Pupil Shawn yang tadinya tenang pun tampak bergetar, seolah sedang menunggu kalimat Yvonne selanjutnya.Ketika hendak menceritakan yang sebenarnya, Yvonne teringat dengan isi surat yang ditulis Kamila. Yvonne merasa serba salah, bibirnya tampak bergetar. "Aku ... maafkan aku.""Percayalah, aku tidak sengaja," Yvonne menjawab dengan cepat sambil menundukkan kepala. Begitu selesai bicara, Yvonne berlari meninggalkan ruang kerja.Yvonne bersembunyi di dalam kamar mandi. Dia memegang dadanya yang terasa sakit.Yvonne menangis selama beberapa menit di kamar mandi, dia menggigit bibir agar tidak mengeluarkan suara.Setelah puas melampiaskan emosi, Yvonne menenangkan diri dan baru keluar dari kamar mandi.Saat makan, Yvonne duduk di samping Shawn. Yvonne menunduk, dia tidak nafsu makan.Shawn tidak berinisiatif membuka pembicaraan, dia hanya meletakkan segelas susu di hadapan Yvonne, lalu berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan.Yvonne menatap susu tersebut hingga melamun.Ketika melihat Y
Simon terkejut. "Kamu tidak tahu?"Yvonne mentertawakan diri sendiri. "Kamu nggak mungkin berpikir dia akan memberitahuku mengenai semua hal yang akan dilakukannya, 'kan?""Bukan begitu maksudku." Simon bergegas menjelaskan, "Paulo mengalami kecelakaan di perjalanan ke bandara. Sopir meninggal di tempat, sedangkan Paulo kritis. Ini bukan kebetulan, 'kan?"Yvonne mengepalkan tangannya. Dia tidak heran, Shawn sanggup melakukan hal semacam itu."Tidak ada bukti, jangan asal menuduh." Yvonne menjawab dengan tenang, "Yang penting Paulo masih bisa diselamatkan."Meskipun terdengar membela, sebenarnya Yvonne yakin bahwa Shawn adalah pelakunya.Kecelakaan itu begitu parah, tetapi Paulo masih selamat. Tampaknya ajal Paulo memang belum tiba."Em, aku hanya menebak." Sejak kematian Kamila, Simon merasa berutang banyak kepada Yvonne.Tak hanya itu, reputasi rumah sakit juga terpengaruh oleh kematian Kamila. Untungnya direktur rumah sakit tidak mempermasalahkan hal ini.Kematian Kamila dianggap seb
"Iya kalimat selanjutnya. Semoga hilang di tengah jalan," jawab Harvey dengan ketus.Awalnya Yvonne tidak mengerti maksud Harvey. Namun setelah mencernanya, Yvonne pun tertawa dan menjawab, "Aku tidak kekanak-kanakan kayak kamu.""Aku? Kekanak-kanakan?" Harvey bertanya sambil mendekati Yvonne.Yvonne bergeser untuk menjaga jarak. Kemudian dia berpesan kepada Nyonya Velon sebelum pergi, "Jangan khawatir, kondisi Anda sangat bagus."Banyak orang yang cemas setelah melakukan operasi jantung. Mereka mengira kalau jantungnya lemah dan bisa meninggal kapan saja.Sebenarnya jantung merupakan organ yang paling kuat di dalam tubuh. Jantung tidak pernah berhenti bekerja demi kelangsungan hidup manusia.Harvey berkata dengan cemberut. "Aku nggak bakal memakan kamu. Apa yang kamu takutkan?"Yvonne berlagak tidak mendengarnya dan lanjut berbicara dengan Nyonya Velon, "Kalian sudah boleh pulang."Melihat Yvonne yang pergi begitu saja, Harvey meminta izin kepada Nyonya Velon. "Bu, tunggu sebentar. Di
Jolene dan Roger terlihat harmonis, mereka datang dengan dikawal dua orang pengawal."Apa urusanmu? Urus saja diri sendiri!" Harvey membentak Jolene.Ekspresi Jolene sontak berubah menjadi masam. "Kamu ....""Kamu yang duluan cari masalah." Suasana hati Harvey sangat buruk, rasanya dia ingin menghajar semua orang yang membuatnya marah.Jolene menahan amarahnya saat melihat Yvonne. Gara-gara Yvonne, Roger mengetahui bahwa Jolene sengaja membunuh kandungannya sendiri.Roger sangat kecewa, dia menjaga Jolene dengan ketat. Sekarang Jolene tidak bisa bergerak bebas, ada pengawal yang selalu membuntutinya ke mana-mana.Sebenarnya Roger bahkan tidak mengizinkan Jolene keluar rumah. Dia diperlakukan seperti tahanan.Jolene akan diberikan kebebasan setelah dia mengandung dan melahirkan. Sebelum dia memiliki anak, Jolene tidak bisa melakukan apa-apa. Ditambah, Roger melarangnya melakukan apa pun, Roger juga tidak akan membantunya untuk menghadapi Yvonne.Hingga saat ini Roger masih sakit hati se
Yvonne langsung mengingat kembali jawabannya. Dia tidak merasa ada yang salah."Bu, aku nggak berbohong," jawab Yvonne."Kamu dan Shawn bertengkar?" Samantha bertanya secara frontal."Hah? Nggak!" Yvonne tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. "Bu, jangan mendoakan yang buruk.""Aku justru takut kalau kalian ....""Kami baik-baik saja, nggak bertengkar." Yvonne menyela ucapan Samantha."Serius?" Samantha tidak memercayai Yvonne dengan mudah."Iya, untuk apa aku berbohong? Kami baik-baik saja." Yvonne berusaha meyakinkan Samantha.Samantha mengangguk, mungkin memang dirinya yang berpikir terlalu jauh."Nanti aku bawa Dio ke sana. Sama saja, 'kan?""Jelas beda! Dio adalah cucuku, sedangkan Shawn adalah menantuku. Aku harus memperlakukan Shawn seperti anak sendiri," jawab Samantha.Yvonne tidak menyangka, ternyata pertengkaran ini benar-benar mengubah dirinya. Bahkan Samantha yang berada jauh di ujung telepon pun menyadari ada yang tidak beres."Bu, aku lagi kerja. Nanti malam aku baw
"Selama Anas tinggal di sini, aku merasa ada yang berbeda sama sikap Niko. Aku rasa anak itu menyukai Anas." Meskipun sudah tidak muda, Samantha juga pernah jatuh cinta.Samantha melihat jelas perhatian yang diberikan Niko kepada Anas. Yvonne pun merasakan hal yang sama, tetapi dia meragukan tebakannya.Namun setelah mendengar ucapan Samantha, Yvonne langsung menatap Niko dengan tajam.Niko tidak menyadari tatapan Yvonne. Dia sedang fokus menelepon Anas.Begitu Anas menjawab panggilannya, Niko langsung berkata, "Kak Anas, ini aku."Anas bertanya, "Kamu sudah sampai di rumah?""Em, aku ingin memberitahumu satu hal," kata Niko sambil tersenyum penuh kemenangan. "Sebentar."Niko menutup bagian suara dan bertanya kepada Yvonne, "Kak, kapan Neil nikah?""Lusa," jawab Yvonne.Niko kembali berbicara kepada Anas, "Lusa kamu ada waktu? Bisa ke sini?""Aku sibuk," jawab Anas."Ada masalah penting! Aku ingin meminta bantuanmu. Tolong bantu aku, kali ini saja," Niko memohon dengan memelas.Anas me
Yvonne menatap layarnya sembari menunggu balasan Shawn.Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit telah berlalu, tetapi Shawn tak kunjung membalas pesan Yvonne.Yvonne berusaha berpikir positif, mungkin Shawn sedang sibuk. Yvonne sedih, tetapi dia berusaha untuk menghibur diri sendiri.Sesungguhnya Shawn memang sedang sibuk. Puluhan petinggi perusahaan berkumpul di ruang rapat yang mampu menampung ratusan orang.Walaupun Ruft Mose baru berdiri beberapa tahun yang lalu, mereka banyak mengambil alih bisnis Grup Skyward. Selama berada di bawah kepemimpinan Shawn, Ruft Mose berkembang dengan sangat pesat.Sekarang Ruft Mose menjadi salah satu perusahaan investasi yang paling dihormati. Banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan mereka.Ruft Mose berinvestasi di sebuah perusahaan entertainmen. Dalam waktu dua tahun, perusahaan tersebut telah mencetak puluhan artis ternama dengan jutaan penggemar.Perusahaan tersebut sangat terkenal, hanya saja tidak ada yang mengetahui siapa bos di
Shawn berjalan mendekati Yvonne. Ekspresi Yvonne terlihat kaku, dia menggenggam tas tangannya dengan erat.Shawn adalah suaminya, kenapa Yvonne segugup ini? Yvonne sangat merindukan Shawn, tetapi begitu Shawn muncul di hadapannya, rasanya Yvonne malah ingin melarikan diri."Sebentar lagi tasmu remuk." Shawn menggandeng tangan Yvonne yang dingin. "Kamu kedinginan?"Yvonne mengangguk, lalu menggelengkan kepala.Shawn tersenyum. "Kamu tidak mengenalku? Kenapa gugup seperti orang asing? Aku tidak akan memakan kamu.""Bukan begitu .... Aku, aku nggak tahu kamu bakal datang." Yvonne menundukkan kepala.Shawn mengusap dagu Yvonne sambil tersenyum. "Kalau tidak datang, hari ini aku tidak bisa melihat penampilanmu yang begitu cantik."Meskipun Shawn bersikap lembut, Yvonne merasa ada jarak yang membentang di antara mereka."Ayo, masuk." Shawn meminta Yvonne untuk merangkul lengannya.Yvonne mengatur kembali suasana hatinya, lalu merangkul lengan Shawn dan berusaha bersikap normal. "Apakah peker