Share

Cinta si aldo
Cinta si aldo
Penulis: Irfan Maulana

Bab. 1

Penulis: Irfan Maulana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-19 13:47:57

Bu ... apa ini? Kenapa banyak darah berceceran disini?" tanya Kril pada istrinya.

Kril terlihat sangat panik. Bagaimana tidak, dilihatnya banyak tetesan darah yang masih segar di lantai dapur rumahnya. Sementara itu, selai masih menunjukkan pukul 02:10 dini hari. Ini masih larut malam, bagaimana semua ini bisa ada di sini? Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Terdiam. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. 

Perlahan, Istrinya pun keluar dari kamar mandi dengan santainya. Seolah ia tidak memulai pembukaan.

"Ya sudah, Yah. Bersihkan saja. Mungkin itu darah tikus yang dimakan kucing. Gak usah panik begitu!" 

"Tikus? Sejak kapan di rumah kita ada tikus?" Kril merasa sangat takjub dengan adanya darah ini.

Tanpa menjawab, dia langsung pergi ke dalam kamar dan meninggalkannya di dapur. Karena tidak ingin dilihat besok paginya, malam itu juga Kril segera bereskan. Tapi memang, entah kenapa belakangan ini banyak hal aneh terjadi di rumah ini.

Mulai dari beberapa bercak darah yang sering terlihat di setiap sudut rumah, Kril juga sering mendengar suara-suara aneh saat malam tiba. sangat menakutkan!

Belum lagi, beberapa orang di lingkungan rumahnya sering ditemukan meninggal dengan tiba-tiba saat pagi hari. Bahkan, sampai polisi kepolisian belum bisa menemukan siapa pun pembunuhnya. Karena memang, kematian mereka sangat tragis dan hampir tidak ada jejak pada mayatnya.

***

Beberapa menit setelahnya, Akhirnya Kril selesai darah dapur yang kotor karena bercak segar tersebut. Kemudian dia hendak pergi pergi ke kamar untuk melanjutkan tidur, karena besok pagi harus berangkat bekerja lebih cepat dari biasanya.

Sesampainya di kamar, dilihatnya Istri yang kini sudah tidur dengan sangat pulas. Seperti habis melakukan sesuatu yang sangat melelahkan. Akan tetapi bagi Kril, ini sesuatu yang aneh, karena saat siang istri pasti sibuk mengurus rumah dan anaknya.

 "Kasihan kamu. Love you sayang!" Kril mengusap-usap pucuk rambut istrinya dengan kehangatannya. Dengan seketika 'cup' Krill mencium kening istrinya, sebelum akhirnya terlelap kembali tidur menyusul Istrinya secara perlahan.

****

Di Pagi hari yang cerah dengan hembusan angin yang berhembus. Suara panggilan dengan guncangan terus menerus mengguncangkan tubuhnya. Sehingga dirinya merasa cukup risau dengan istri yang kini tengah membangunkannya. 

"Ayaaah... banguun. Ini sudah jam enam loh. Nanti kamu telat berangkat kerja."

Ya, begitulah istri dengan teriakannya yang selalu menyapa Krill di pagi hari, sarapan utama Krill dari sejak dulu. Seorang istri yang sudah biasa berteriak sembari sibuk memasak untuk belajar sebelum berangkat bekerja. Jika Krill tak kunjung bangun. Tapi begitulah sikap Istri yang selalu membuat Krill begitu mencintainya.

Di balik sikapnya yang cerewet dan keras kepala, ia adalah Istri yang sempurna bagi seorang Suami seperti Krill.

"Iya Bu. Ni ayah sudah bangun." Krill mengucek mata dengan jendela kamar yang sudah terbuka. sejuk dengan cerahnya pagi hari udara diri dari teriakan istri yang terus saja berteriak.

"Ya sudah, itu handuknya sudah taruh di kamar mandi. Air hangatnya juga sudah. ​​Mandi yang cepat. Bentar lagi Nayla bangun. Dia mau mandi juga!" ujarnya sambil menghidangkan masakan yang sudah matang di atas nakas meja makan. 

"Iyaa... sayaaang. Bawel ih!" Krill berlalu melewatinya segera ke kamar mandi.

"Apa, Yah? Barusan bilang ibu bawel?!"

"Tidak, Bu. Ayah bilang ibu supel. Rajin lagi," ucap Krill mengelak.

Selesai mandi. Krill langsung on nasi goreng yang telah tersedia di meja. Nasi biasa, tapi entah kenapa rasanya begitu nikmat. Mungkin karena seorang Istri yang memasaknya dengan cinta. Entahlah!

Pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Hifni segera bersiap diri, berlalu pergi berangkat untuk bekerja. Sedangkan Istrinya, masih sibuk memandikan Nayla. Anak yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Ayah berangkat, Bu. Assalamualaikum ...." ucap Krill setelah siap dengan pakaiannya yang rapi.

"Wa'alaikumsalam, Ayah. Hati-hati. Pulangnya jangan telat!" Teriakan istri dari kamar mandi.

Namun, baru saja keluar rumah. Krill melihat ada keramaian di ujung gang. menurutnya ini cukup aneh, apa gerangan yang terjadi? 

Perlahan, Krill melajukan langkahnya dengan sepeda motor yang dibawanya menuju ke sana. Semakin dekat, ternyata keramaian itu berasal dari rumah Pak Santoso.

Dia adalah salah satu tokoh di kampung ini. Keluarganya yang termasuk golongan orang kaya, cukup disegani.

Krill memarkirkan motor yang tak jauh dari rumah itu, kemudian mencari tahu dari beberapa orang yang ada di sana.

"Maaf, Pak. Ada apa ya? Kenapa ramai sekali?" tanya Krill heran kepada mereka yang sedang berada di sana.

"Istri Pak Santoso meninggal, sepertinya dibunuh," jawab Pak Adit salah satu dari mereka yang sedang melayat.

"Dibunuh? Siapa yang melakukannya, Pak?" tanya Krill yang mulai penasaran.

"Entah ... tadi pagi, anak Pak Santoso menemukan sudah berlumuran darah di teras rumah," terang Pak Adit girang.

"Astaghfirullah... jadi sudah lapor polisi?"

"Sudah, Pak. Mungkin Sedikit Lagi Datang,"

"Semakin pembunuhan kampung ini ya, Pak? Dalam, sudah dua orang meninggal mengenaskan. Tanpa diketahui penyebabnya," timpal pak Dhamir dengan Krill yang sedang berhadapan langsung dengan Mereka para tetangga sebagai pelayat atas meninggalnya memilih Pak Santoso.

"Iya, Pak. Entah apa yang akan terjadi lagi selanjutnya. Kita hanya bisa berdoa agar keluarga kita tidak menjadi korban selanjutnya," pungkas pak Adit yang tidak akan kalah dengan kejadian yang bisa terjadi lagi mengenai kejadian serupa.

"Ya Pak Kita harus lebih waspada lagi," tegas Pak Damir.

"Ya sudah, Pak. Saya mau berangkat bekerja dulu. Sudah terlambat," Krill berpamitan segera, setelah mengetahui fakta sebenarnya.

"Ya, Pak. Hati-hati," lanjut Pak Adit untuk mempersilahkannya untuk segera beranjak dari sana.

****

Lagi-lagi hal ini terjadi lagi. Dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini, Krill sempatkan untuk pindah dari kampung ini. Akan tetapi, biaya beli rumah baru tidak sedikit. Apalagi dirinya harus menjual rumah terlebih dahulu. Tentu, itu mudah. 

Sakit setiap harinya. Lebih tepatnya pukul 17:35. Krill telah sampai kembali di rumah, setelah bekerja keras. Dilihatnya seorang istri sedang bermain di halaman dengan Nayla. Entahlah, hal ini, yang memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Krill dengan seolah-olah semua rasa lelah setelah bekerja kini telah terobati.

"Assalamualaikum ... ayah pulang," sapa Krill terhadap mereka yang tengah asyik dengan kebersamaannya itu.

"Waalaikumsalam ... lihat Nay, Ayah sudah pulang," sambut istrinya diiringi dengan Nayla yang masih belajar berusaha mendekat ke arahnya. Dan pada saat itu juga, Krill menghabiskan waktu beberapa menit bercengkrama dengan mereka. Tawa dan kehangatan keluarga dengan keakrabannya, satu sama lain terlihat sangat gembira.

"Oh ya, Bu. Sudah dengar belum kejadian tadi pagi?" tanya Krill di sela kehangatan keluarga kecil yang tengah menonton itu.

"Iya, Yah. Soal Istri Pak Santoso yang meninggal secara misterius itu, kan?" timpalnya.

“Iya, Bu. Mengerikan!” 

"Biar saja, Yah. Lagian itu karma buat mereka yang terlalu sombong." celetuk sang istri yang membuat Krill semakin bingung.

"Sombong? Maksudnya, Bu?" tanya Krill dengan penuturannya yang Tidak Sulit. Apakah itu sikap yang baik ketika mendengar tetangganya meninggal? Seburuk apapun tetangga, baik jika mengungkit orang yang telah meninggal.

"Iya, Yah. Mereka menganggap harta mereka adalah segala-galanya. Jadi bisa menyenangkan siapapun dengan sesuka hati." merancang dengan lontaran yang seketika membuat Krill semakin bingung. 

Krill terdiam dan memperhatikan setiap perkataan istrinya. 

"Memang, mereka pernah mengatakan apa pada Ibu?"

"Bukan hanya ibu, Yah. Hampir semua warga pernah dihina oleh mereka." terangnya kembali. 

"Ya sudah, Bu. Mereka sedang dalam musibah. Tidak baik jika kita membicarakannya. Ya, sudah. ​​Ayah mau mandi dulu, setelah itu mau melayat ke sana." 

"Ya, Ayah." 

Krill segera berlalu meninggalkan istrinya yang menatapnya dalam.

Bab terkait

  • Cinta si aldo   bab 2

    Part 02"Bu ... ayah berangkat dulu, ya.""Iya ... Ayah."Pukul 19.10.Aku mulai melangkahkan kaki menuju rumah Pak Santoso. Malam ini adalah tahlilan malam pertama, yang biasanya diadakan sampai tiga malam di daerah kami. Sampai di sana, aku melihat sudah ada beberapa orang yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah tetangga dekat dan beberapa keluarga dari Almarhumah.Setelah bersalaman dengan pelayat yang lain. Aku memilih duduk di halaman rumah yang sudah diberikan tenda, sebagai tempat duduk para pelayat. Masih. Mereka masih terus berbincang tentang kejadian aneh beberapa waktu belakangan di kampung ini.Aku juga sempat mendengar, beberapa warga sering melihat sosok wanita misterius yang sering berjalan sendirian di tengah malam, sambil membawa sebilah belati."Bapak pernah melihatnya juga?" tanya salah seorang pria yang duduk tepat di sebelahku."Alhamdulilah belum, Pak. Saya hanya sering mendengar suara-suara aneh saat tengah malam. Namun, tidak pernah melihat sosok apapun.""Su

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab 3

    Part03"Biasanya, Yah. Jika ada seseorang yang pernah melihat dan membicarakannya secara detail. Pasti ia dan keluarganya akan jadi korban selanjutnya."Benar.Benar sekali apa yang dikatakan Istriku. Itu juga yang dikatakan Bapak tersebut. Tetapi, dari mana ia tahu?"Mengapa Ibu bisa tahu akan hal itu?" tanyaku penasaran."Ya, pasti tahu lah. Itu sudah jadi rahasia umum warga sekitar sini."Benar juga, siapa yang tidak tahu jika sudah memakan korban sebanyak itu. Tetapi, aku masih tetap penasaran akan siapa sosok wanita itu dan apa tujuannya.Karena beberapa warga juga sempat mengatakan kalau sosok tersebut bukanlah hantu, karena mereka sempat melihat jejak kaki di depan rumahnya.."Kenapa melamun, Yah? Ada masalah, 'kah?""Ahh ... tidak, Bu. Ayah hanya sedang berpikir, bagaimana bisa wanita jadi-jadian tersebut melakukan itu. Apa tujuannya? Sampai tega membunuh orang yang tidak bersalah.""Sudahlah, Yah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Yang penting, keluarga kita selamat dan tidak p

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab 4

    Masih.Sampai saat ini Istriku belum mengetahui, bahwa ada suara-suara aneh yang pernah kudengar saat malam tiba. Karena memang, aku tidak pernah menceritakannya.Hanya karena menginginkan agar ia tidak merasakan ketakutan.***********Makan malam selesai.Istriku segera membereskan sisa makan malam, sedangkan aku memilih duduk ke teras untuk santai sejenak setelah makan malam.Sunyi.Kampung ini terasa semakin sunyi. Beberapa orang hanya keluar saat ada keperluan mendesak. Jika tidak, mereka lebih memilih mengunci diri di dalam rumah.Beberapa saat kemudian, Istriku keluar dan duduk bersama di teras. Terlihat wajahnya seperti memendam sesuatu. Seperti raut kesal atau kemarahan.Aneh, tidak seperti biasanya ia seperti ini. Beberapa tahun hidup dengannya, aku sudah paham bagaimana wataknya."Ibu ada masalah?" tanyaku."Sedikit, Yah. Ibu cuma sedikit merasa kesal saja.""Kesal? Kepada siapa, Bu?""Ahh ... sudahlah, Yah. Tidak penting membicarakannya sekarang.""Bagaimana tidak penting?

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab. 5

    Suaminya.""Iya, Yah. Sementara, selama ini Suaminya yang sudah menjadi tulang punggung dalam keluarga. Sementara Bu Lastri, hanya membantu dengan berjualan di rumah.""Iya, Bu. Ayah tidak pernah bayangkan kalau itu seandainya terjadi dengan kita.""Tidak, Yah. Itu tidak mungkin terjadi pada keluarga kita. Tidak ada yang bisa mengganggu keluarga kita. Siapapun itu," tegas Istriku."Tetapi, Bu. Namanya ajal kita tidak pernah tahu. Apalagi, keadaan di kampung ini sudah semakin tidak aman. Begitu mudahnya orang-orang di bunuh tanpa sebab yang jelas. Ayah masih berpikir, pasti wanita itu bukan lagi manusia. Tapi iblis. Jika dia manusia, pasti manusia yang berhati iblis."Diam.Istriku hanya diam tanpa menjawab. Ia hanya mendengarkan sambil mengelap rambutnya dengan handuk. Belakangan ini, Istriku sering sekali membasahi rambutnya saat tengah malam.Aku sempat menanyakan hal itu, tapi ia menjelaskan itu adalah caranya mengurangi sakit di kepala yang sering datang secara tiba-tiba. Padahal,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab 6

    seorang diri. Aku yakin, kejadian ini begitu membuatnya terpukul.Apalagi, ia sudah hidup puluhan tahun dengan sang Istri yang kini harus pergi meninggalkannya, dengan tidak wajar. Entahlah, jika aku berada di posisinya bisa jadi akan melakukan hal yang sama..Tahlilan pun selesai.Satu persatu warga kembali pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku, memilih kembali dengan pria yang tadi duduk di sebelah. Ya, aku ingin mengetahui apa yang tadi belum sempat ia ceritakan."Jadi ... bagaimana kejadian Bapak dengan wanita misterius itu?" tanyaku kembali, sembari berjalan menuju ke rumah."Saat itu, sekitar pukul 02.00 malam. Entah kenapa, saya begitu gelisah dan sulit tidur. Rasanya, hati ini tidak tenang tapi entah kenapa.""Lalu, Pak?""Akhirnya, saya memilih untuk menonton televisi sendirian. Karena Istri dan Anak-anak sudah terlelap. Anehnya, mereka begitu nyenyak. Berbeda dengan saya. Baru beberapa saat menonton, terdengar teriakan seorang wanita minta tolong. Tapi entah dari man

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19

Bab terbaru

  • Cinta si aldo   bab 6

    seorang diri. Aku yakin, kejadian ini begitu membuatnya terpukul.Apalagi, ia sudah hidup puluhan tahun dengan sang Istri yang kini harus pergi meninggalkannya, dengan tidak wajar. Entahlah, jika aku berada di posisinya bisa jadi akan melakukan hal yang sama..Tahlilan pun selesai.Satu persatu warga kembali pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku, memilih kembali dengan pria yang tadi duduk di sebelah. Ya, aku ingin mengetahui apa yang tadi belum sempat ia ceritakan."Jadi ... bagaimana kejadian Bapak dengan wanita misterius itu?" tanyaku kembali, sembari berjalan menuju ke rumah."Saat itu, sekitar pukul 02.00 malam. Entah kenapa, saya begitu gelisah dan sulit tidur. Rasanya, hati ini tidak tenang tapi entah kenapa.""Lalu, Pak?""Akhirnya, saya memilih untuk menonton televisi sendirian. Karena Istri dan Anak-anak sudah terlelap. Anehnya, mereka begitu nyenyak. Berbeda dengan saya. Baru beberapa saat menonton, terdengar teriakan seorang wanita minta tolong. Tapi entah dari man

  • Cinta si aldo   bab. 5

    Suaminya.""Iya, Yah. Sementara, selama ini Suaminya yang sudah menjadi tulang punggung dalam keluarga. Sementara Bu Lastri, hanya membantu dengan berjualan di rumah.""Iya, Bu. Ayah tidak pernah bayangkan kalau itu seandainya terjadi dengan kita.""Tidak, Yah. Itu tidak mungkin terjadi pada keluarga kita. Tidak ada yang bisa mengganggu keluarga kita. Siapapun itu," tegas Istriku."Tetapi, Bu. Namanya ajal kita tidak pernah tahu. Apalagi, keadaan di kampung ini sudah semakin tidak aman. Begitu mudahnya orang-orang di bunuh tanpa sebab yang jelas. Ayah masih berpikir, pasti wanita itu bukan lagi manusia. Tapi iblis. Jika dia manusia, pasti manusia yang berhati iblis."Diam.Istriku hanya diam tanpa menjawab. Ia hanya mendengarkan sambil mengelap rambutnya dengan handuk. Belakangan ini, Istriku sering sekali membasahi rambutnya saat tengah malam.Aku sempat menanyakan hal itu, tapi ia menjelaskan itu adalah caranya mengurangi sakit di kepala yang sering datang secara tiba-tiba. Padahal,

  • Cinta si aldo   bab 4

    Masih.Sampai saat ini Istriku belum mengetahui, bahwa ada suara-suara aneh yang pernah kudengar saat malam tiba. Karena memang, aku tidak pernah menceritakannya.Hanya karena menginginkan agar ia tidak merasakan ketakutan.***********Makan malam selesai.Istriku segera membereskan sisa makan malam, sedangkan aku memilih duduk ke teras untuk santai sejenak setelah makan malam.Sunyi.Kampung ini terasa semakin sunyi. Beberapa orang hanya keluar saat ada keperluan mendesak. Jika tidak, mereka lebih memilih mengunci diri di dalam rumah.Beberapa saat kemudian, Istriku keluar dan duduk bersama di teras. Terlihat wajahnya seperti memendam sesuatu. Seperti raut kesal atau kemarahan.Aneh, tidak seperti biasanya ia seperti ini. Beberapa tahun hidup dengannya, aku sudah paham bagaimana wataknya."Ibu ada masalah?" tanyaku."Sedikit, Yah. Ibu cuma sedikit merasa kesal saja.""Kesal? Kepada siapa, Bu?""Ahh ... sudahlah, Yah. Tidak penting membicarakannya sekarang.""Bagaimana tidak penting?

  • Cinta si aldo   bab 3

    Part03"Biasanya, Yah. Jika ada seseorang yang pernah melihat dan membicarakannya secara detail. Pasti ia dan keluarganya akan jadi korban selanjutnya."Benar.Benar sekali apa yang dikatakan Istriku. Itu juga yang dikatakan Bapak tersebut. Tetapi, dari mana ia tahu?"Mengapa Ibu bisa tahu akan hal itu?" tanyaku penasaran."Ya, pasti tahu lah. Itu sudah jadi rahasia umum warga sekitar sini."Benar juga, siapa yang tidak tahu jika sudah memakan korban sebanyak itu. Tetapi, aku masih tetap penasaran akan siapa sosok wanita itu dan apa tujuannya.Karena beberapa warga juga sempat mengatakan kalau sosok tersebut bukanlah hantu, karena mereka sempat melihat jejak kaki di depan rumahnya.."Kenapa melamun, Yah? Ada masalah, 'kah?""Ahh ... tidak, Bu. Ayah hanya sedang berpikir, bagaimana bisa wanita jadi-jadian tersebut melakukan itu. Apa tujuannya? Sampai tega membunuh orang yang tidak bersalah.""Sudahlah, Yah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Yang penting, keluarga kita selamat dan tidak p

  • Cinta si aldo   bab 2

    Part 02"Bu ... ayah berangkat dulu, ya.""Iya ... Ayah."Pukul 19.10.Aku mulai melangkahkan kaki menuju rumah Pak Santoso. Malam ini adalah tahlilan malam pertama, yang biasanya diadakan sampai tiga malam di daerah kami. Sampai di sana, aku melihat sudah ada beberapa orang yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah tetangga dekat dan beberapa keluarga dari Almarhumah.Setelah bersalaman dengan pelayat yang lain. Aku memilih duduk di halaman rumah yang sudah diberikan tenda, sebagai tempat duduk para pelayat. Masih. Mereka masih terus berbincang tentang kejadian aneh beberapa waktu belakangan di kampung ini.Aku juga sempat mendengar, beberapa warga sering melihat sosok wanita misterius yang sering berjalan sendirian di tengah malam, sambil membawa sebilah belati."Bapak pernah melihatnya juga?" tanya salah seorang pria yang duduk tepat di sebelahku."Alhamdulilah belum, Pak. Saya hanya sering mendengar suara-suara aneh saat tengah malam. Namun, tidak pernah melihat sosok apapun.""Su

  • Cinta si aldo   Bab. 1

    Bu ... apa ini? Kenapa banyak darah berceceran disini?" tanya Kril pada istrinya.Kril terlihat sangat panik. Bagaimana tidak, dilihatnya banyak tetesan darah yang masih segar di lantai dapur rumahnya. Sementara itu, selai masih menunjukkan pukul 02:10 dini hari. Ini masih larut malam, bagaimana semua ini bisa ada di sini? Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Terdiam. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Perlahan, Istrinya pun keluar dari kamar mandi dengan santainya. Seolah ia tidak memulai pembukaan."Ya sudah, Yah. Bersihkan saja. Mungkin itu darah tikus yang dimakan kucing. Gak usah panik begitu!" "Tikus? Sejak kapan di rumah kita ada tikus?" Kril merasa sangat takjub dengan adanya darah ini.Tanpa menjawab, dia langsung pergi ke dalam kamar dan meninggalkannya di dapur. Karena tidak ingin dilihat besok paginya, malam itu juga Kril segera bereskan. Tapi memang, entah kenapa belakangan ini banyak hal aneh terjadi di rumah ini.Mulai dari beberapa bercak dar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status