Xavier buru-buru menyusul Shawn ke lift.Begitu mendengar laporan Xavier, Shawn menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Apa?""Bagaimana Quinn bisa kepikiran menangkap Caroline?" Xavier bingung."Ponselnya!" Shawn mengambil ponsel Xavier dan bertanya kepada Quinn, "Apa maumu?""Aku dengar Caroline ada orang yang menyelamatkanmu dari kolam? Seandainya waktu itu kamu mati, semua harta yang kamu miliki sekarang akan menjadi milik anakku. Wanita ini menghancurkan semua rencanaku! Apakah menurutmu aku akan membebaskannya?" Quinn tertawa."Apa maumu?" tanya Shawn."Baiklah, aku nggak punya waktu untuk berbasa-basi. Bagaimanapun Caroline adalah penyelamatmu, aku ingin menukarnya dengan kebebasan putraku. Bagaimana?" tanya Quinn.Quinn tahu bahwa Caroline menyukai Shawn. Quinn tidak benar-benar menangkap Caroline, semua ini hanya sandiwara. Caroline telah menyetujui ajakan Quinn untuk bekerja sama.Quinn memanfaatkan status Caroline sebagai "penyelamat" untuk mendesak Shawn membebask
Shawn tidak berhenti saat mendengar teriakan Caroline, dia melangkah pergi tanpa ragu.Caroline menangis dan berteriak histeris.Xavier bingung, dia tahu bahwa Shawn bukanlah orang yang tidak tahu berterima kasih. Caroline adalah orang yang pernah menyelamatkannya, bagaimana Shawn tega melihat Caroline ditindas?"Pak?" panggil Xavier.Shawn membuka pintu mobil sambil berkata, "Beri tahu Quinn, aku tidak akan mencampuri masalah anaknya."Shawn sengaja bersikap dingin, dia curiga jangan-jangan Quinn dan Caroline bekerja sama untuk bersandiwara dan menipu Shawn.Semua ini memang hanyalah sandiwara belaka. Quinn berjanji kepada Caroline tidak akan menyakitinya, tetapi semua itu hanyalah ucapan manis belaka.Untuk membuat Shawn percaya, Quinn terpaksa harus mengorbankan Caroline. Karena telah memutuskan untuk bekerja sama dengan Quinn, Caroline berpotensi kehilangan kesuciannya.Saat Xavier kembali ke dalam, dia sudah telambat. Suara Caroline terdengar sangat menyedihkan, tetapi Xavier teta
Shawn ingin menghabisi Quinn, tetapi ini bukanlah saat yang tepat."Jangan mengotori tangan sendiri." Shawn memiliki pertimbangan tersendiri. "Ayo, pergi."Xavier berhenti berbicara, lalu menyalakan mobil dan beranjak pergi. Mereka mengantar Caroline ke rumah sakit. Walaupun tidak terluka, kesuciannya ....Caroline tetap harus menjalani pemeriksaan.Selama ini Shawn bersikap dingin kepada Caroline. Sesaat melihat Shawn yang begitu perhatian dan memedulikannya, Caroline merasa sangat tersanjung.Caroline melupakan pesan Quinn. Meskipun Caroline berpura-pura sedih, penampilannya sama sekali tidak membuat orang lain bersimpati."Masa depanku hancur, huhu ...." Caroline menangis."Sayang sekali." Ekspresi Shawn terlihat datar."Hah? Apa maksudmu?" Caroline mengangkat kepalanya."Kamu lumayan cantik, padahal kamu bisa menikah dengan pria kaya raya. Tapi pria mana yang bisa menerima keadaanmu sekarang?" Shawn menatap Yvonne dengan sinis. "Kamu tidak mungkin berpikir aku akan menyukai wanita
Shawn menoleh ke belakang.Caroline ketakutan dan bergegas melepaskan tangannya."Kamu tetap boleh bekerja di kantor," kata Shawn dengan dingin."Serius?" Caroline terkejut, dia tidak memercayai yang didengarnya."Kalau Quinn tanya ....""Aku mengerti." Kali ini otak Caroline bekerja sangat cepat. "Kalau dia tanya, aku akan bilang kamu memperlakukanku dengan baik.""Em." Shawn mengangguk."Lalu bagaimana caranya aku membalas dendam?" tanya Caroline."Dapatkan dulu kepercayaannya. Nanti aku akan mengajarimu cara balas dendam," jawab Shawn."Serius?" tanya Caroline dengan antusias."Iya."Caroline senang mendengarnya. Untuk sementara ini, dia bisa melupakan semua insiden mengerikan yang terjadi.Xavier menundukkan kepala, dia memahami maksud tindakan Shawn. Shawn ingin memanfaatkan Caroline untuk menyerang Quinn.Harus diakui, strategi yang digunakan Shawn sangat hebat. Dia memang cerdas."Istirahatlah." Shawn membalikkan badan dan pergi.Xavier mengikuti di belakang sambil berbisik, "Ba
Niko mengangkat kepalanya. Seketika dia pun membelalak dan kedua pupilnya menyusut. "Ini ....""Ayah memang berniat untuk memberikan perusahaan kepadamu, tapi Ayah nggak bisa memberikannya secara langsung. Ayah merasa kamu masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Aku sudah pergi ke kantor, aku tahu kemampuan dan kerja kerasmu. Dio masih kecil, aku ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk menemaninya. Lagi pula kamu tahu, cita-citaku adalah menjadi dokter, aku nggak tertarik dengan perusahaan."Yvonne sengaja berbicara seperti itu, dia ingin memberi tahu Niko bahwa dirinya tidak tertarik dengan perusahaan. Setelah menyerahkan semuanya, Yvonne tidak akan mencampuri urusan perusahaan lagi.Bukannya bahagia, Niko justru mencurigai Yvonne. Kenapa tiba-tiba Yvonne menyerahkan perusahaan kepadanya? Apakah karena Yvonne tahu bahwa Shawn yang telah membunuh Kayla?"Kak, aku masih muda. Lagi pula Ayah menyerahkannya kepadamu." Niko lanjut menyantap makanannya.Yvonne mengetahui apa yang diin
Di dalam foto tersebut terlihat Shawn yang tidak sendirian, dia bersama seorang wanita.Yvonne mengerutkan alis, wanita itu adalah ... Caroline?Shawn tampak berdiri di depan ruang rawat, sedangkan Caroline menarik lengannya. Wajah Shawn menoleh ke belakang sehingga Yvonne tak dapat melihat ekspresinya.Yvonne tidak marah maupun kesal. Satu hal yang pasti, ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto ini agar Yvonne melihatnya. Alasannya mudah, orang tersebut ingin mengadu domba hubungan Shawn dan Yvonne.Yvonne tidak bisa dijebak dengan mudah, dia akan meminta penjelasan Shawn.Yvonne mematikan ponsel dan menyimpannya ke dalam saku. Kemudian Yvonne menatap ke arah jendela, perasaannya terasa gelisah dan cemas. Dia merasa terlalu banyak masalah yang terjadi dalam satu waktu.Namun Yvonne adalah wanita yang rasional, dia tahu ada yang sengaja ingin merusak hubungannya dengan Shawn.Meskipun begitu, sedikit banyak Yvonne tetap merasa khawatir. Bagaimanapun Caroline adalah wanita yang cant
Shawn menggenggam erat tangan Yvonne. "Aku akan memberikan pernikahan yang kamu inginkan."Yvonne tersenyum sambil menjawab dengan bercanda, "Tenang saja, aku akan memerasmu untuk mengadakan pesta yang mewah."Sebelum Shawn menjawab, Yvonne mengganti topik pembicaraan. "Hari ini kamu ke mana?""Ke kantor." Selama ini Yvonne jarang menanyakan kegiatan Shawn. Shawn tertawa sambil bertanya, "Kenapa? Kamu takut aku menemui wanita lain?"Yvonne menjawab, "Iya, aku takut kamu direbut wanita lain."Shawn tertawa, suaranya terdengar serak dan berwibawa.Yvonne memelototi Shawn. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?""Aku menyukaimu," jawab Shawn.Yvonne tidak menghiraukan Shawn, lalu menceritakan masalah Niko kepadanya, "Aku telah menyerahkan perusahaan ayahku kepada Niko. Sekarang Kayla sudah nggak ada, Niko harus berjuang sendiri. Aku harap kesibukan di kantor bisa membantu untuk melupakan kesedihannya."Yvonne merasa perlu menceritakan hal ini kepada Shawn. Bagaimanapun mereka telah memutuskan unt
"Kenapa kamu mau mengetahui riwayat pemeriksaan pasien ini? Apa hubungan kalian?" tanya dokter tersebut.Yvonne tidak mendengar pertanyaan sang dokter, seluruh perhatiannya tertuju kepada catatan yang dibaca.Yvonne terkejut, ternyata Caroline memeriksa ...."Kapan pasien ini datang? Dia datang bersama siapa?" tanya Yvonne.Dokter tersebut menjawab, "Hari ini. Dia datang bersama seorang pria tampan. Aku dengar pria itu adalah presdir Grup Skyward. Pasien yang bernama Caroline ini datang dalam keadaan acak-acakan, pakaiannya robek semua. Bagian selaputnya juga belum lama robek."Yvonne merasa sangat jijik, rasanya dia ingin muntah."Kamu nggak apa-apa?" tanya dokter tersebut."Tidak apa-apa, terima kasih." Yvonne melambaikan tangan dan mengembalikan catatan medis yang dipinjam."Sama-sama.""Nanti aku akan mentraktirmu makan," kata Yvonne.Dokter itu hanya tersenyum.Yvonne tidak pergi menemui Caroline, pikiran dan hatinya sangat kacau. Bukannya Yvonne mencurigai Shawn, tetapi Shawn yan
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"