"Saat perjalanan ke kantor, Caroline dipukuli orang," jawab Xavier."Kamu urus saja," jawab Shawn."Lukanya sangat parah. Kalau tidak bertemu Anda, Caroline menolak diobati."Shawn mengerutkan alis dan menjawab, "Baiklah."Setelah menjawab, Shawn langsung menutup panggilannya. Xavier tidak mengerti maksud jawaban Shawn, sedangkan di sana Caroline sedang membuat keributan.Xavier mempertimbangkan sejenak, lalu mengirimkan sebuah alamat kepada Shawn. Mungkin Shawn akan datang setelah menerima alamatnya?Bukannya Xavier tidak berguna, tetapi dia tidak berdaya untuk mengurus masalah ini.Satu hal yang Xavier dapat pastikan adalah Shawn tidak menyukai Caroline. Seandainya menyukai Caroline, Shawn tidak mungkin memindahkannya untuk bekerja di anak perusahaan.Shawn tidak langsung memecat Caroline hanya karena giok tersebut. Oleh sebab itu Xavier tidak berani bertindak gegabah, harus Shawn sendiri yang mengurusnya.Shawn berpikir sebentar, lalu berkata kepada Yvonne, "Aku pergi dulu, ada urus
Shawn melangkah mundur untuk menghindari pelukan Caroline.Caroline kesal melihat sikap Shawn. Dia menatap Shawn dan bertanya sambil meneteskan air mata, "Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"Ekspresi Shawn terlihat datar."Bagaimanapun, aku pergi menyelamatkan nyawamu, 'kan? Apakah kamu tahu, aku hampir dilecehkan oleh para preman itu?" Caroline menangis tersedu-sedu.Shawn mengerutkan alisnya dengan sinis."Aku tidak mau pindah kantor, aku tidak mau!" Caroline meninggikan suara sambil menggertakkan giginya."Kamu terbiasa tinggal di luar negeri, 'kan? Aku juga bisa memberikanmu pekerjaan di luar negeri," jawab Shawn.Walaupun Caroline bersikeras, Shawn tidak mengalah begitu saja. Caroline tercengang melihat sikap Shawn, apakah dia tidak memiliki hati nurani? Apakah Shawn tidak melihat wajah Caroline yang terluka parah? Kenapa Shawn masih tega ingin menyingkirkan Caroline?"Kenapa aku tidak boleh bekerja di kantor pusat? Apakah kinerjaku buruk? Aku akan memperbaikinya ...." Carol
"Bukankah itu Roger?" Xavier sulit memercayai yang dilihatnya. "Bukannya dia sangat mencintai Jolene? Aku lihat, dia cinta mati sama wanita itu, kenapa bisa secepat ini berpindah hati? Dia bahkan menikahi wanita lain dalam waktu sesingkat ini."Shawn bertanya dengan dingin, "Aku menyuruhmu untuk mengawasi dia, tapi kamu sendiri tidak tahu rencana pernikahannya?"Sejak insiden Jolene yang melompat ke dalam laut, Shawn memerintahkan Xavier untuk mengawasi Roger. Shawn khawatir kalau Roger akan balas dendam.Xavier bergegas menjelaskan, "Aku sudah mengutus orang untuk mengawasinya. Selama ini tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan. Aku juga tidak mengenal wanita yang dinikahi Roger itu.""Pak, aku merasa wajah wanita itu mirip dengan Jolene." Xavier sengaja mengubah topik pembicaraan karena takut dimarahi dan dianggap tidak becus bekerja. "Mungkin Roger hanya menjadikan wanita itu sebagai pelampiasan."Shawn tidak tertarik dengan wanita yang dinikahi Roger. Sebenarnya Shawn hanya terkeju
Harvey bergegas menjawab panggilan tersebut, dia mengira kalau ada berita terbaru mengenai Yvonne."Halo?" sapa Harvey."Ibumu ada di tangan kami. Kalau ingin ibumu selamat, temui Tuan Graham.""Jackal?" Harvey mengenali suara tersebut, dia mengernyit dan bertanya, "Dia yang menangkap ibuku?"Harvey menggertakkan giginya. "Di mana?""Kompleks Lotus," jawab Jackal."Aku akan segera ke sana," jawab Harvey dengan ekspresi bengis.Meskipun Harvey adalah anak yang nakal, dia sangat menghormati kedua orang tuanya, terutama ibunya. Selain itu, Harvey juga tidak pernah melakukan kejahatan yang di luar batas."Siapkan mobil, aku mau pergi." Harvey tampak sangat murka.Asistennya bingung, jadi Harvey membutuhkan helikopter atau mobil?"Pak Harvey ....""Siapkan mobil!" bentak Harvey."Baik!" Setelah memastikan keinginan Harvey, asisten tersebut pun bergegas menyiapkannya.Harvey memegang lehernya dengan gelisah. Yvonne belum ditemukan, sekarang Nyonya Velon malah diculik. Bagaimana Harvey tidak
Agar tidak menarik perhatian banyak orang, Harvey menyembunyikan anak Yvonne di panti asuhan dan menyewa seorang pengasuh profesional untuk merawatnya. Setelah semuanya selesai, Harvey baru berencana untuk membawa Dio pulang.Karena harus mengendarai mobil, Harvey meletakkan Dio di kursi belakang. Untungnya Dio baru selesai minum susu dan sedang tidur. Yang Harvey takutkan hanya kalau Dio menangis.Sesekali, Harvey melirik ke arah spion untuk mengawasi Dio yang sedang tidur di kursi belakang. Sejujurnya, Harvey merasa Dio tidak mirip dengan Yvonne. Sebaliknya, wajah Dio malah mirip dengan Shawn. Ketika memikirkan hal ini, Harvey justru makin kesal.Harvey susah payah menangkap Dio untuk mengancam Yvonne, tetapi semua rencananya hancur berantakan! Harvey sangat amat tidak rela untuk menyerahkan Dio kepada Graham, tetapi dia sendiri pun tak memiliki pilihan lain. Harvey tak mungkin menelantarkan ibunya begitu saja.Harvey terpaksa mengembalikan Dio agar Nyonya Velon dibebaskan. Harus dia
Walaupun tidak tahu apa yang terjadi, Nyonya Velon tidak buru-buru meminta penjelasan kepada Harvey. Bagaimanapun, ini bukanlah tempat yang tepat untuk berdiskusi.Sesampainya di dalam mobil, Nyonya Velon baru menarik tangan Harvey dan bertanya, "Beri tahu Ibu, apa yang terjadi?"Insiden ini membuat Nyonya Velon ketakutan, dia harus tahu apa yang terjadi. "Harvey, ayahmu pergi dengan meninggalkan perusahaan kepadamu. Aku mungkin tidak bisa membantumu untuk mengurus perusahaan, aku tidak mengerti apa-apa tentang bisnis. Ibu tahu kamu memikul beban yang berat, tapi kamu tidak boleh memaksa untuk menikahi wanita yang tidak mencintaimu. Semua yang dipaksakan tidak akan berakhir bahagia."Nyonya Velon mengkhawatirkan masa depan Harvey, dia tidak ingin melihat putranya menikahi wanita yang tidak mencintainya. Jika itu terjadi, kehidupan rumah tangga Harvey tidak akan pernah bahagia.Nyonya Velon adalah seorang wanita, dia tahu bagaimana rasanya kalau ada pria yang menikahinya dengan cara pak
Ketika mengangkat kepala, Graham mengerutkan alis saat melihat Thiago. Graham langsung menggulung hasil laporan tes DNA yang dipegang, lalu bertanya, "Kenapa kamu ada di sini?""Oh, aku menemani temanku berobat ...." Sebelum Thiago selesai bicara, seorang wanita menghampiri dan merangkul lengan Thiago.Thiago refleks menarik lengannya sambil berbisik kepada wanita itu, "Pergi!"Wanita ini tidak mengerti, dia tersenyum dan berkata, "Thiago ....""Pergi! Kamu nggak ngerti?" Thiago menatap wanita itu dengan dingin.Sesaat menyadari ada yang tidak beres, wanita itu pun pergi sembari menundukkan kepala."Kakek," panggil Thiago.Graham melirik wanita tersebut, lalu berkata dengan serius, "Kamu sudah tidak muda, menikahlah dengan wanita yang terhormat, bukannya malah menjalin hubungan dengan wanita yang tidak jelas."Thiago tersenyum. "Baik, aku selalu mendengar nasihat Kakek. Oh iya, Kakak punya anak?"Thiago bertanya sambil melirik bayi yang digendong pengawal.Graham langsung membantah. "K
Tak lama setelah menerima telepon dari Jackal, dokter tersebut berpapasan dengan Thiago yang mengadang jalannya."Pak Thiago ...."Sebelum dokter selesai bicara, Thiago langsung menarik kerah kemeja sambil berkata, "Jangan banyak omong kosong! Katakan, untuk apa kakekku datang ke rumah sakit?""Pak Graham memeriksakan diri ....""Coba katakan sekali lagi!" Thiago mendesak dokter tersebut. "Kamu pikir aku bodoh? Kamu kira aku gampang dibohongi?"Dokter tampak gelisah, dia tidak berani asal bicara. Ditambah, Graham juga telah memerintahkannya untuk menjaga rahasia ini.Namun Thiago juga bukan orang sembarangan. Dokter tak tahu harus berbuat apa, rasanya maju mundur salah. "Aku ... aku tidak berani berbohong.""Kayaknya kamu benar-benar mengira aku bodoh. Kakekku memeriksa diri di bagian laboratorium darah? Lalu bagaimana dengan bayi yang dibawanya? Kakekku melakukan tes DNA pada anak itu, 'kan?" Thiago membentak dokter."Aku ... aku ...."Thiago mendengus dingin sambil mengempaskan dokte