Simon terkejut. "Kamu tidak tahu?"Yvonne mentertawakan diri sendiri. "Kamu nggak mungkin berpikir dia akan memberitahuku mengenai semua hal yang akan dilakukannya, 'kan?""Bukan begitu maksudku." Simon bergegas menjelaskan, "Paulo mengalami kecelakaan di perjalanan ke bandara. Sopir meninggal di tempat, sedangkan Paulo kritis. Ini bukan kebetulan, 'kan?"Yvonne mengepalkan tangannya. Dia tidak heran, Shawn sanggup melakukan hal semacam itu."Tidak ada bukti, jangan asal menuduh." Yvonne menjawab dengan tenang, "Yang penting Paulo masih bisa diselamatkan."Meskipun terdengar membela, sebenarnya Yvonne yakin bahwa Shawn adalah pelakunya.Kecelakaan itu begitu parah, tetapi Paulo masih selamat. Tampaknya ajal Paulo memang belum tiba."Em, aku hanya menebak." Sejak kematian Kamila, Simon merasa berutang banyak kepada Yvonne.Tak hanya itu, reputasi rumah sakit juga terpengaruh oleh kematian Kamila. Untungnya direktur rumah sakit tidak mempermasalahkan hal ini.Kematian Kamila dianggap seb
"Iya kalimat selanjutnya. Semoga hilang di tengah jalan," jawab Harvey dengan ketus.Awalnya Yvonne tidak mengerti maksud Harvey. Namun setelah mencernanya, Yvonne pun tertawa dan menjawab, "Aku tidak kekanak-kanakan kayak kamu.""Aku? Kekanak-kanakan?" Harvey bertanya sambil mendekati Yvonne.Yvonne bergeser untuk menjaga jarak. Kemudian dia berpesan kepada Nyonya Velon sebelum pergi, "Jangan khawatir, kondisi Anda sangat bagus."Banyak orang yang cemas setelah melakukan operasi jantung. Mereka mengira kalau jantungnya lemah dan bisa meninggal kapan saja.Sebenarnya jantung merupakan organ yang paling kuat di dalam tubuh. Jantung tidak pernah berhenti bekerja demi kelangsungan hidup manusia.Harvey berkata dengan cemberut. "Aku nggak bakal memakan kamu. Apa yang kamu takutkan?"Yvonne berlagak tidak mendengarnya dan lanjut berbicara dengan Nyonya Velon, "Kalian sudah boleh pulang."Melihat Yvonne yang pergi begitu saja, Harvey meminta izin kepada Nyonya Velon. "Bu, tunggu sebentar. Di
Jolene dan Roger terlihat harmonis, mereka datang dengan dikawal dua orang pengawal."Apa urusanmu? Urus saja diri sendiri!" Harvey membentak Jolene.Ekspresi Jolene sontak berubah menjadi masam. "Kamu ....""Kamu yang duluan cari masalah." Suasana hati Harvey sangat buruk, rasanya dia ingin menghajar semua orang yang membuatnya marah.Jolene menahan amarahnya saat melihat Yvonne. Gara-gara Yvonne, Roger mengetahui bahwa Jolene sengaja membunuh kandungannya sendiri.Roger sangat kecewa, dia menjaga Jolene dengan ketat. Sekarang Jolene tidak bisa bergerak bebas, ada pengawal yang selalu membuntutinya ke mana-mana.Sebenarnya Roger bahkan tidak mengizinkan Jolene keluar rumah. Dia diperlakukan seperti tahanan.Jolene akan diberikan kebebasan setelah dia mengandung dan melahirkan. Sebelum dia memiliki anak, Jolene tidak bisa melakukan apa-apa. Ditambah, Roger melarangnya melakukan apa pun, Roger juga tidak akan membantunya untuk menghadapi Yvonne.Hingga saat ini Roger masih sakit hati se
Yvonne langsung mengingat kembali jawabannya. Dia tidak merasa ada yang salah."Bu, aku nggak berbohong," jawab Yvonne."Kamu dan Shawn bertengkar?" Samantha bertanya secara frontal."Hah? Nggak!" Yvonne tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. "Bu, jangan mendoakan yang buruk.""Aku justru takut kalau kalian ....""Kami baik-baik saja, nggak bertengkar." Yvonne menyela ucapan Samantha."Serius?" Samantha tidak memercayai Yvonne dengan mudah."Iya, untuk apa aku berbohong? Kami baik-baik saja." Yvonne berusaha meyakinkan Samantha.Samantha mengangguk, mungkin memang dirinya yang berpikir terlalu jauh."Nanti aku bawa Dio ke sana. Sama saja, 'kan?""Jelas beda! Dio adalah cucuku, sedangkan Shawn adalah menantuku. Aku harus memperlakukan Shawn seperti anak sendiri," jawab Samantha.Yvonne tidak menyangka, ternyata pertengkaran ini benar-benar mengubah dirinya. Bahkan Samantha yang berada jauh di ujung telepon pun menyadari ada yang tidak beres."Bu, aku lagi kerja. Nanti malam aku baw
"Selama Anas tinggal di sini, aku merasa ada yang berbeda sama sikap Niko. Aku rasa anak itu menyukai Anas." Meskipun sudah tidak muda, Samantha juga pernah jatuh cinta.Samantha melihat jelas perhatian yang diberikan Niko kepada Anas. Yvonne pun merasakan hal yang sama, tetapi dia meragukan tebakannya.Namun setelah mendengar ucapan Samantha, Yvonne langsung menatap Niko dengan tajam.Niko tidak menyadari tatapan Yvonne. Dia sedang fokus menelepon Anas.Begitu Anas menjawab panggilannya, Niko langsung berkata, "Kak Anas, ini aku."Anas bertanya, "Kamu sudah sampai di rumah?""Em, aku ingin memberitahumu satu hal," kata Niko sambil tersenyum penuh kemenangan. "Sebentar."Niko menutup bagian suara dan bertanya kepada Yvonne, "Kak, kapan Neil nikah?""Lusa," jawab Yvonne.Niko kembali berbicara kepada Anas, "Lusa kamu ada waktu? Bisa ke sini?""Aku sibuk," jawab Anas."Ada masalah penting! Aku ingin meminta bantuanmu. Tolong bantu aku, kali ini saja," Niko memohon dengan memelas.Anas me
Yvonne menatap layarnya sembari menunggu balasan Shawn.Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit telah berlalu, tetapi Shawn tak kunjung membalas pesan Yvonne.Yvonne berusaha berpikir positif, mungkin Shawn sedang sibuk. Yvonne sedih, tetapi dia berusaha untuk menghibur diri sendiri.Sesungguhnya Shawn memang sedang sibuk. Puluhan petinggi perusahaan berkumpul di ruang rapat yang mampu menampung ratusan orang.Walaupun Ruft Mose baru berdiri beberapa tahun yang lalu, mereka banyak mengambil alih bisnis Grup Skyward. Selama berada di bawah kepemimpinan Shawn, Ruft Mose berkembang dengan sangat pesat.Sekarang Ruft Mose menjadi salah satu perusahaan investasi yang paling dihormati. Banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan mereka.Ruft Mose berinvestasi di sebuah perusahaan entertainmen. Dalam waktu dua tahun, perusahaan tersebut telah mencetak puluhan artis ternama dengan jutaan penggemar.Perusahaan tersebut sangat terkenal, hanya saja tidak ada yang mengetahui siapa bos di
Shawn berjalan mendekati Yvonne. Ekspresi Yvonne terlihat kaku, dia menggenggam tas tangannya dengan erat.Shawn adalah suaminya, kenapa Yvonne segugup ini? Yvonne sangat merindukan Shawn, tetapi begitu Shawn muncul di hadapannya, rasanya Yvonne malah ingin melarikan diri."Sebentar lagi tasmu remuk." Shawn menggandeng tangan Yvonne yang dingin. "Kamu kedinginan?"Yvonne mengangguk, lalu menggelengkan kepala.Shawn tersenyum. "Kamu tidak mengenalku? Kenapa gugup seperti orang asing? Aku tidak akan memakan kamu.""Bukan begitu .... Aku, aku nggak tahu kamu bakal datang." Yvonne menundukkan kepala.Shawn mengusap dagu Yvonne sambil tersenyum. "Kalau tidak datang, hari ini aku tidak bisa melihat penampilanmu yang begitu cantik."Meskipun Shawn bersikap lembut, Yvonne merasa ada jarak yang membentang di antara mereka."Ayo, masuk." Shawn meminta Yvonne untuk merangkul lengannya.Yvonne mengatur kembali suasana hatinya, lalu merangkul lengan Shawn dan berusaha bersikap normal. "Apakah peker
Ada begitu banyak tamu undangan, Yvonne tidak melihat keberadaan Niko."Pak Shawn." Seseorang menghampiri Shawn dan menyapanya. Shawn sengaja memilih tempat di pojokan karena malas berinteraksi dengan para tamu undangan."Aku dengan Pak Shawn telah meninggalkan Grup Skyward? Sekarang Grup Skyward kacau balau, mereka berutang di mana-mana. Apakah kamu mendengar berita ini?"Dulu semua orang sangat menghormati Shawn yang dikenal sebagai pebisnis hebat. Namun sekarang dia telah meninggalkan Keluarga Jamison serta perusahaan yang dipimpin selama beberapa tahun.Di mata orang banyak, Shawn telah kehilangan kekuasaannya. Oleh sebab itu, tak sedikit orang yang mulai berani bersikap lancang.Ditambah, Grup Skyward berada di ambang kebangkrutan. Grup Skyward bukan lagi perusahaan raksasa yang disegani.Shawn menatap pria tersebut dengan dingin. "Kalau penasaran, cari tahu sendiri.""Kamu adalah sepupunya Thiago, makanya aku ....""Pak Salem." Seorang pria berpakaian rapi menghampirinya.Pak Sal
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"