Shawn dan Yvonne bertatapan selama beberapa saat."Kenapa nggak jawab? Kamu nggak mencintai Yvonne? Mustahil pria sepertimu bisa setia pada satu wanita. Kamu dan kakakku .... Tidak, kamu dan Yvonne bersama hanya demi anak kalian, 'kan?" tanya Niko.Sebelumnya Yvonne tidak pernah berpikir sejauh ini, tetapi begitu mendengar pertanyaan Niko, Yvonne merasa pertanyaannya terdengar masuk akal.Apakah Shawn tulus mencintai Yvonne? Atau semua hanya demi anak mereka?Pertanyaan Niko langsung membuat Yvonne gelisah. Shawn tidak bodoh, dia menyadari perubahan ekspresi Yvonne.Shawn mengangkat kakinya dan melangkah mendekati Yvonne."Jangan mendekat! Di sini ada bom, bahaya!" Yvonne berteriak.Shawn tidak peduli, dia terus berjalan dan berhenti di hadapan Yvonne.Yvonne mengangkat kepalanya, kedua matanya yang indah tampak bergetar dan berkaca-kaca. Meskipun ragu, Yvonne tetap berusaha tersenyum dan berkata, "Aku percaya, kamu mencintaiku.""Yvonne, kamu bodoh, ya? Dia bahkan nggak berani jawab,
Yvonne membuka matanya, tidak ada yang meledak.Di tengah kebingungan, akhirnya Niko angkat bicara, "Kak, aku menggunakanmu untuk mengancam Shawn. Aku ingin membuatnya mengakui pembunuhan yang dilakukan, lalu memberikan buktinya kepada polisi. Aku menculikmu, tapi aku sama sekali nggak ada maksud untuk menyakitimu. Bom itu palsu."Yvonne menatapnya dengan tidak percaya. "Niko ....""Aku mendengarkan semua penjelasan kalian. Benar, kalau Shawn ingin membunuh ibuku, dia nggak perlu susah payah mengeluarkannya dari penjara. Ini nggak masuk akal ...."Niko berjalan mendekati Yvonne dan melepaskan tali pengikatnya. "Kak, apakah kamu marah?""Nggak." Yvonne menggelengkan kepala, hatinya justru terasa hangat.Niko pasti sakit hati pasca kematian ibunya. Yvonne bisa memahami perasaannya.Melihat Niko yang menggunakan bom palsu, Yvonne tahu bahwa Niko tidak bermaksud untuk menyakitinya. Niko telah menganggap Yvonne sebagai keluarga sendiri.Yvonne memeluk Niko sambil berkata, "Niko, Ayah sudah
Tak berapa lama, akhirnya ambulans datang untuk membawa Shawn dan Niko ke rumah sakit.Yvonne telah mengundurkan diri sebagai dokter. Meskipun memiliki kemampuan, Yvonne tak bisa membantu mereka. Selain menunggu, saat ini tak banyak hal yang dapat dilakukan.Dokter membersihkan dan mengobati luka di tubuh mereka. Untuk sementara ini kondisi Shawn dan Niko masih perlu diamati.Niko dan Shawn ditempatkan di ruangan yang berbeda. Yvonne tak dapat menjaga keduanya secara bersama-sama.Akhirnya Yvonne menelepon Samantha dan memintanya untuk datang menemani Niko.Yvonne juga tak lupa menelepon Leah untuk mengabarinya. "Bi, malam ini aku dan Shawn tidak pulang. Apakah Dio baik-baik saja?""Tenang saja, ada aku yang merawat Dio," jawab Leah.Yvonne memercayai Leah. "Em, terima kasih."Setelah menutup panggilan Leah, Yvonne lanjut menghubungi Xavier. Yvonne hanya memberi tahu Xavier bahwa Shawn terluka dan tidak bisa pergi bekerja.Xavier panik mendengar Shawn yang terluka. " Ada apa dengan Pak
Yvonne menghampiri Shawn sambil bertanya, "Sudah sadar? Ada yang sakit?"Shawn tidak menjawab, dia hanya fokus menatap Yvonne.Yvonne masih mengenakan baju yang sama. Meskipun tidak terluka, pakaian Yvonne robek dan berantakan."Aku belum sempat ganti baju," kata Yvonne sesaat menyadari tatapan Shawn yang memperhatikan pakaiannya.Shawn berkata, "Kalau kamu tidak menyukai Yura, aku bisa memindahkannya ke departemen lain."Ternyata Shawn mendengar pembicaraan Yvonne dan Xavier. Sebelumnya Yvonne juga pernah menanyakan masalah Yura kepada Shawn.Shawn berpikir, mungkin Yvonne tidak senang melihat ada wanita lain berada di sekitar Shawn.Xavier mengerutkan alis, dia tidak mengerti kenapa mereka tiba-tiba membahas Yura."Yura bekerja dengan baik, dia jarang melakukan kesalahan." Xavier merasa berhak memberikan penilaian kepada Yura.Sebenarnya Xavier tidak ingin Yura diganti. Jika diganti sekretaris baru, Xavier harus beradaptasi dan memoles kecocokan bersama orang baru.Yvonne berkata kep
Ternyata begini rasanya kehangatan cinta.Shawn tak dapat melihat wajah Yvonne, dia hanya dapat melihat rambutnya yang berwarna hitam. "Sebenarnya aku tahu bom yang dipakai Niko adalah peledak palsu. Apakah kamu marah?"Yvonne kaget. "Apa? Kamu tahu bom itu palsu?"Shawn mengangguk. Sesaat melihat bentuk bom, Shawn langsung menyadari bahwa bom tersebut palsu."Kenapa aku mesti marah?" Yvonne tersenyum. Shawn telah membuktikannya cintanya kepada Yvonne. Nyatanya Shawn mengorbankan diri sendiri demi melindungi Yvonne.Bom yang dimiliki Niko memang palsu, tetapi bom yang kedua adalah bom asli.Yvonne tumbuh di tengah keluarga yang penuh konflik. Kondisi tubuh Samantha lemah, sedangkan Calvin menjalani hidup bersama selingkuhannya. Selama ini Yvonne jarang mendapatkan kasih sayang dari orang lain."Saat menikah denganmu, aku nggak pernah berpikir bakal ada hari ini." Tak hanya Yvonne, Shawn sendiri pun tak menyangka."Tok, tok." Samantha mengetuk pintu ruangan Shawn. "Yvonne, Niko sudah sa
Perawat masuk sambil membawa nampan obat. Dia memasuki ruangan Shawn tanpa mengetuk pintu.Sesaat mendengar suara pintu yang dibuka, Yvonne melepaskan kecupannya dan membenamkan kepalanya ke pelukan Shawn.Perawat tersebut tersentak, dia berdiri mematung di tempat.Shawn menatap perawat itu dan berkata dengan dingin, "Pergi!"Perawat itu terbangun dari lamunan, dia pun panik dan menyadari kesalahannya. Harusnya dia mengetuk pintu sebelum masuk.Perawat tersebut berdiri di depan pintu sambil mengelus dadanya. Tatapan Shawn terlalu mengerikan, saking menyeramkannya sampai membuat perawat merinding."Dilihat orang, 'kan? Malu, 'kan?" Yvonne tidak berani mendorong Shawn karena takut mengenai lukanya."Kita adalah suami istri." Shawn bangkit dari tempat tidur dan merapikan pakaiannya.Yvonne tersenyum melihat tingkah Shawn. Ketika mereka beranjak keluar, perawat tersebut masih berdiri di depan pintu.Yvonne berkata, "Taruh saja obatnya di meja.""Baik," jawab perawat tersebut, lalu bergegas
Niko berbisik di telinga Yvonne, "Suruh Shawn pura-pura mati ....""Apa?" Yvonne berteriak sebelum Niko menyelesaikan kalimatnya."Aduh, jangan emosi dulu. Dengarkan aku." Niko menenangkan Yvonne.Yvonne kembali mendekatkan telinganya sambil melirik Shawn."Kak, reaksimu berlebihan banget."Yvonne menatapnya dengan sinis. "Cepat katakan, apa rencanamu?"Niko tertawa melihat reaksi Yvonne. Setelah kejadian ini, Yvonne pasti makin mencintai Shawn.Menurut Niko, bencana ini justru menguntungkan Shawn."Begini, suruh Shawn untuk berpura-pura meninggal, sedangkan aku akan pergi menemui wanita itu untuk memberitahunya mengenai kematian Shawn. Saat bertemu, aku akan menangkap dan melihat wajahnya. Kalau bukan Shawn yang membunuh ibuku, pasti wanita itu pelakunya. Dia membunuh ibuku dan menjadikan Shawn sebagai kambing hitam. Dia ingin meminjam tanganku untuk melawan kamu dan Shawn. Semua ini adalah rencananya."Yvonne merasa ide yang diberikan Niko lumayan bagus."Em, idemu bagus, sih ....""
Shawn berkata, "Maaf, aku tadi tidak kepikiran, padahal aku bisa menelepon Bibi Leah ....""Aku pulang saja." Yvonne menyela ucapan Shawn.Kebetulan Yvonne ingin pulang mengecek kondisi Dio. Apalagi Leah harus menemani Dio, dia tidak bisa mengantarkan pakaian.Yvonne berdiri, sedangkan Shawn duduk di tempat tidur. Meskipun Shawn duduk, posturnya masih lebih tinggi daripada Yvonne.Shawn mengulurkan tangan dan memeluk Yvonne.Yvonne tersenyum sambil memukul manja. "Kamu nggak takut tertangkap basah lagi?""Kenapa harus takut?" Shawn tersenyum.Yvonne mengecup pipi Shawn dengan lembut. "Kamu masih terluka, istirahatlah. Aku juga mau pulang melihat Dio.""Em." Shawn mengangguk.Yvonne pulang dengan menggunakan taksi.Dio sangat tenang, dia tidak menangis selama diasuh Leah. Sepertinya Dio sudah mulai mengenali orang, dia sangat senang saat melihat kepulangan Yvonne.Dio mengulurkan tangannya, dia mau digendong Yvonne.Yvonne tidak langsung menggendong Dio karena belum mandi."Ibu mandi du