"Dokter forensik telah memeriksa penyebab kematian Nyonya Besar. Nyonya Besar meninggal akibat dokter yang salah memotong serabut saraf saat operasi berlangsung. Operasi tersebut berisiko sangat tinggi. Bahkan dokter ahli pun belum tentu bisa berhasil. Aku juga telah menanyakan kepada 6 orang untuk memverifikasi dokter yang menangani operasi Nyonya Besar, termasuk Simon dan Kakak Ipar. Mereka mengatakan ...."Meskipun Dylan tidak menyebutkan nama, semua orang memahami maksudnya."Mungkin dia hanya berniat membantu. Dia adalah dokter bedah jantung, bukan ahli saraf. Jadi ...," Xavier berusaha membantu Yvonne untuk menjelaskan.Shawn berdiri membelakangi Dylan dan Xavier. Mereka berdua tidak berani berbicara terlalu banyak."Pergilah," kata Shawn.Dylan dan Xavier saling bertatapan, lalu menjawab secara serentak, "Kondisi ini bisa dimaklumi ....""Pergi! Kalian tidak mengerti?" Shawn memotong ucapan Dylan dan Xavier."Baik." Dylan dan Xavier pun berpamitan.Yvonne bersembunyi di balik te
Dylan kesal mendengar jawaban Yvonne. Dylan tahu bahwa Yvonne tidak sengaja, dia tidak bermaksud membunuh Kamila.Asalkan Yvonne menjelaskan semua yang terjadi, Shawn pasti akan mengerti. Yvonne tidak seharusnya menjauhi Shawn, bukankah Yvonne yang salah di dalam insiden ini?Yvonne menyebabkan ibu kandung Shawn meninggal."Pikirkan sendiri." Dylan pergi menyusul Shawn."Kembalilah ke negaramu," kata Yvonne kepada Paulo."Kamila yang menyuruhku kembali?"Kamila tidak menyuruh Paulo pulang, tetapi Yvonne merasa itu adalah keputusan yang terbaik."Bukannya kalian memiliki seorang putri? Kamu harus kembali ke sisi putrimu," jawab Yvonne.Bagaimana Yvonne bisa mengetahui keberadaan putri mereka? Pasti Kamila yang memberitahunya."Em, baik. Aku akan mematuhi semua keinginannya."Yvonne berharap semua masalah ini bisa segera berlalu. Yvonne tak kalah menderita, terutama saat berhadapan dengan Shawn. Dada Yvonne terasa sesak dan kesulitan bernapas.Ketika mengetahui kedatangan Yvonne, Simon m
Harvey tercengang melihat ekspresi Yvonne yang dingin."Kamu kenapa?" Harvey bertanya dengan hati-hati.Yvonne melihat jam tangannya sambil berkata, "Kamu punya 2 menit.""Beberapa proyekku tiba-tiba dihentikan, katanya ada pelanggaran. Aku buru-buru kembali ke Kota Sunrise, ternyata ini semua ulahnya Shawn. Dia kenapa, sih?""Kamu yang cari penyakit sendiri." Yvonne tidak menghiraukan Harvey."Kalian ....""Ibumu sudah boleh pulang." Yvonne membalikkan badan dan pergi.Rasanya emosi Harvey mau meledak. "Kami dan Shawn memang cocok, sama-sama nggak punya hati nurani! Aku berbaik hati berterima kasih kepadamu, tapi kamu malah menyakiti hatiku.""Aku tidak punya waktu mendengarkan omong kosongmu." Yvonne bahkan tidak menoleh untuk menatap wajah Harvey."Hem! Aku buta pernah menyukaimu!" Harvey menggertakkan gigi.Yvonne mempercepat langkahnya. "Aku ... aku nggak butuh bantuanmu!" Harvey makin marah melihat Yvonne yang pergi tanpa menoleh ke belakang.Yvonne bersikap seolah tidak mendeng
Shawn melirik Dylan selama beberapa detik. "Tidak mati?""Tidak, sopirnya yang meninggal di tempat," jawab Dylan."Urus yang benar, berikan kompensasi kepada keluarga korban." "Baik." Dylan merasa bersalah. Sasaran Shawn adalah Paulo, tetapi tindakan mereka malah merengut nyawa yang tak bersalah."Pak, sebaiknya kamu singgah ke kantor sebentar," Dylan berpesan."Em." Shawn mengangguk. Ekspresi Shawn sangat dingin, dia mengangkat tangan dan mengusir Dylan.Selama beberapa hari ini Shawn terlihat muram, Dylan tidak berani bersikap lancang di hadapannya.Ketika melihat Yvonne yang duduk di ruang tamu, Dylan menghampiri dan berkata, "Kamu tidak bisa memberikan sedikit perhatian kepada Pak Shawn?"Dylan dan para karyawan merasa tertekan bekerja di bawah situasi yang mencekam. Xavier bahkan enggan menginjakkan kaki ke rumah ini, padahal dia paling suka kalau ditugaskan keluar kantor.Bukannya Yvonne tidak memedulikan Shawn, Yvonne hanya ingin memberikan waktu kepada Shawn untuk menerima kea
Pupil Shawn yang tadinya tenang pun tampak bergetar, seolah sedang menunggu kalimat Yvonne selanjutnya.Ketika hendak menceritakan yang sebenarnya, Yvonne teringat dengan isi surat yang ditulis Kamila. Yvonne merasa serba salah, bibirnya tampak bergetar. "Aku ... maafkan aku.""Percayalah, aku tidak sengaja," Yvonne menjawab dengan cepat sambil menundukkan kepala. Begitu selesai bicara, Yvonne berlari meninggalkan ruang kerja.Yvonne bersembunyi di dalam kamar mandi. Dia memegang dadanya yang terasa sakit.Yvonne menangis selama beberapa menit di kamar mandi, dia menggigit bibir agar tidak mengeluarkan suara.Setelah puas melampiaskan emosi, Yvonne menenangkan diri dan baru keluar dari kamar mandi.Saat makan, Yvonne duduk di samping Shawn. Yvonne menunduk, dia tidak nafsu makan.Shawn tidak berinisiatif membuka pembicaraan, dia hanya meletakkan segelas susu di hadapan Yvonne, lalu berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan.Yvonne menatap susu tersebut hingga melamun.Ketika melihat Y
Simon terkejut. "Kamu tidak tahu?"Yvonne mentertawakan diri sendiri. "Kamu nggak mungkin berpikir dia akan memberitahuku mengenai semua hal yang akan dilakukannya, 'kan?""Bukan begitu maksudku." Simon bergegas menjelaskan, "Paulo mengalami kecelakaan di perjalanan ke bandara. Sopir meninggal di tempat, sedangkan Paulo kritis. Ini bukan kebetulan, 'kan?"Yvonne mengepalkan tangannya. Dia tidak heran, Shawn sanggup melakukan hal semacam itu."Tidak ada bukti, jangan asal menuduh." Yvonne menjawab dengan tenang, "Yang penting Paulo masih bisa diselamatkan."Meskipun terdengar membela, sebenarnya Yvonne yakin bahwa Shawn adalah pelakunya.Kecelakaan itu begitu parah, tetapi Paulo masih selamat. Tampaknya ajal Paulo memang belum tiba."Em, aku hanya menebak." Sejak kematian Kamila, Simon merasa berutang banyak kepada Yvonne.Tak hanya itu, reputasi rumah sakit juga terpengaruh oleh kematian Kamila. Untungnya direktur rumah sakit tidak mempermasalahkan hal ini.Kematian Kamila dianggap seb
"Iya kalimat selanjutnya. Semoga hilang di tengah jalan," jawab Harvey dengan ketus.Awalnya Yvonne tidak mengerti maksud Harvey. Namun setelah mencernanya, Yvonne pun tertawa dan menjawab, "Aku tidak kekanak-kanakan kayak kamu.""Aku? Kekanak-kanakan?" Harvey bertanya sambil mendekati Yvonne.Yvonne bergeser untuk menjaga jarak. Kemudian dia berpesan kepada Nyonya Velon sebelum pergi, "Jangan khawatir, kondisi Anda sangat bagus."Banyak orang yang cemas setelah melakukan operasi jantung. Mereka mengira kalau jantungnya lemah dan bisa meninggal kapan saja.Sebenarnya jantung merupakan organ yang paling kuat di dalam tubuh. Jantung tidak pernah berhenti bekerja demi kelangsungan hidup manusia.Harvey berkata dengan cemberut. "Aku nggak bakal memakan kamu. Apa yang kamu takutkan?"Yvonne berlagak tidak mendengarnya dan lanjut berbicara dengan Nyonya Velon, "Kalian sudah boleh pulang."Melihat Yvonne yang pergi begitu saja, Harvey meminta izin kepada Nyonya Velon. "Bu, tunggu sebentar. Di
Jolene dan Roger terlihat harmonis, mereka datang dengan dikawal dua orang pengawal."Apa urusanmu? Urus saja diri sendiri!" Harvey membentak Jolene.Ekspresi Jolene sontak berubah menjadi masam. "Kamu ....""Kamu yang duluan cari masalah." Suasana hati Harvey sangat buruk, rasanya dia ingin menghajar semua orang yang membuatnya marah.Jolene menahan amarahnya saat melihat Yvonne. Gara-gara Yvonne, Roger mengetahui bahwa Jolene sengaja membunuh kandungannya sendiri.Roger sangat kecewa, dia menjaga Jolene dengan ketat. Sekarang Jolene tidak bisa bergerak bebas, ada pengawal yang selalu membuntutinya ke mana-mana.Sebenarnya Roger bahkan tidak mengizinkan Jolene keluar rumah. Dia diperlakukan seperti tahanan.Jolene akan diberikan kebebasan setelah dia mengandung dan melahirkan. Sebelum dia memiliki anak, Jolene tidak bisa melakukan apa-apa. Ditambah, Roger melarangnya melakukan apa pun, Roger juga tidak akan membantunya untuk menghadapi Yvonne.Hingga saat ini Roger masih sakit hati se