Share

bab. 5

Author: Irfan Maulana
last update Last Updated: 2022-10-19 16:34:56

Suaminya."

"Iya, Yah. Sementara, selama ini Suaminya yang sudah menjadi tulang punggung dalam keluarga. Sementara Bu Lastri, hanya membantu dengan berjualan di rumah."

"Iya, Bu. Ayah tidak pernah bayangkan kalau itu seandainya terjadi dengan kita."

"Tidak, Yah. Itu tidak mungkin terjadi pada keluarga kita. Tidak ada yang bisa mengganggu keluarga kita. Siapapun itu," tegas Istriku.

"Tetapi, Bu. Namanya ajal kita tidak pernah tahu. Apalagi, keadaan di kampung ini sudah semakin tidak aman. Begitu mudahnya orang-orang di bunuh tanpa sebab yang jelas. Ayah masih berpikir, pasti wanita itu bukan lagi manusia. Tapi iblis. Jika dia manusia, pasti manusia yang berhati iblis."

Diam.

Istriku hanya diam tanpa menjawab. Ia hanya mendengarkan sambil mengelap rambutnya dengan handuk. Belakangan ini, Istriku sering sekali membasahi rambutnya saat tengah malam.

Aku sempat menanyakan hal itu, tapi ia menjelaskan itu adalah caranya mengurangi sakit di kepala yang sering datang secara tiba-tiba. Padahal, sudah beberapa kali Istriku di bawa ke dokter untuk konsultasi mengenai penyakitnya. Tetapi sampai kini, belum ada kurangnya sama sekali.

Anehnya lagi.

Dokter tidak pernah menemukan penyebab sakit itu secara pasti. Dokter hanya memberikan obat penenang dan penghilang rasa sakit. Jujur, aku sangat sedih mengenai hal ini. Bagaimana pun, Istriku adalah orang yang selama ini menemaniku di saat susah dan senang. Bahkan dahulu, saat kami masih hidup dalam kemiskinan. Ia adalah orang yang sedikitpun tidak pernah mengeluh tentang keadaan keluarga.

Di mana kami masih mengontrak rumah ke sana ke mari, dari kampung satu ke kampung balita.

Sampai akhirnya, kami harus kehilangan anak pertama karena Istriku keguguran saat hamil muda.

Aku tahu, itu semua karena ia terlalu kelelahan saat bekerja dulu. Tetapi, saat aku melarang ia tidak pernah mau. Dengan alasan masih sanggup dan tidak ingin bosan di rumah saat kutinggalkan bekerja. Entahlah.

**

****

"Ya sudah, Bu. Ayah mau kebelakang dulu, cuci muka. Habis itu mau kembali ke sana untuk menjaga jasad Suami Bu Lastri. Ibu berani di rumah sendirian?"

"Berani, Yah. Ya sudah pergilah. Ibu mau siapkan baju buat Ayah, karena gak baik pakai baju tidur seperti itu."

"Ya, Bu. Jika ada apa-apa langsung saja telfon ayah."

"Iya, Yah."

Aku pun segera menuju ke dapur untuk mencuci muka. Anehnya, kembali aku melihat ada tetesan darah di lantai dapur hingga menuju gudang. Masih, darahnya masih sangat segar. Apa ini?

Tidak menuju kamar mandi, aku justru terus mengikuti arah tetesan darah itu. Mulai dari pintu kamar mandi, terus menuju ke pintu belakang rumah.

Entah kenapa.

Saat ini perasaanku begitu tidak enak. Seperti ada sesuatu misteri di balik darah yang selama ini sering bercucuran di dapur rumah. Menakutkan.

Sampai di pintu belakang, darah itu pun menghilang. Tidak ada bercak lagi di lantai. Setelah memperhatikan sekitar, ternyata salah. Aku salah, bukan tidak ada. Tetapi darah itu menempel di handel pintu belakang. Aneh, kenapa darah bisa sampai di sini?

Darah apa ini?

.

Melihat ini semua, aku berinisiatif untuk ke kamar mandi dan mengambil sebuah kain lap basah untuk membersihkannya.

Begitu kubalikkan badan, betapa terkejutnya aku melihat Istriku sudah berdiri di sana sambil menatapku tajam. Mengerikan.

"Loh ... Ibu kok di sini?" tanyaku heran.

"Ini ... ibu mau membersihkan ceceran darah tikus di lantai. Sudah Ayah ke kamar mandi sana."

"Ini memang darah tikus, Bu?"

"Ya pastilah, Yah. Terus darah apalagi?"

"Mengapa sebanyak ini? Lagian, sejak kapan ada tikus di rumah ini, Bu?"

"Makanya ... sesekali Ayah bantu ibu membereskan gudang di belakang rumah. Biar bisa lihat tikus," cetusnya.

.

Baiklah.

Mungkin memang iya. Aku cuma yang terlalu parno karena kejadian beberapa waktu belakangan ini. Apalagi, tadi aku baru saja melihat mayat bekas pembunuhan secara langsung. Bisa jadi, hal itu yang membuatku seperti ini sekarang.

Selesai mencuci muka dan mengganti baju, aku pun langsung berangkat ke rumah Bu Lastri. Setelah terlebih dahulu memastikan keadaan sekeliling rumah baik-baik saja.

.

Dalam perjalanan, entah kenapa perasaanku tiba-tiba saja tidak enak. Sepertinya, ada yang sedang mengikuti dari rumah tadi.

Entahlah, perasaan ini benar atau tidak. Yang jelas, di setiap langkah kaki ini aku merasakannya.

Sesampainya di rumah ahli musibah, ternyata sudah banyak orang yang berdatangan. Tetapi, ada yang aneh. Aku tidak melihat lagi jenazah ada di sana. Hanya beberapa keluarga dekat rumah yang ada di ruang tamu.

Karena merasa penasaran, aku langsung menanyakan kepada salah satu warga yang ikut berjaga pada malam itu.

"Malam, Pak. Kemana jenazah Almarhum? Kenapa saya tidak melihatnya?" ucapku sambil bersalaman, dengan Bapak yang cukup tua tersebut.

"Malam, Nak. Tadi dibawa oleh pihak kepolisian. Katanya mau difisum."

"Jadi, malam ini juga langsung dibawa, Pak?"

"Iya, Nak. Kebetulan keluarga semua menyetujui. Jadi ya langsung saja dibawa. Memangnya kenapa, Nak?"

"Ahh ... tidak, Pak. Cuma saya heran saja melihat jenazah kok tidak ada di dalam rumah."

.

Sementara, di salah satu sudut rumah. Aku melihat beberapa pria sedang berbincang, kepada salah satu tetangga dekat rumah Bu Lastri. Sepertinya itu dari pihak kepolisian.

Percuma menurutku.

Karena tidak akan ada yang berani menceritakan kejadian yang sebenarnya, kepada pihak penyelidik. Karena memang, mitos tentang larangan bercerita itu sudah menyebar ke seluruh warga.

Termasuk aku. Yang baru saja mempercayainya.

Related chapters

  • Cinta si aldo   bab 6

    seorang diri. Aku yakin, kejadian ini begitu membuatnya terpukul.Apalagi, ia sudah hidup puluhan tahun dengan sang Istri yang kini harus pergi meninggalkannya, dengan tidak wajar. Entahlah, jika aku berada di posisinya bisa jadi akan melakukan hal yang sama..Tahlilan pun selesai.Satu persatu warga kembali pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku, memilih kembali dengan pria yang tadi duduk di sebelah. Ya, aku ingin mengetahui apa yang tadi belum sempat ia ceritakan."Jadi ... bagaimana kejadian Bapak dengan wanita misterius itu?" tanyaku kembali, sembari berjalan menuju ke rumah."Saat itu, sekitar pukul 02.00 malam. Entah kenapa, saya begitu gelisah dan sulit tidur. Rasanya, hati ini tidak tenang tapi entah kenapa.""Lalu, Pak?""Akhirnya, saya memilih untuk menonton televisi sendirian. Karena Istri dan Anak-anak sudah terlelap. Anehnya, mereka begitu nyenyak. Berbeda dengan saya. Baru beberapa saat menonton, terdengar teriakan seorang wanita minta tolong. Tapi entah dari man

    Last Updated : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   Bab. 1

    Bu ... apa ini? Kenapa banyak darah berceceran disini?" tanya Kril pada istrinya.Kril terlihat sangat panik. Bagaimana tidak, dilihatnya banyak tetesan darah yang masih segar di lantai dapur rumahnya. Sementara itu, selai masih menunjukkan pukul 02:10 dini hari. Ini masih larut malam, bagaimana semua ini bisa ada di sini? Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Terdiam. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Perlahan, Istrinya pun keluar dari kamar mandi dengan santainya. Seolah ia tidak memulai pembukaan."Ya sudah, Yah. Bersihkan saja. Mungkin itu darah tikus yang dimakan kucing. Gak usah panik begitu!" "Tikus? Sejak kapan di rumah kita ada tikus?" Kril merasa sangat takjub dengan adanya darah ini.Tanpa menjawab, dia langsung pergi ke dalam kamar dan meninggalkannya di dapur. Karena tidak ingin dilihat besok paginya, malam itu juga Kril segera bereskan. Tapi memang, entah kenapa belakangan ini banyak hal aneh terjadi di rumah ini.Mulai dari beberapa bercak dar

    Last Updated : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab 2

    Part 02"Bu ... ayah berangkat dulu, ya.""Iya ... Ayah."Pukul 19.10.Aku mulai melangkahkan kaki menuju rumah Pak Santoso. Malam ini adalah tahlilan malam pertama, yang biasanya diadakan sampai tiga malam di daerah kami. Sampai di sana, aku melihat sudah ada beberapa orang yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah tetangga dekat dan beberapa keluarga dari Almarhumah.Setelah bersalaman dengan pelayat yang lain. Aku memilih duduk di halaman rumah yang sudah diberikan tenda, sebagai tempat duduk para pelayat. Masih. Mereka masih terus berbincang tentang kejadian aneh beberapa waktu belakangan di kampung ini.Aku juga sempat mendengar, beberapa warga sering melihat sosok wanita misterius yang sering berjalan sendirian di tengah malam, sambil membawa sebilah belati."Bapak pernah melihatnya juga?" tanya salah seorang pria yang duduk tepat di sebelahku."Alhamdulilah belum, Pak. Saya hanya sering mendengar suara-suara aneh saat tengah malam. Namun, tidak pernah melihat sosok apapun.""Su

    Last Updated : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab 3

    Part03"Biasanya, Yah. Jika ada seseorang yang pernah melihat dan membicarakannya secara detail. Pasti ia dan keluarganya akan jadi korban selanjutnya."Benar.Benar sekali apa yang dikatakan Istriku. Itu juga yang dikatakan Bapak tersebut. Tetapi, dari mana ia tahu?"Mengapa Ibu bisa tahu akan hal itu?" tanyaku penasaran."Ya, pasti tahu lah. Itu sudah jadi rahasia umum warga sekitar sini."Benar juga, siapa yang tidak tahu jika sudah memakan korban sebanyak itu. Tetapi, aku masih tetap penasaran akan siapa sosok wanita itu dan apa tujuannya.Karena beberapa warga juga sempat mengatakan kalau sosok tersebut bukanlah hantu, karena mereka sempat melihat jejak kaki di depan rumahnya.."Kenapa melamun, Yah? Ada masalah, 'kah?""Ahh ... tidak, Bu. Ayah hanya sedang berpikir, bagaimana bisa wanita jadi-jadian tersebut melakukan itu. Apa tujuannya? Sampai tega membunuh orang yang tidak bersalah.""Sudahlah, Yah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Yang penting, keluarga kita selamat dan tidak p

    Last Updated : 2022-10-19
  • Cinta si aldo   bab 4

    Masih.Sampai saat ini Istriku belum mengetahui, bahwa ada suara-suara aneh yang pernah kudengar saat malam tiba. Karena memang, aku tidak pernah menceritakannya.Hanya karena menginginkan agar ia tidak merasakan ketakutan.***********Makan malam selesai.Istriku segera membereskan sisa makan malam, sedangkan aku memilih duduk ke teras untuk santai sejenak setelah makan malam.Sunyi.Kampung ini terasa semakin sunyi. Beberapa orang hanya keluar saat ada keperluan mendesak. Jika tidak, mereka lebih memilih mengunci diri di dalam rumah.Beberapa saat kemudian, Istriku keluar dan duduk bersama di teras. Terlihat wajahnya seperti memendam sesuatu. Seperti raut kesal atau kemarahan.Aneh, tidak seperti biasanya ia seperti ini. Beberapa tahun hidup dengannya, aku sudah paham bagaimana wataknya."Ibu ada masalah?" tanyaku."Sedikit, Yah. Ibu cuma sedikit merasa kesal saja.""Kesal? Kepada siapa, Bu?""Ahh ... sudahlah, Yah. Tidak penting membicarakannya sekarang.""Bagaimana tidak penting?

    Last Updated : 2022-10-19

Latest chapter

  • Cinta si aldo   bab 6

    seorang diri. Aku yakin, kejadian ini begitu membuatnya terpukul.Apalagi, ia sudah hidup puluhan tahun dengan sang Istri yang kini harus pergi meninggalkannya, dengan tidak wajar. Entahlah, jika aku berada di posisinya bisa jadi akan melakukan hal yang sama..Tahlilan pun selesai.Satu persatu warga kembali pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan aku, memilih kembali dengan pria yang tadi duduk di sebelah. Ya, aku ingin mengetahui apa yang tadi belum sempat ia ceritakan."Jadi ... bagaimana kejadian Bapak dengan wanita misterius itu?" tanyaku kembali, sembari berjalan menuju ke rumah."Saat itu, sekitar pukul 02.00 malam. Entah kenapa, saya begitu gelisah dan sulit tidur. Rasanya, hati ini tidak tenang tapi entah kenapa.""Lalu, Pak?""Akhirnya, saya memilih untuk menonton televisi sendirian. Karena Istri dan Anak-anak sudah terlelap. Anehnya, mereka begitu nyenyak. Berbeda dengan saya. Baru beberapa saat menonton, terdengar teriakan seorang wanita minta tolong. Tapi entah dari man

  • Cinta si aldo   bab. 5

    Suaminya.""Iya, Yah. Sementara, selama ini Suaminya yang sudah menjadi tulang punggung dalam keluarga. Sementara Bu Lastri, hanya membantu dengan berjualan di rumah.""Iya, Bu. Ayah tidak pernah bayangkan kalau itu seandainya terjadi dengan kita.""Tidak, Yah. Itu tidak mungkin terjadi pada keluarga kita. Tidak ada yang bisa mengganggu keluarga kita. Siapapun itu," tegas Istriku."Tetapi, Bu. Namanya ajal kita tidak pernah tahu. Apalagi, keadaan di kampung ini sudah semakin tidak aman. Begitu mudahnya orang-orang di bunuh tanpa sebab yang jelas. Ayah masih berpikir, pasti wanita itu bukan lagi manusia. Tapi iblis. Jika dia manusia, pasti manusia yang berhati iblis."Diam.Istriku hanya diam tanpa menjawab. Ia hanya mendengarkan sambil mengelap rambutnya dengan handuk. Belakangan ini, Istriku sering sekali membasahi rambutnya saat tengah malam.Aku sempat menanyakan hal itu, tapi ia menjelaskan itu adalah caranya mengurangi sakit di kepala yang sering datang secara tiba-tiba. Padahal,

  • Cinta si aldo   bab 4

    Masih.Sampai saat ini Istriku belum mengetahui, bahwa ada suara-suara aneh yang pernah kudengar saat malam tiba. Karena memang, aku tidak pernah menceritakannya.Hanya karena menginginkan agar ia tidak merasakan ketakutan.***********Makan malam selesai.Istriku segera membereskan sisa makan malam, sedangkan aku memilih duduk ke teras untuk santai sejenak setelah makan malam.Sunyi.Kampung ini terasa semakin sunyi. Beberapa orang hanya keluar saat ada keperluan mendesak. Jika tidak, mereka lebih memilih mengunci diri di dalam rumah.Beberapa saat kemudian, Istriku keluar dan duduk bersama di teras. Terlihat wajahnya seperti memendam sesuatu. Seperti raut kesal atau kemarahan.Aneh, tidak seperti biasanya ia seperti ini. Beberapa tahun hidup dengannya, aku sudah paham bagaimana wataknya."Ibu ada masalah?" tanyaku."Sedikit, Yah. Ibu cuma sedikit merasa kesal saja.""Kesal? Kepada siapa, Bu?""Ahh ... sudahlah, Yah. Tidak penting membicarakannya sekarang.""Bagaimana tidak penting?

  • Cinta si aldo   bab 3

    Part03"Biasanya, Yah. Jika ada seseorang yang pernah melihat dan membicarakannya secara detail. Pasti ia dan keluarganya akan jadi korban selanjutnya."Benar.Benar sekali apa yang dikatakan Istriku. Itu juga yang dikatakan Bapak tersebut. Tetapi, dari mana ia tahu?"Mengapa Ibu bisa tahu akan hal itu?" tanyaku penasaran."Ya, pasti tahu lah. Itu sudah jadi rahasia umum warga sekitar sini."Benar juga, siapa yang tidak tahu jika sudah memakan korban sebanyak itu. Tetapi, aku masih tetap penasaran akan siapa sosok wanita itu dan apa tujuannya.Karena beberapa warga juga sempat mengatakan kalau sosok tersebut bukanlah hantu, karena mereka sempat melihat jejak kaki di depan rumahnya.."Kenapa melamun, Yah? Ada masalah, 'kah?""Ahh ... tidak, Bu. Ayah hanya sedang berpikir, bagaimana bisa wanita jadi-jadian tersebut melakukan itu. Apa tujuannya? Sampai tega membunuh orang yang tidak bersalah.""Sudahlah, Yah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Yang penting, keluarga kita selamat dan tidak p

  • Cinta si aldo   bab 2

    Part 02"Bu ... ayah berangkat dulu, ya.""Iya ... Ayah."Pukul 19.10.Aku mulai melangkahkan kaki menuju rumah Pak Santoso. Malam ini adalah tahlilan malam pertama, yang biasanya diadakan sampai tiga malam di daerah kami. Sampai di sana, aku melihat sudah ada beberapa orang yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah tetangga dekat dan beberapa keluarga dari Almarhumah.Setelah bersalaman dengan pelayat yang lain. Aku memilih duduk di halaman rumah yang sudah diberikan tenda, sebagai tempat duduk para pelayat. Masih. Mereka masih terus berbincang tentang kejadian aneh beberapa waktu belakangan di kampung ini.Aku juga sempat mendengar, beberapa warga sering melihat sosok wanita misterius yang sering berjalan sendirian di tengah malam, sambil membawa sebilah belati."Bapak pernah melihatnya juga?" tanya salah seorang pria yang duduk tepat di sebelahku."Alhamdulilah belum, Pak. Saya hanya sering mendengar suara-suara aneh saat tengah malam. Namun, tidak pernah melihat sosok apapun.""Su

  • Cinta si aldo   Bab. 1

    Bu ... apa ini? Kenapa banyak darah berceceran disini?" tanya Kril pada istrinya.Kril terlihat sangat panik. Bagaimana tidak, dilihatnya banyak tetesan darah yang masih segar di lantai dapur rumahnya. Sementara itu, selai masih menunjukkan pukul 02:10 dini hari. Ini masih larut malam, bagaimana semua ini bisa ada di sini? Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Terdiam. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Perlahan, Istrinya pun keluar dari kamar mandi dengan santainya. Seolah ia tidak memulai pembukaan."Ya sudah, Yah. Bersihkan saja. Mungkin itu darah tikus yang dimakan kucing. Gak usah panik begitu!" "Tikus? Sejak kapan di rumah kita ada tikus?" Kril merasa sangat takjub dengan adanya darah ini.Tanpa menjawab, dia langsung pergi ke dalam kamar dan meninggalkannya di dapur. Karena tidak ingin dilihat besok paginya, malam itu juga Kril segera bereskan. Tapi memang, entah kenapa belakangan ini banyak hal aneh terjadi di rumah ini.Mulai dari beberapa bercak dar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status