Juri ini datang untuk mengembalikan pakaian Yvonne yang ketinggalan. Ketika melihat Olivia menjambak rambut Yvonne, sebenarnya juri ini ingin membantu, tetapi dia terlambat."Bajumu," kata juri pria.Ketika Yvonne mengulurkan tangan, Shawn menyerobot dan mengambil pakaian yang diberikan. Shawn sama sekali tidak berterima kasih, dia justru menatap juri pria dengan dingin.Saat Yvonne menari, Shawn melihat gelagat juri pria ini. Juri ini menyaksikan tarian Yvonne dengan penuh kekaguman.Shawn merasa kalau juri pria ini hanya mencari-cari alasan untuk mendekati Yvonne.Yvonne merasa Shawn tidak sopan, dia tidak enak hati kepada juri pria yang telah banyak membantunya."Terima kasih atas bantuanmu hari ini," kata Yvonne sambil tersenyum."Sama-sama." Juri pria melirik ke arah Shawn. "Ini ....""Suamiku," jawab Yvonne.Hari ini Shawn berpakaian sangat sederhana. Juri pria ini memperhatikan Shawn dari ujung kepala hingga ujung rambut. Selain tampan dan tinggi, dia tidak ada yang spesial di d
"Kenapa kamu tersenyum? Apa yang lucu?" Yvonne mengangkat alisnya."Tidak ada yang lucu." Shawn menggelengkan kepala. "Aku sedang mentertawakan diriku sendiri. Bisa-bisanya aku termakan jebakan ayahmu."Sesaat mencerna jawaban Shawn, Yvonne baru sadar dan ikut tertawa. "Apakah kamu menyukai aku?"Shawn menjawab dengan serius, "Aku menyukaimu, aku menyukai dirimu secara utuh."Meskipun Yvonne tidak memiliki semua bakat tersebut, Shawn tetap akan mencintainya. Hanya saja, semua bakat yang dimiliki membuat diri Yvonne tampak lebih menarik dan memesona.Setelah bercanda, Yvonne kembali membahas masalah utama. "Olivia pasti nggak bakal tinggal diam. Ke depan entah apa lagi yang akan dilakukannya.""Xavier akan mengutus orang untuk mengawasi Olivia," kata Shawn dengan tenang. Shawn tidak kelihatan cemas, baginya ini bukanlah masalah besar.Yvonne sadar bahwa dirinya tidak bisa membantu terlalu banyak. "Aku nggak bisa membantu apa-apa, tapi aku akan berusaha untuk tidak menambah masalah.""Oh
Niko buru-buru menyimpan ponselnya. "Nggak ada.""Sungguh?" Yvonne memberikan segelas air kepadanya.Yvonne tidak memercayai jawaban Niko, anak ini jelas berbohong.Niko tidak berani menatap Yvonne dan bergegas mencari alasan. "Aku senang karena masalah kantor sudah beres."Yvonne mengangguk. "Kamu melakukannya dengan sangat bagus.""Tapi kamu yang memberikan ide." Sejujurnya Niko agak iri, seandainya dirinya sepintar Yvonne.Harus diakui, keputusan Calvin untuk menyerahkan perusahaan kepada Yvonne sangatlah tepat. Meskipun tidak memiliki dasar bisnis, kemampuan Yvonne untuk mempelajari sesuatu sangat cepat."Umurku lebih tua, yang aku lalui juga lebih banyak. Beberapa tahun lagi kemampuanmu pasti melebihi aku." Yvonne menyemangati Niko.Sejak Calvin meninggal, Niko berubah menjadi anak yang lebih dewasa dan mandiri.Niko tersenyum lembut. "Kamu masih harus menjaga Dio, pulanglah! Di sini ada perawat yang menjagaku.""Em. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku." Yvonne bangkit berdiri d
Setibanya di rumah, Yvonne bergegas mencuci tangan dan pergi ke kamar Dio untuk mengeceknya.Yvonne kaget saat melihat Leah yang berada di dalam kamar Dio. "Bibi?"Leah tersenyum. "Tuan yang menyuruhku datang. Katanya tidak ada yang menjaga Dio."Shawn tidak mudah memercayai orang lain. Daripada mencari pengasuh baru, lebih baik meminta Leah datang untuk merawat Dio.Yvonne sangat senang melihat keberadaan Leah. Selama Yvonne berada di rumah Shawn, Leah memperlakukannya dengan sangat baik. Leah adalah orang yang penuh kasih sayang."Dengan adanya Bibi, aku bisa lebih tenang." Yvonne menggendong Dio dari pelukan Leah.Tiba-tiba Dio mengerutkan alis. Yvonne tahu, anak ini pasti sedang buang air besar."Bau, nggak?" Yvonne mencubit hidung Dio."Sini, biar aku ganti popoknya," kata Leah.Yvonne menolak, dia ingin mengganti sendiri popok Dio. Yvonne merasa bersalah karena jarang meluangkan waktu untuk memenami anaknya."Kalau begitu aku siapkan air untuk mandi," kata Leah."Em." Yvonne meng
"Kamu belum tidur?" Shawn beranjak memasuki kamar. "Kamu membangunkanmu, ya?""Nggak, aku memang lagi menunggu kamu," jawab Yvonne.Yvonne melompat dari tempat tidur, lalu memeluk dan menempelkan wajahnya di dada Shawn.Shawn tertegun, sekujur tubuhnya terasa kaku. Namun dia tersenyum dan bertanya, "Kamu kenapa?""Aku hanya ingin memelukmu," jawab Yvonne.Shawn menundukkan kepala dan mengecup kening Yvonne. "Aku mandi dulu, badanku kotor."Yvonne tidak mau melepaskan Shawn, dia malah memeluknya dengan makin erat.Shawn bertanya dengan lembut, "Kamu kenapa?"Shawn kebingungan melihat sikap Yvonne, ada apa dengan wanita ini?Yvonne mengusap kepalanya di dada Shawn. "Kita adalah satu keluarga. Aku akan mencintaimu sepenuh hati."Shawn menatap mata Yvonne sambil bertanya dengan suara serak, "Yvonne, kamu kenapa? Apakah terjadi sesuatu?""Nggak, aku cuma kangen kamu, mau peluk." Yvonne mengecup bibir Shawn.Shawn tertegun, dia membalas ciuman Yvonne dan melepaskannya. "Tapi aku harus mandi
Yvonne tidak langsung tidur, dia malah beranjak ke kamar Leah untuk mengecek Dio.Malam ini Dio tidur bersama Leah. Setelah puas melihat Dio, Yvonne kembali ke kamarnya dan beranjak ke atas tempat tidur.Yvonne tidak bisa tidur, berbagai pertanyaan melintas di benaknya. Selain Keluarga Jamison dan Olivia, siapa lagi orang yang memiliki potensi untuk mencelakainya?Setelah selesai mandi, Shawn keluar dari kamar mandi dan menghampiri Yvonne. Shawn memeluk Yvonne ke atas tempat tidur, lalu menindih dan mengecupnya.Di tengah suasana yang membara, tiba-tiba terdengar suara tangisan Dio.Yvonne langsung mendorong Shawn dan berkata, "Dio pasti lapar.""Ada Bibi Leah," jawab Shawn."Tapi ...." Sebelum selesai bicara, Shawn mengecup bibir Yvonne untuk menutup mulutnya.Malam ini terasa panjang dan penuh gairah ........Lampu rumah Keluarga Jamison masih menyala.Setelah gagal menjebak Shawn, raut wajah Graham dan Ruben terlihat muram."Nggak ada yang berhasil." Ruben mulai panik, rasanya suli
Jackal menyusun kata-kata yang enak didengar dan berkata, "Sekarang Tuan Shawn dia ada beban sehingga dia bisa menghadapi kita dengan santai. Makanya kita harus memecah perhatiannya untuk mengambil kesempatan.""Pak Jackal benar!" Quinn mengangkat jempolnya."Idenya Jackal bagus, tapi ... bagaimana cara memecah perhatian Shawn?" tanya Ruben.Hubungan Shawn dan Yvonne sangat mesra. Dengan ditambah kehadiran anak, hubungan mereka justru semakin kuat."Ini masalah gampang, tinggal adu domba Shawn dan istrinya," kata Quinn dengan bersemangat. Dia memutar bola matanya dan lanjut menjelaskan, "Orang ketiga adalah yang paling benci di dalam sebuah hubungan. Kalau ada orang ketiga yang muncul, aku yakin hubungan mereka pasti bakal retal.""Shawn sangat pintar, lagi pula wanita mana yang bisa masuk ke dalam hubungan mereka?" Ruben merasa ide yang diberikan Quinn sangatlah buruk.Quinn menatap Ruben dengan sinis, dia merasa suaminya sangat bodoh. Seandainya Ruben memiliki setengah kecerdasan Sha
"Kamu juga sudah tahu? Makanya datang sepagi ini?" Niko menatap Yvonne."Em." Yvonne mengangguk.Tatapan Niko terlihat kosong dan tak bersemangat. "Polisi datang untuk meminta keterangan. Polisi bertanya apakah aku sempat bertemu ibuku sebelum dia meninggal."Yvonne mendengarkan dengan tenang. Yvonne tahu bahwa Kayla tidak akan bisa meloloskan diri dari orang yang telah menculiknya dari penjara."Yang terpenting sekarang adalah kesehatanmu." Yvonne bingung bagaimana cara menghibur Niko.Yvonne mengangkat kepalanya. "Ibuku meninggal tadi malam. Kok kamu bisa tahu secepat ini?""Aku ...." Yvonne teringat dengan pesan Shawn. "Aku baru tahu saat mendengar penjelasan polisi.""Oh." Niko tahu bahwa Yvonne sedang berbohong.Yvonne menyembunyikan sesuatu, kenapa dia berbohong? Apakah karena orang yang membunuh Kayla adalah Shawn? Makanya Yvonne sengaja merahasiakannya dari Niko?Niko mengepalkan tangannya yang berada di balik selimut."Aku turut berduka cita," kata Yvonne.Niko menyeringai sin