan alis. "Kamu ngapain?"Yvonne menggelengkan kepala, dia tak berdaya menghadapi Harvey."Mengantarkan sarapan. Mulai sekarang, setiap pagi aku akan datang mengantarkan sarapan." Harvey tidak sungkan, dia langsung menyelinap masuk ke dalam rumah Yvonne.Yvonne mengenakan gaun tidur berwarna putih dan berlengan panjang. Gaun yang dikenakan menjuntai hingga ke mata kaki.Yvonne berjalan sambil mengusap perutnya. "Kalau kamu ada waktu untuk mengantarkan sarapan, lebih baik kamu segera pulang untuk membujuk Shawn."Harvey mengerutkan bibir saat mendengar nama Shawn. Pagi-pagi sudah mendengar namanya, menyebalkan!"Aku pulang setelah kamu menemaniku sarapan," jawab Harvey."Harvey, kamu bukan anak kecil lagi. Jangan bersikap kekanak-kanakan," Yvonne mengomelinya.Harvey menjawab dengan kesal, "Siapa yang kekanak-kanakan?"Harvey tulus mengantarkan sarapan untuk Yvonne. Berdasarkan yang Harvey baca, wanita menyukai pria yang perhatian. Saat ini Harvey sedang berusaha untuk me
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"