Graham sudah sadar, semakin dia berusaha mengendalikan Shawn, hubungan mereka akan semakin renggang."Kakek, apa maksudmu? Apa kamu sudah nggak mau menghiraukanku?" Caroline menyadari ada yang tidak beres.Graham berdesah, "Aku sudah tua. Bantuan yang bisa kuberikan padamu sangat terbatas. Kalau kamu mau bersama Shawn seumur hidup dan membuatnya menyukaimu, bukannya kamu juga harus mengandalkan kemampuanmu sendiri? Mana bisa kamu terus-menerus meminta bantuanku begitu ada sedikit masalah?"Caroline menggigit bibirnya dengan sedih."Kalau kamu bertemu bahaya atau terluka dalam perjalanan ke perusahaan cabang, bukannya kamu bisa nggak masuk kerja untuk sementara? Ulurlah sedikit waktu, lalu pikirkan cara penyelesaiannya." Graham sudah mengutarakan maksudnya dengan sangat jelas. Sisanya hanya bergantung pada Caroline sendiri. Dia melanjutkan, "Aku sudah capek, kamu pulang saja."Caroline pun tersadar dan berkata, "Kedatanganku hari ini sudah mengganggu istirahat Kakek ya? Maaf, aku datang
Jackal sudah bekerja begitu lama di Keluarga Jamison. Jadi, Graham tentu saja memercayainya. Namun, setelah masalah kali ini, kepercayaan itu sedikit banyaknya sudah goyah. Ini juga merupakan cara Graham untuk menguji Jackal. Graham berharap Jackal memang melakukan hal ini karena diancam, bukan karena alasan lain....Di Kompleks Rose.Setelah efek obat penenang sudah habis, Yvonne pun tersadar. Namun, berhubung tangan dan kakinya diikat, dia tidak bisa bergerak. Ditambah dengan efek samping obat penenang, seluruh tubuhnya juga tidak bertenaga. Dia tidak tahu siapa yang menculiknya dan hanya bisa berteriak, "Ada orang nggak? Aku lapar."Namun, tidak ada yang menyahutnya.Sebelum pergi, Shawn sudah berpesan pada penjaga rumah untuk meneleponnya apabila Yvonne sudah sadar. Mereka dilarang masuk ke kamar Yvonne dan juga tidak boleh memedulikan Yvonne meskipun dia berteriak.Setelah mendengar suara Yvonne, penjaga rumah pun menelepon Shawn.Saat ini, Shawn sedang rapat di sebuah ruang rapa
Selama ini, Shawn selalu bersikap sombong. Harga dirinya yang tinggi itu tidak mungkin mengizinkannya untuk terus mengganggu seorang wanita yang akan menikah dengan orang lain.Menurut Yvonne, orang yang paling mungkin menculiknya adalah Roger. Sebenarnya, tidak ada dendam di antara mereka. Hanya saja, Roger pernah mengatakan bahwa Shawn sudah mencelakai Jolene. Jadi, Roger hendak memanfaatkan Yvonne untuk membalas dendam kepada Shawn.Yvonne pun tersenyum getir. Dia sudah bercerai dengan Shawn dan Shawn juga sudah memiliki pasangan baru. Jika Roger memang mau balas dendam, seharusnya dia menculik Caroline, bukan dirinya.Setelah itu, Yvonne menatap ke sekeliling ruangan. Dia sama sekali tidak merasa dirinya pernah datang ke tempat ini. Jendelanya tertutup, tetapi tirainya terbuka sedikit sehingga cahaya dari luar bisa masuk dan membuat ruangan ini menjadi sangat terang.Yvonne hanya mengedipkan matanya. Dia sudah tidak berniat untuk bergerak lagi. Apalagi, dia merasa sangat haus dan m
Keesokan paginya, Yvonne yang sudah terbangun langsung terkejut begitu melihat wajah yang berbaring begitu dekat dengannya."Shawn?" Meskipun berseru terkejut, suara Yvonne tidak kuat karena dia masih tidak bertenaga. Oleh karena itu, seruan Yvonne tidak membangunkan Shawn. Shawn baru tertidur saat menjelang pagi. Jadi, tidurnya masih sangat lelap.Yvonne menyadari bahwa tali yang mengikatnya sudah dilepas dan dirinya juga hanya mengenakan pakaian dalam. Dia pun merasa sangat terkejut. Apa Shawn yang melepas bajunya? Bajingan ini selalu mengambil keuntungan darinya setiap saat.Namun, untuk apa Shawn menculiknya? Apa Shawn begitu tidak ada kerjaan? Apa mungkin Shawn merasa dirinya bisa ditindas seenaknya? Yvonne benar-benar ingin langsung mencekik Shawn hingga mati. Sayangnya, saat ini, dia sedang tidak bertenaga dan tidak mampu melakukannya.Berhubung Shawn sedang lengah, Yvonne harus melakukan beberapa hal yang menguntungkan dirinya. Dia pun perlahan-lahan membuka selimutnya dan du
Shawn sangat tidak menyukai cara Yvonne memanggilnya. Shawn pun memerintahkan, "Jangan memanggilku seperti itu, panggil namaku!""Aku nggak …." Ketika Yvonne hendak membantah, Shawn langsung mengecup bibir Yvonne yang terbuka.Yvonne refleks menutup mulut dan mengatupkan giginya agar Shawn tidak mengambil keuntungan lebih jauh.Saat Shawn menundukkan kepala, Yvonne menatapnya sambil memelotot."Kamu tidak ingin aku cium? Terus ingin dicium siapa?" Shawn bertanya dengan dingin, "Harvey?"Yvonne menegakkan kepalanya. Meskipun tidak memiliki perasaan terhadap Harvey, dia malah mengakui sesuatu yang bertentangan dengan hatinya, "Iya!"Ekspresi Shawn terlihat sangat masam dan muram. Dia mendengus dingin dan berkata, "Jangan mimpi!"Setelah berbicara, Shawn Kembali mengecup bibir Yvonne, sedangkan Yvonne tetap membangkang. Shawn menggigit bibir Yvonne sampai mengerang kesakitan, "Uh, …."Kedua mata Yvonne tampak bergetar. Kali ini Yvonne benar-benar sangat kesal, akhirnya dia berpura-pura me
"Saat perjalanan ke kantor, Caroline dipukuli orang," jawab Xavier."Kamu urus saja," jawab Shawn."Lukanya sangat parah. Kalau tidak bertemu Anda, Caroline menolak diobati."Shawn mengerutkan alis dan menjawab, "Baiklah."Setelah menjawab, Shawn langsung menutup panggilannya. Xavier tidak mengerti maksud jawaban Shawn, sedangkan di sana Caroline sedang membuat keributan.Xavier mempertimbangkan sejenak, lalu mengirimkan sebuah alamat kepada Shawn. Mungkin Shawn akan datang setelah menerima alamatnya?Bukannya Xavier tidak berguna, tetapi dia tidak berdaya untuk mengurus masalah ini.Satu hal yang Xavier dapat pastikan adalah Shawn tidak menyukai Caroline. Seandainya menyukai Caroline, Shawn tidak mungkin memindahkannya untuk bekerja di anak perusahaan.Shawn tidak langsung memecat Caroline hanya karena giok tersebut. Oleh sebab itu Xavier tidak berani bertindak gegabah, harus Shawn sendiri yang mengurusnya.Shawn berpikir sebentar, lalu berkata kepada Yvonne, "Aku pergi dulu, ada urus
Shawn melangkah mundur untuk menghindari pelukan Caroline.Caroline kesal melihat sikap Shawn. Dia menatap Shawn dan bertanya sambil meneteskan air mata, "Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"Ekspresi Shawn terlihat datar."Bagaimanapun, aku pergi menyelamatkan nyawamu, 'kan? Apakah kamu tahu, aku hampir dilecehkan oleh para preman itu?" Caroline menangis tersedu-sedu.Shawn mengerutkan alisnya dengan sinis."Aku tidak mau pindah kantor, aku tidak mau!" Caroline meninggikan suara sambil menggertakkan giginya."Kamu terbiasa tinggal di luar negeri, 'kan? Aku juga bisa memberikanmu pekerjaan di luar negeri," jawab Shawn.Walaupun Caroline bersikeras, Shawn tidak mengalah begitu saja. Caroline tercengang melihat sikap Shawn, apakah dia tidak memiliki hati nurani? Apakah Shawn tidak melihat wajah Caroline yang terluka parah? Kenapa Shawn masih tega ingin menyingkirkan Caroline?"Kenapa aku tidak boleh bekerja di kantor pusat? Apakah kinerjaku buruk? Aku akan memperbaikinya ...." Carol
"Bukankah itu Roger?" Xavier sulit memercayai yang dilihatnya. "Bukannya dia sangat mencintai Jolene? Aku lihat, dia cinta mati sama wanita itu, kenapa bisa secepat ini berpindah hati? Dia bahkan menikahi wanita lain dalam waktu sesingkat ini."Shawn bertanya dengan dingin, "Aku menyuruhmu untuk mengawasi dia, tapi kamu sendiri tidak tahu rencana pernikahannya?"Sejak insiden Jolene yang melompat ke dalam laut, Shawn memerintahkan Xavier untuk mengawasi Roger. Shawn khawatir kalau Roger akan balas dendam.Xavier bergegas menjelaskan, "Aku sudah mengutus orang untuk mengawasinya. Selama ini tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan. Aku juga tidak mengenal wanita yang dinikahi Roger itu.""Pak, aku merasa wajah wanita itu mirip dengan Jolene." Xavier sengaja mengubah topik pembicaraan karena takut dimarahi dan dianggap tidak becus bekerja. "Mungkin Roger hanya menjadikan wanita itu sebagai pelampiasan."Shawn tidak tertarik dengan wanita yang dinikahi Roger. Sebenarnya Shawn hanya terkeju