Yvonne merasa permintaan ini sangat konyol. "Kamila meninggal akibat keserakahan dan keegoisan Paulo. Benar, Paulo telah menyelamatkan Kamila, tapi Paulo juga yang membunuhnya. Kalau Paulo tidak memasang chip untuk menghalangi ingatannya, Kamila tidak akan mengalami pendarahan otak hingga meninggal. Paulo adalah pembunuh! Sebagai anak kandung Kamila, Shawn memang seharusnya membalaskan dendam kematian ibunya.""Paulo sungguh mencintai Kamila." Simon tega mengorbankan Yvonne karena dia mengetahui semua pengorbanan yang dilakukan Paulo demi melindung Kamila."Paulo mencintai Kamila, tapi apakah Kamila mencintainya? Kalau Kamila mencintainya, kenapa Kamila malah menikah dengan ayahnya Shawn? Apakah Paulo memasang chip tersebut atas seizin Kamila?" Yvonne merasa Paulo terlalu egois. Paulo telah merebut kehidupan Kamila."Aku menolak permintaanmu! Aku tidak akan mengorbankan rumah tanggaku demi kalian. Di mataku, semua yang dilakukan Paulo bukan cinta, tapi ambisi yang gila!"Paulo telah me
Ketika membuka paket tersebut, Yvonne kaget melihat nama pengirimnya.Danila mengirimkan paket kepada Yvonne? Seketika, Yvonne pun langsung merasa gugup.Yvonne bergegas membawa paket tersebut ke ruangannya. Sesampainya di ruangan, Yvonne buru-buru membuka kotak tersebut untuk melihat isinya.Yvonne melihat sebuah kotak berwarna merah dan secarik surat yang tersimpan di dalam kotak paket. Yvonne tertegun selama beberapa saat.Sepertinya kotak ini adalah barang peninggalan Kamila. Dibandingkan dengan kepergian Kamila, Yvonne lebih sedih saat membayangkan reaksi Shawn.Apakah takdir sedang mempermainkan Shawn? Shawn baru menemukan ibu kandungnya, tetapi semua kebahagiaan Shawn malah direbut dalam waktu semalam.Kebahagiaan berlalu begitu saja. Tidak, Shawn bahkan belum sempat berbahagia.Yvonne menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu membuka kotak merah tersebut. Sesaat membuka kotak tersebut, Yvonne melihat sebuah cincin berlian yang menawan.Meskipun tidak mengetahui har
"Hah?" Simon melirik Paulo yang terlihat mengenaskan. "Paulo ...."Yvonne tidak bergeming. Kalau tidak membaca surat yang ditinggalkan Kamila, Yvonne tidak akan kembali ke sini."Aku bersedia melakukan permintaanmu," jawab Yvonne.Simon tercengang, apa yang membuat Yvonne berubah pikiran?Simon meragukan pendengarannya. "Apa katamu?""Aku yang melakukan operasi ini," jawab Yvonne."Tidak perlu, aku yang mencelakainya, semua bukan salahmu. Aku tidak ingin hidup, aku mau menyusul Kamila. Aku tidak membutuhkan pengorbananmu." Paulo bangkit dengan terhuyung-huyung, lalu memeluk Kamila."Sebenarnya ... ingatannya sudah pulih." Ucapan Yvonne sontak membuat semua orang tercengang.Paulo mematung di tempat, dia berusaha keras untuk mencerna informasi yang diberikan Yvonne. "Apa katamu?"Simon tak kalah terkejut. "Bagaimana kamu tahu?""Kamila menulis surat untukku. Karena tidak tahu alamat rumah, dia mengirimkannya ke rumah sakit. Aku baru membaca suratnya.""Apa kata Kamila?" Paulo memegang k
"Dokter forensik telah memeriksa penyebab kematian Nyonya Besar. Nyonya Besar meninggal akibat dokter yang salah memotong serabut saraf saat operasi berlangsung. Operasi tersebut berisiko sangat tinggi. Bahkan dokter ahli pun belum tentu bisa berhasil. Aku juga telah menanyakan kepada 6 orang untuk memverifikasi dokter yang menangani operasi Nyonya Besar, termasuk Simon dan Kakak Ipar. Mereka mengatakan ...."Meskipun Dylan tidak menyebutkan nama, semua orang memahami maksudnya."Mungkin dia hanya berniat membantu. Dia adalah dokter bedah jantung, bukan ahli saraf. Jadi ...," Xavier berusaha membantu Yvonne untuk menjelaskan.Shawn berdiri membelakangi Dylan dan Xavier. Mereka berdua tidak berani berbicara terlalu banyak."Pergilah," kata Shawn.Dylan dan Xavier saling bertatapan, lalu menjawab secara serentak, "Kondisi ini bisa dimaklumi ....""Pergi! Kalian tidak mengerti?" Shawn memotong ucapan Dylan dan Xavier."Baik." Dylan dan Xavier pun berpamitan.Yvonne bersembunyi di balik te
Dylan kesal mendengar jawaban Yvonne. Dylan tahu bahwa Yvonne tidak sengaja, dia tidak bermaksud membunuh Kamila.Asalkan Yvonne menjelaskan semua yang terjadi, Shawn pasti akan mengerti. Yvonne tidak seharusnya menjauhi Shawn, bukankah Yvonne yang salah di dalam insiden ini?Yvonne menyebabkan ibu kandung Shawn meninggal."Pikirkan sendiri." Dylan pergi menyusul Shawn."Kembalilah ke negaramu," kata Yvonne kepada Paulo."Kamila yang menyuruhku kembali?"Kamila tidak menyuruh Paulo pulang, tetapi Yvonne merasa itu adalah keputusan yang terbaik."Bukannya kalian memiliki seorang putri? Kamu harus kembali ke sisi putrimu," jawab Yvonne.Bagaimana Yvonne bisa mengetahui keberadaan putri mereka? Pasti Kamila yang memberitahunya."Em, baik. Aku akan mematuhi semua keinginannya."Yvonne berharap semua masalah ini bisa segera berlalu. Yvonne tak kalah menderita, terutama saat berhadapan dengan Shawn. Dada Yvonne terasa sesak dan kesulitan bernapas.Ketika mengetahui kedatangan Yvonne, Simon m
Harvey tercengang melihat ekspresi Yvonne yang dingin."Kamu kenapa?" Harvey bertanya dengan hati-hati.Yvonne melihat jam tangannya sambil berkata, "Kamu punya 2 menit.""Beberapa proyekku tiba-tiba dihentikan, katanya ada pelanggaran. Aku buru-buru kembali ke Kota Sunrise, ternyata ini semua ulahnya Shawn. Dia kenapa, sih?""Kamu yang cari penyakit sendiri." Yvonne tidak menghiraukan Harvey."Kalian ....""Ibumu sudah boleh pulang." Yvonne membalikkan badan dan pergi.Rasanya emosi Harvey mau meledak. "Kami dan Shawn memang cocok, sama-sama nggak punya hati nurani! Aku berbaik hati berterima kasih kepadamu, tapi kamu malah menyakiti hatiku.""Aku tidak punya waktu mendengarkan omong kosongmu." Yvonne bahkan tidak menoleh untuk menatap wajah Harvey."Hem! Aku buta pernah menyukaimu!" Harvey menggertakkan gigi.Yvonne mempercepat langkahnya. "Aku ... aku nggak butuh bantuanmu!" Harvey makin marah melihat Yvonne yang pergi tanpa menoleh ke belakang.Yvonne bersikap seolah tidak mendeng
Shawn melirik Dylan selama beberapa detik. "Tidak mati?""Tidak, sopirnya yang meninggal di tempat," jawab Dylan."Urus yang benar, berikan kompensasi kepada keluarga korban." "Baik." Dylan merasa bersalah. Sasaran Shawn adalah Paulo, tetapi tindakan mereka malah merengut nyawa yang tak bersalah."Pak, sebaiknya kamu singgah ke kantor sebentar," Dylan berpesan."Em." Shawn mengangguk. Ekspresi Shawn sangat dingin, dia mengangkat tangan dan mengusir Dylan.Selama beberapa hari ini Shawn terlihat muram, Dylan tidak berani bersikap lancang di hadapannya.Ketika melihat Yvonne yang duduk di ruang tamu, Dylan menghampiri dan berkata, "Kamu tidak bisa memberikan sedikit perhatian kepada Pak Shawn?"Dylan dan para karyawan merasa tertekan bekerja di bawah situasi yang mencekam. Xavier bahkan enggan menginjakkan kaki ke rumah ini, padahal dia paling suka kalau ditugaskan keluar kantor.Bukannya Yvonne tidak memedulikan Shawn, Yvonne hanya ingin memberikan waktu kepada Shawn untuk menerima kea
Pupil Shawn yang tadinya tenang pun tampak bergetar, seolah sedang menunggu kalimat Yvonne selanjutnya.Ketika hendak menceritakan yang sebenarnya, Yvonne teringat dengan isi surat yang ditulis Kamila. Yvonne merasa serba salah, bibirnya tampak bergetar. "Aku ... maafkan aku.""Percayalah, aku tidak sengaja," Yvonne menjawab dengan cepat sambil menundukkan kepala. Begitu selesai bicara, Yvonne berlari meninggalkan ruang kerja.Yvonne bersembunyi di dalam kamar mandi. Dia memegang dadanya yang terasa sakit.Yvonne menangis selama beberapa menit di kamar mandi, dia menggigit bibir agar tidak mengeluarkan suara.Setelah puas melampiaskan emosi, Yvonne menenangkan diri dan baru keluar dari kamar mandi.Saat makan, Yvonne duduk di samping Shawn. Yvonne menunduk, dia tidak nafsu makan.Shawn tidak berinisiatif membuka pembicaraan, dia hanya meletakkan segelas susu di hadapan Yvonne, lalu berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan.Yvonne menatap susu tersebut hingga melamun.Ketika melihat Y