Jackal menyusun kata-kata yang enak didengar dan berkata, "Sekarang Tuan Shawn dia ada beban sehingga dia bisa menghadapi kita dengan santai. Makanya kita harus memecah perhatiannya untuk mengambil kesempatan.""Pak Jackal benar!" Quinn mengangkat jempolnya."Idenya Jackal bagus, tapi ... bagaimana cara memecah perhatian Shawn?" tanya Ruben.Hubungan Shawn dan Yvonne sangat mesra. Dengan ditambah kehadiran anak, hubungan mereka justru semakin kuat."Ini masalah gampang, tinggal adu domba Shawn dan istrinya," kata Quinn dengan bersemangat. Dia memutar bola matanya dan lanjut menjelaskan, "Orang ketiga adalah yang paling benci di dalam sebuah hubungan. Kalau ada orang ketiga yang muncul, aku yakin hubungan mereka pasti bakal retal.""Shawn sangat pintar, lagi pula wanita mana yang bisa masuk ke dalam hubungan mereka?" Ruben merasa ide yang diberikan Quinn sangatlah buruk.Quinn menatap Ruben dengan sinis, dia merasa suaminya sangat bodoh. Seandainya Ruben memiliki setengah kecerdasan Sha
"Kamu juga sudah tahu? Makanya datang sepagi ini?" Niko menatap Yvonne."Em." Yvonne mengangguk.Tatapan Niko terlihat kosong dan tak bersemangat. "Polisi datang untuk meminta keterangan. Polisi bertanya apakah aku sempat bertemu ibuku sebelum dia meninggal."Yvonne mendengarkan dengan tenang. Yvonne tahu bahwa Kayla tidak akan bisa meloloskan diri dari orang yang telah menculiknya dari penjara."Yang terpenting sekarang adalah kesehatanmu." Yvonne bingung bagaimana cara menghibur Niko.Yvonne mengangkat kepalanya. "Ibuku meninggal tadi malam. Kok kamu bisa tahu secepat ini?""Aku ...." Yvonne teringat dengan pesan Shawn. "Aku baru tahu saat mendengar penjelasan polisi.""Oh." Niko tahu bahwa Yvonne sedang berbohong.Yvonne menyembunyikan sesuatu, kenapa dia berbohong? Apakah karena orang yang membunuh Kayla adalah Shawn? Makanya Yvonne sengaja merahasiakannya dari Niko?Niko mengepalkan tangannya yang berada di balik selimut."Aku turut berduka cita," kata Yvonne.Niko menyeringai sin
Sesaat mendengar suara gagang pintu, Niko kembali memejamkan mata dan berpura-pura tidur.Yvonne dan Samantha tidak mencurigai Niko, mereka memaklumi kesedihan yang dirasakan Niko."Niko, ayo bangun, makan dulu. Kamu pasti lapar." Samantha mengusap bahu Niko."Aku nggak lapar, aku mau sendiri." Ekspresi dan suara Niko sangat dingin.Samantha ingin membujuk Niko, tetapi Yvonne mencegatnya. "Bu, biarkan Niko menenangkan diri.""Baiklah." Samantha mengurungkan niatnya dan berpesan. "Niko, makanannya ada di sini. Makanlah kalau lapar.""Hah." Samantha menghela napas panjang."Ayo, kita keluar. Biarkan Niko istirahat." Yvonne menarik Samantha.Setelah menutup pintu ruangan, Yvonne berkata kepada Samantha, "Niko memerlukan waktu untuk mencerna semua ini. Bu, jangan paksa Niko makan. Kayla adalah ibunya, dia pasti masih terpukul.""Aku tahu, tapi kondisinya masih lemah. Dia harus makan."Yvonne merasa Samantha terlalu baik. Bagaimanapun Niko adalah anaknya Kayla, wanita yang telah menghancurk
Xavier buru-buru menyusul Shawn ke lift.Begitu mendengar laporan Xavier, Shawn menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Apa?""Bagaimana Quinn bisa kepikiran menangkap Caroline?" Xavier bingung."Ponselnya!" Shawn mengambil ponsel Xavier dan bertanya kepada Quinn, "Apa maumu?""Aku dengar Caroline ada orang yang menyelamatkanmu dari kolam? Seandainya waktu itu kamu mati, semua harta yang kamu miliki sekarang akan menjadi milik anakku. Wanita ini menghancurkan semua rencanaku! Apakah menurutmu aku akan membebaskannya?" Quinn tertawa."Apa maumu?" tanya Shawn."Baiklah, aku nggak punya waktu untuk berbasa-basi. Bagaimanapun Caroline adalah penyelamatmu, aku ingin menukarnya dengan kebebasan putraku. Bagaimana?" tanya Quinn.Quinn tahu bahwa Caroline menyukai Shawn. Quinn tidak benar-benar menangkap Caroline, semua ini hanya sandiwara. Caroline telah menyetujui ajakan Quinn untuk bekerja sama.Quinn memanfaatkan status Caroline sebagai "penyelamat" untuk mendesak Shawn membebask
Shawn tidak berhenti saat mendengar teriakan Caroline, dia melangkah pergi tanpa ragu.Caroline menangis dan berteriak histeris.Xavier bingung, dia tahu bahwa Shawn bukanlah orang yang tidak tahu berterima kasih. Caroline adalah orang yang pernah menyelamatkannya, bagaimana Shawn tega melihat Caroline ditindas?"Pak?" panggil Xavier.Shawn membuka pintu mobil sambil berkata, "Beri tahu Quinn, aku tidak akan mencampuri masalah anaknya."Shawn sengaja bersikap dingin, dia curiga jangan-jangan Quinn dan Caroline bekerja sama untuk bersandiwara dan menipu Shawn.Semua ini memang hanyalah sandiwara belaka. Quinn berjanji kepada Caroline tidak akan menyakitinya, tetapi semua itu hanyalah ucapan manis belaka.Untuk membuat Shawn percaya, Quinn terpaksa harus mengorbankan Caroline. Karena telah memutuskan untuk bekerja sama dengan Quinn, Caroline berpotensi kehilangan kesuciannya.Saat Xavier kembali ke dalam, dia sudah telambat. Suara Caroline terdengar sangat menyedihkan, tetapi Xavier teta
Shawn ingin menghabisi Quinn, tetapi ini bukanlah saat yang tepat."Jangan mengotori tangan sendiri." Shawn memiliki pertimbangan tersendiri. "Ayo, pergi."Xavier berhenti berbicara, lalu menyalakan mobil dan beranjak pergi. Mereka mengantar Caroline ke rumah sakit. Walaupun tidak terluka, kesuciannya ....Caroline tetap harus menjalani pemeriksaan.Selama ini Shawn bersikap dingin kepada Caroline. Sesaat melihat Shawn yang begitu perhatian dan memedulikannya, Caroline merasa sangat tersanjung.Caroline melupakan pesan Quinn. Meskipun Caroline berpura-pura sedih, penampilannya sama sekali tidak membuat orang lain bersimpati."Masa depanku hancur, huhu ...." Caroline menangis."Sayang sekali." Ekspresi Shawn terlihat datar."Hah? Apa maksudmu?" Caroline mengangkat kepalanya."Kamu lumayan cantik, padahal kamu bisa menikah dengan pria kaya raya. Tapi pria mana yang bisa menerima keadaanmu sekarang?" Shawn menatap Yvonne dengan sinis. "Kamu tidak mungkin berpikir aku akan menyukai wanita
Shawn menoleh ke belakang.Caroline ketakutan dan bergegas melepaskan tangannya."Kamu tetap boleh bekerja di kantor," kata Shawn dengan dingin."Serius?" Caroline terkejut, dia tidak memercayai yang didengarnya."Kalau Quinn tanya ....""Aku mengerti." Kali ini otak Caroline bekerja sangat cepat. "Kalau dia tanya, aku akan bilang kamu memperlakukanku dengan baik.""Em." Shawn mengangguk."Lalu bagaimana caranya aku membalas dendam?" tanya Caroline."Dapatkan dulu kepercayaannya. Nanti aku akan mengajarimu cara balas dendam," jawab Shawn."Serius?" tanya Caroline dengan antusias."Iya."Caroline senang mendengarnya. Untuk sementara ini, dia bisa melupakan semua insiden mengerikan yang terjadi.Xavier menundukkan kepala, dia memahami maksud tindakan Shawn. Shawn ingin memanfaatkan Caroline untuk menyerang Quinn.Harus diakui, strategi yang digunakan Shawn sangat hebat. Dia memang cerdas."Istirahatlah." Shawn membalikkan badan dan pergi.Xavier mengikuti di belakang sambil berbisik, "Ba
Niko mengangkat kepalanya. Seketika dia pun membelalak dan kedua pupilnya menyusut. "Ini ....""Ayah memang berniat untuk memberikan perusahaan kepadamu, tapi Ayah nggak bisa memberikannya secara langsung. Ayah merasa kamu masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Aku sudah pergi ke kantor, aku tahu kemampuan dan kerja kerasmu. Dio masih kecil, aku ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk menemaninya. Lagi pula kamu tahu, cita-citaku adalah menjadi dokter, aku nggak tertarik dengan perusahaan."Yvonne sengaja berbicara seperti itu, dia ingin memberi tahu Niko bahwa dirinya tidak tertarik dengan perusahaan. Setelah menyerahkan semuanya, Yvonne tidak akan mencampuri urusan perusahaan lagi.Bukannya bahagia, Niko justru mencurigai Yvonne. Kenapa tiba-tiba Yvonne menyerahkan perusahaan kepadanya? Apakah karena Yvonne tahu bahwa Shawn yang telah membunuh Kayla?"Kak, aku masih muda. Lagi pula Ayah menyerahkannya kepadamu." Niko lanjut menyantap makanannya.Yvonne mengetahui apa yang diin