Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 12 Jonathan dan ‘monster’nya

Share

Bab 12 Jonathan dan ‘monster’nya

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-03-03 18:00:48

Thanksgiving merupakan hari bahagia bagi sebuah keluarga untuk bisa merayakan tradisi dan berkumpul bersama. Tapi tidak dengan Jonathan, undangan yang diterimanya dari James siang itu benar-benar membuatnya sakit kepala.

Keluarga besar William Walker akan merayakan Thanksgiving dan mengundang hampir seluruh keluarga dekat.

“Aku mohon luangkan waktumu untuk datang, Nathan,”ucap James di seberang telepon. “Kita ini keluarga. Apapun yang terjadi. Apapun masalahmu dengan Pamela dan Jacob, kuharap tidak membuat kita terpisah sebagai keluarga.”

Jonathan menghela nafas panjang. Satu hal yang paling dibencinya adalah berada di rumahnya dan mengenang berbagai kenangan buruk masa kecilnya.

“Entahlah, James, Aku banyak kerjaan.”

“Meskipun di hari libur?”

Jonathan memaki dalam hati. Alasan yang buruk sekali.

“Kau bisa mengundang temanmu juga, Nath,”bujuk James lagi. “Atau kekasihmu,”James sedikit menyelidik.

Jonathan tidak bersuara. Ia tidak ingin berbagi kehidupan pribadi dengan saudara-saudaranya.

“Akan aku pertimbangkan.”

“Usahakan jangan dipertimbangkan,”tuntut James sedikit memaksa.

“Oke.”

Jika bukan James yang meminta, ia tidak akan segelisah ini. Ia akan dengan tegas menolak. Tapi Jonathan tidak pernah bermasalah dengan James, bahkan James selalu bersikap baik padanya.

Jonathan mengetik sesuatu di ponselnya.

“Bisakah aku meminta bantuanmu?”

Emily yang menerima pesan tersebut segera membalas. “Tentu saja.”

“Temani aku di acara Thanksgiving keluargaku Jumat ini.”

“Oke.”Balas Emily singkat.

“Siapkan beberapa pakaian ganti, kita akan menginap.”

Emily mengerutkan kening. Menginap?Sebelum ia mengetik sesuatu untuk memberi alasan penolakan, Jonathan memberi emoticon sedih dan memohon, membuat Emily luluh.

Di hari Jumat sore itu.

Perjalanan menuju rumah Jonathan membutuhkan waktu hampir satu jam dari apartemen pria itu. Sepanjang waktu berkendara, wajahnya tampak suram.

“Ada masalah?”tanya Emily menyadari sesuatu.

Jonathan tak menjawab, detik selanjutnya ia menoleh sekilas. “Aku sedang menyiapkan nyali, Em.”

Emily teringat pembicaran Paula waktu itu. Jonathan sering mendapat perlakuan buruk dari saudara tirinya hingga ia memutuskan pergi dari rumah dan tinggal di Manchester dengan saudara ibunya.

“Kau tidak keberatan untuk cerita?Setidaknya aku tahu harus bagaimana jika bertemu saudara-saudaramu.”

Jonathan diam sesaat. Sepertinya ia butuh kekuatan dan konsentrasi penuh untuk bercerita, akhirnya ia menepikan mobil di bahu jalan.

Jonathan mematikan mesin mobil, membuka jendela dan menghirup udara yang menyerbu melalui jendela mobil.

“Ibuku adalah istri kedua ayahku, mungkin kau sering mendengar gosip itu.”

Emily mengangguk saat Jonathan menoleh padanya.

“Istri pertama ayahku meninggal saat Jacob berusia dua tahun. Mereka memiliki tiga anak, James, Pamela dan Jacob. Setahun kemudian, Ayah bertemu ibuku saat pertemuan bisnis di Manchester. Mereka satu universitas. Seperti yang pernah kudengar dari ibu, dulu mereka pernah berpacaran waktu kuliah meski hanya beberapa bulan.”Jonathan meraih botol air mineral di samping kemudi dan meneguknya sesaat. “Mereka akhirnya memutuskan menikah. Setelah itu lahir aku dan adik bungsuku Kai. Aku dan Kai selisih dua belas tahun.”Jonathan memejamkan mata sesaat. Menghela nafas panjang. “Awalnya Pamela dan Jacob hanya usil menggangguku. Waktu itu aku masih berusia tiga tahun. Semakin lama mereka semakin keterlaluan. Saat ayah dan ibu pergi ke luar kota atau ke luar negeri untuk urusan bisnis, saat itulah neraka ku dimulai. Mereka sering mengurungku di gudang. Tanpa makan, hanya minum. Awalnya aku ketakutan tapi lama kelamaan menjadi terbiasa.”

“Tak ada yang menolongmu?”

“Tak ada seorang pembantu pun yang berani melawan Pam dan Jacob. Mereka berdua mengancam akan membuat mereka yang berani menolongku akan dipecat.”

Emily tertegun. “Bagaimana dengan James?”

“James bersekolah di asrama dan jarang pulang.”

“Kau tidak mengadukan hal itu pada orang tuamu?”

Jonathan tertawa getir. “Jika aku mengadu, perlakuan mereka selanjutnya akan lebih kejam.”

Emily terkesiap. “Seberapa kejam?”

“Jacob yang terparah. Dia sering memukuliku dengan brutal. Waktu usiaku lima tahun dia pernah menendangku hingga tulang rusukku patah, dan mereka mengatakan pada ayah jika aku terjatuh dari tangga.”

Mulut Emily menganga ngeri membayangkan kejadian itu.

“Tapi itu bukan apa-apa Em,”ucap Jonathan parau. Ia menoleh menatap Emily. “Tendangan dan pukulan masih bisa kuatasi. Dikurung di dalam gudang tanpa makananpun aku masih bisa tahan. Yang mengerikan adalah saat mereka menyekapku di sebuah bilik sempit dan gelap di tengah hutan, kau tahu, itu sangat mengerikan.”Tangan Jonathan mengenggam kemudi dengan erat. “Tiba-tiba saja aku seperti berhenti bernafas.”

Jonathan memejamkan mata sesaat. Tangannya sedikit bergetar. Emily meraih tangan pria itu. Menggenggamnya erat.

“Karena itu aku memintamu menemaniku, Em. Aku butuh seseorang untuk menjaga kewarasanku. Setiap kali melihat mereka rasanya aku ingin membunuh keduanya.”

Emily mengangguk paham. “Tenang, ada aku di sampingmu.”

Beberapa saat kemudian Jonathan tampak kembali tenang. “Terima kasih, Em.”Jonathan menatap Emily.

“Sama-sama, bos.”Emily balas tersenyum.

Keduanya telah tiba di pintu gerbang mansion keluarga Jonathan. Pria itu menekan sebuah tombol di samping pagar sebelum akhirnya pagar terbuka. Jalanan menuju Mansion dikellilingi pepehonon yang rimbun di samping kanan dan kiri. Mobil melewati jalanan yang cukup panjang untuk sampai di depan rumah. Rumah besar bergaya Victoria itu tampak menjulang megah.

Mobil berhenti tepat di depan Mansion. Jonathan tidak segera turun.

Ia mengetukkan jari di kemudi mobil. Menghela nafas panjang berkali-kali. “Inilah ‘monster’ku, Em.”

“Jangan kuatir, aku akan menjagamu,”Emily tersenyum menenangkan.

“Baiklah, ayo turun.”

Dari arah pintu depan Mansion keluar sosok lelaki berambut pirang menyambut keduanya dengan senyum lebar.

“Selamat datang, Nathan.”James membuka kedua tangan lebar dan memeluk adiknya sesaat. “Bagaimana kabarmu.”

“Baik.”Jonathan menoleh ke arah Emily. “Perkenalkan ini kekasihku.”

Senyum Emily memudar, terkejut dengan kalimat Jonathan. Belum ada pembicaraan tentang sandiwara sepasang kekasih. Emily harus bagaimana?

“Hai, aku James, aku kakak tertua Jonathan.”James menjabat tangan Emily.

“Emily.”Emily tersenyum tulus.

“Jonathan selalu membuat kejutan, bukan?Dia sudah memiliki kekasih hanya dalam hitungan bulan tinggal di Manhattan.”

“Dia memang selalu penuh kejutan,”balas Emily penuh makna. Jonathan mengedipkan sebelah mata dengan senyum saat Emily menatapnya meminta penjelasan.

Ketiganya beriringan masuk ke dalam Mansion. Di ruang keluarga tampak dua orang tengah duduk berhadapan di sebuah sofa besar melingkar.

Sosok tinggi berambut coklat mirip Jonathan tersenyum menyambut ketiganya.

“Hei, apa kabar?”lelaki itu menyapa Jonathan dengan pelukan singkat.

“Baik, bagaimana kabarmu, Kai?”

“Baik, siapa ini?”tanyanya saat melihat Emily.

“Dia kekasihku, Emily.”

“Wow, Jonathan yang tak pernah berubah.”Terdengar suara wanita dari balik tubuh Kai. Pamela. Wanita berambut pirang dengan polesan bibir semerah darah berjalan mendekat.

“Apa kabar, Pamela ?”

“Selalu baik, tampan. Berapa lama kita tidak bertemu semenjak kematian ayah?”Dia tampak mengingat-ingat. “Ah ya, enam bulan ya?Dan…ck..ck.”Pamela menatap Emily penuh penilaian. “Dan kau sudah mendapat kekasih secantik ini?”

“Apa kabar?Namaku Emily,”Emily mengulurkan tangan menjabat tangan Pamela yang sehalus sutra. Beberapa perhiasan mewah menghiasi jari tangan wanita itu.

“Aku penasaran bagaimana kalian bertemu?Kau tahu kan di lama tinggal di Manchester. Dan kudengar sesuatu,”ucap Pamela seakan-akan berbisik. “Dia itu punya banyak kekasih di Manchester.”Pamela tertawa.

Emily tersenyum. “Jangan kuatir, aku sudah tahu. Dia memang sangat menawan bukan?”Balas Emily membuat tawa Pamela terhenti.

Pamela tampak kesal tak berhasil membuat situasi kacau. “Oh kau sudah tahu rupanya kalo dia itu playboy?”

Emily tersenyum geli. Ia mendekati Pamela dan berbisik. “Dan dia sangat hebat di ranjang.”

“Ough,”Pamela tersentak kaget . “Kau.”Pamela kehabisan kata. Dia bergegas keluar ruangan dengan wajah memerah.

Emily menahan senyum. Jonathan menatapnya penuh rasa penasaran. Apa yang dikatakan Emily hingga membuat Pamela sewot?

“Hei..kita kedatangan tamu cantik rupanya.” Dari luar ruangan, masuk sosok lelaki bertubuh kurus dengan pandangan mata aneh. Tampak lingkaran hitam di bawah matanya.

“Jonathan adikku, apa kabar,”Lelaki itu menepuk Pundak Jonathan sebelum beralih pada Emily.

“Halo cantik, namaku Joseph.”Ia mengulurkan tangan.

Emily membalas jabat tangan Joseph. Tapi sepertinya lelaki itu enggan melepas genggaman tangannya. “Aku Emily,”sapa Emily dengan senyum.

“Kau beruntung sekali, Nathan.”seru Joseph mengamati Emily yang merasa tak nyaman dipandangi seperti itu.

Jonathan mendekat dan menarik tangan Emily. “Jangan ganggu dia, Joseph.”

Keadaan berubah tegang. Jonathan menutup jarak antara Emily dan Joseph.

“Hei, rileks dude, aku hanya ingin mengenal kekasih barumu.”Joseph mengangkat tangannya.

Wajah Jonathan tampak suram. Tatapannya penuh ancaman. Dari segi postur tubuh, Joseph kalah tinggi dibanding Jonathan. Joseph sedikit mendongak saat menatap Jonathan.

“Menyingkirlah,”kata Jonathan penuh penekanan.

Keduanya saling memandang. Saling mengukur kekuatan. Jonathan tak gentar sedikitpun. Ia bukan anak kecil yang mudah ditakuti seperti dulu.

James ingin melerai keduanya saat terdengar suara manis Emily.

“Nathan sayang, aku lelah,”ucap Emily mengalihkan suasana tegang.

Jonathan segera tersadar. Ia menoleh ke arah Emily. Wanita itu meraih tangan Jonathan dan menatap mesra. “Aku lelah, Sayang.”Emily mengulang ucapannya.

Jonathan tertegun sesaat. “Maafkan aku,”Ia buru-buru merengkuh pundak Emily dan memaksakan senyum. “Kami akan istirahat sebentar.”Ia memandang James meminta ijin.

James memanggil kepala pelayan rumah dan memerintahkan untuk mengantar Jonathan dan Emily ke kamarnya. Sebelum berlalu pergi, James mendekati Joseph.

“Jaga kelakuanmu, Joseph. Jangan membuat keributan. Dia adikmu. Bersikaplah dewasa.”

Joseph hanya mendengus dengan senyum sinis. Dia sudah merencanakan banyak hal. Joseph masih belum menerima kenyataan jika di surat wasiat yang ditulis ayahnya, Jonathan menjadi pemimpin di Weston Corp. Joseph memang mendapat bagian sebuah rumah mewah dan sejumlah uang bernilai cukup besar, tapi itu tak sebanding dengan yang diterima Jonathan sebagai pemimpin Weston Corp yang tentunya bisa menghasilkan kekayaan lebih banyak darinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 13 Makan malam keluarga

    Kepala pelayan dengan ramah membawa mereka ke sebuah kamar di lantai dua. “Silahkan masuk tuan Jonathan, kami akan membawa barang bawaan anda segera.” “Terima kasih, Paul.” Paul mengangguk dan membungkuk hormat sebelum berlalu pergi. “Apakah kita akan tinggal dalam satu kamar, Sir?”tanya Emily gugup. Ia mengamati sekeliling. Lampu chandelier bergantung di tengah ruangan. Di samping tempat tidur tampak tirai mewah model overlay warna coklat senada dengan sprei ranjang. “Kita ini sepasang kekasih, Em, tak mungkin mereka memberi kita kamar berbeda.”Jonathan menahan senyum. Suasana hatinya telah berubah. “Dan biasakan memanggilku sayang seperti tadi, oke?”Ia tersenyum puas. “Oh come on, Sir,” “Hei..” “Sayang…” “Itu lebih baik,”seru Jonathan “Tapi dimana aku harus tidur?”Emily memperhatikan, meski kamar tidur itu tampak luas dan berinterior mewah, tapi hanya ada satu ranjang dan sofa kecil . “Tentu saja di ranjang, Sayang, ”goda Jonathan. “Berdua?” “Tenang, tidurku

    Last Updated : 2025-03-04
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 14 Emily tenggelam

    “Sialan!”Jonathan memaki pelan.”Emily.”Ia memanggil wanita di sebelahnya. Emily terbangun dari tidurnya saat tangan kokoh Jonathan mengguncang tubuhnya pelan. Suasana kamar gelap gulita. Emily ingat jika dirinya tidak pernah mematikan lampu kamar. Ia ingat kata-kata Jonathan jika saat tidurpun ia selalu menyalakan lampu. “Tunggu sebentar.”Emily sadar kepanikan yang mulai menyerang Jonathan. Entah sejak kapan lelaki itu berusaha membangunkannya. Emily mengambil handphone dari atas nakas di samping tempat tidur dan menekan tombol senter. Kamar sedikit terang. Emily menoleh ke arah Jonathan yang terduduk di ranjang sembari menyadarkan kepala di sandaran ranjang. Dengan sedikit terburu, Emily turun dari tempat tidur dan menyalakan saklar lampu. Tampaknya mati lampu. Ia segera bergerak perlahan menuju jendela, menyibakkan gorden untuk memastikan di luar juga mati lampu. Suasana taman gelap gulita. Hanya sedikit penerangan dari cahaya bulan. “Bagaimana keadaanmu?”Emily bergerak ke

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 15 Siapa Pelakunya

    Jonathan menyiram tubuhnya sebanyak mungkin berusaha meredam gejolak hasratnya. Menjelang pagi tadi ia terbangun dan menyadari Emily tertidur dengan memeluk lengannya. Sialnya itu membuat hasratnya tiba-tiba bangkit dan ia memaki berkali-kali berusaha menahan gairah. Ini pertama kalinya bagi Jonathan harus berjuang menekan hasratnya sendiri. Baginya sangat mudah mendapat wanita untuk penyaluran nafsu seks. Mereka juga dengan sukarela tanpa imbalan apapun melayaninya. Tapi dengan Emily tidak akan semudah itu. “Hidupku sudah seperti pastor,”keluhnya membatin. Sudah hampir enam bulan ia tidak berhubungan seks dengan wanita manapun. Bayangan Emily membuatnya tak berminat mencari wanita lain. Gila!Runtuknya lagi dalam hati. Perasaan apa ini? Jonathan keluar dari kamar mandi dan segera menyadari Emily tak ada di ruangan. Kemana wanita itu? Pintu kamar tertutup rapat tapi jendela menuju balkon terbuka lebar hingga membuat tirai kamar beberapa kali bergerak tertiup angin. Jonathan bergeg

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 16 Pulang

    Tak ada lagi yang bisa dilakukan Jonathan. Sepanjang pagi hingga menjelang siang ia tak sekalipun keluar kamar. Untuk makan siang pun, Jonathan meminta Paul membawakan makanan untuknya dan Emily. Sebuah ketukan terdengar saat waktu makan siang berakhir. Jonathan membuka pintu dan menemukan wajah khawatir Nyonya Averie, sang ibu “Sayang.”Averie memeluk putranya. “Aku khawatir sekali, kudengar tadi di bawah kekasihmu hampir tenggelam.” “Ya ma.”Jonathan mengurai pelukan .”Apakah kau baru datang?” “Iya, maaf kemarin aku ada acara di tempat lain jadi tak bisa kesini.”Avery melangkah masuk dan mendapati Emily yang tengah duduk berbaring di ranjang. “Apakah ini kekasihmu?Apakah dia Emily?”Wajah Averie masih cantik di usianya yang 60 tahun lebih. Pakaian yang dikenakannya sederhana tapi terkesan anggun dan mahal. Dia membuka kedua tangan lebar memeluk Emily. “Oh sayang, apakah kamu baik-baik saja?”Dia memeluk erat Emily. “Aku sudah membaik Nyonya Averie,”Emily balas memeluk. "Apa k

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 17 Undangan Nyonya Averie

    Jonathan memutuskan untuk mempercepat acara menginap. Malam itu ia mengajak Emily pulang. “Aku akan mengantarmu pulang,”ujar Jonathan singkat saat mereka berdua telah berada di dalam mobil. “Kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja.”Emily berpaling ke arah Jonathan di sampingnya. “Bukankah acara malam ini penting untuk keluarga besarmu?” “Yang terpenting keselamatanmu, Em. Aku tak tahu lagi cara menemukan pelakunya. Apa kau tidak ingat apapun saat kejadian itu?” Emily mencoba mengingat sesuatu. “Maaf, saat itu aku panik, aku tidak ingat apapun.” “Tak apa, kita pulang sekarang.” Keduanya berkendara pulang. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhir tahun di Weston Corp. Kesibukan dimulai di awal bulan Desember. Mulai dari audit internal hingga persiapan libur Natal dan tahun baru. Padatnya jadwal meeting Jonathan dengan seluruh divisi membuatnya jarang bertemu Emily. Hanya menyempatkan mengirim pesan pesan singkat. “Kamu lembur lagi malam ini?”Jonathan mengi

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 18 Selamat datang di Manchester

    Emily tiba di Manchester International Airport sore hari. Jonathan harus menyelesaikan urusan pekerjaan meski di hari libur. Pria itu akan menyusul segera, hanya itu yang bisa diucapkannya tanpa janji pasti kapan. Emily telah berada di terminal kedatangan setelah melalui pemeriksaan imigrasi. Dari kejauhan tampak Averie melambaikan tangan memanggilnya. Emily menyeret koper berjalan menghampiri. “Sayang, apa kabar?”sapa Averie ramah. Ia memeluk Emily erat, meminta sopir pribadinya membawakan koper milik Emily. “Baik, ma.”Emily mencium kedua pipi wanita paruh baya itu. “Kamu pasti sangat lelah, ayo kita pergi.” Sepanjang perjalanan, Averia bercerita dengan riang tentang kampung halamannya. Hingga setengah jam kemudian keduanya tiba di Queens Road, Oldham, kediaman Averie. Rumah yang cukup besar dengan nuansa klasik khas British. Dindingnya dihiasi bata expose. Tampak hangat meski cuaca di Manchester hampir sedingin es. Emily merapatkan mantelnya saat telah berada di luar mo

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 19 Kejadian di Pub

    "Aku sangat merindukanmu, Em.”Jonathan memeluk Emily erat. Emily ingin mengatakan hal yang sama. Hampir sebulan mereka tidak bertemu karena kesibukan kantor yang luar biasa. Hanya sempat berkirim pesan. Jonathan melepas pelukan. Nafasnya sedikit tersengal dan matanya berkabut. Dengan gerakan cepat ia mencium bibir Emily, sedikit bernafsu dan buru-buru. Emily tidak menolak. Ia juga ingin menyentuh pria itu sebanyak mungkin. Jonathan mengisap bibirnya, menggigit nya pelan sebelum lidahnya menjelajah, membelit lidah Emily. Emily terhanyut, dadanya berdebar liar. Jonathan melepas mantelnya. Ia mendorong Emily hingga tubuh wanita itu menempel di dinding. Jonathan tak melepas pagutan bibirnya hingga Emily mendorongnya lembut. “Aku tak bisa bernafas.”Emily tersengal. Wajahnya merona merah. Jonathan tersenyum. Ia menatap Emily lekat. Meraih wajah wanita itu dan mencium dengan lembut setiap jengkal wajah Emily. Dada Emily berdesir. Apalagi saat Jonathan mencium lembut bibirnya.

    Last Updated : 2025-03-07
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 20 Aku seorang janda

    "Apa yang terjadi Jonathan? " tanya Emily panik. Jonathan tak bereaksi. Sepertinya ia memiliki firasat akan terjadi sesuatu yang buruk dan Ia tak ingin meninggalkan Emily sendirian. "Jangan khawatir, Em. Kita tunggu di sini. " Lima menit kemudian terjadi kekacauan. Tampaknya ada perkelahian di lorong menuju toilet. Brian berlari menuju meja mereka. “Jonathan, kau harus membantu Andrew.” Jonathan bangkit berdiri. “Kau tunggu disini, Em.” Andrew tampak kewalahan melawan 3 orang di depannya. “Hei, hentikan. Kalian mabuk!”Teriak Jonathan berusaha melerai. Tapi tampaknya seorang diantara mereka yang mabuk berat tak mempedulikan. Ia merangsek maju dengan beringas. Tapi dengan keahlian bela diri yang dimiliki Jonathan apalagi dalam keadaan sadar, Jonathan berhasil menangkis beberapa pukulan yang diarahkan dengan ngawur. Dua yang lain tak mau ketinggalan melihat temannya gagal memukul Jonathan. Ketiganya dengan brutal menyerang. “Hei, hentikan!”teriak Jonathan pada akhirnya b

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 59 Merelakan Weston Corp

    Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 58 Kebebasan Jonathan

    Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 57 Dalang di balik kebakaran

    Kebakaran cepat menyebar dari arah gudang persediaan. Suasana yang sebelumnya sunyi berubah menjadi riuh oleh suara alarm kebakaran dan lalu lalang orang yang panik menuju pintu keluar. Lucas menerima telepon dari keamanan resort tentang beberapa orang yang mencurigakan. "Dua orang cari pelakunya, yang lain segera amankan pengunjung, " perintah Lucas sembari mengeluarkan senjata api dari laci meja kamar tidurnya. Ia bergerak keluar kamar. Sebelumnya ia telah mengkoordinasi staff yang masih bekerja di sif malam untuk melakukan protokol kebakaran. Di luar kamar terlihat Simon dan Kai yang kebingungan mencari sesuatu. "Kau melihat Emily? " tanya Kai panik. Lucas menggeleng. "Kukira dia di kamarnya. " "Tidak ada, aku sudah mencarinya ke sana, " ucap Kai sembari melakukan panggilan telepon. "Aku juga tidak bisa menghubungi Mateo. " "Kau sudah mencarinya di gudang?" tanya Lucas "Gudang sudah terbakar habis, pemadam kebakaran sudah dalam perjalanan ke sini. " "Aku akan m

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 56 Kebakaran Resort Oak beach

    "Ada apa?" tanya Emily tak sabar. Oliver memandang Emily sesaat. Wanita itu semakin terlihat cantik saat kali terakhir ia melihatnya. "Aku ingin minta maaf. " Oliver berterus terang. "Aku memaafkanmu, Oliver. Aku sudah bilang kan aku sudah berdamai dengan masa lalu. " Oliver mengetuk telunjuknya di meja. Tampak berfikir sebelum mengatakan sesuatu. "Sebenarnya aku mandul. " Emily terperanjat, tapi berusaha untuk memasang raut wajah datar. "Setelah pernikahanku dengan Caroline, aku diam-diam memeriksakan kesehatan ku termasuk masalah kesuburan." Emily masih mencerna ucapan Oliver. Ia dan Jonathan belum berkesempatan memeriksakan diri ke dokter. Harusnya Emily bahagia mendengar kabar itu, setidaknya selama pernikahan dengan Oliver bukan dirinya yang mandul. Tapi demi melihat wajah muram Oliver, tiba-tiba ia merasa ikut sedih. "Aku tak tahu harus bilang apa. " Oliver tersenyum pahit. "Kau pasti juga mendengar kabar tentang kehamilan Caroline, kan? " Emily tidak me

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 55 Oliver yang tak pantang menyerah

    Jonathan terlibat perkelahian dengan sesama narapidana. Dua orang narapidana berniat melecehkan Jonathan karena dianggap pria "yang terlalu cantik". Tanpa mereka tahu jika Jonathan memiliki kemampuan bela diri di level tinggi. Namun, sebuah pisau tajam tak ayal menggores wajah Jonathan dari telinga hingga ke pipi. Setelah perawatan ala kadarnya, ketiga narapidana yang terlibat dalam perkelahian dimasukkan ke dalam sel isolasi. Jonathan dikurung di sel isolasi. Sel yang hanya berukuran 2 x 3 meter tanpa jendela. Saat telah berada di dalam, phobia Jonathan kambuh. Ia terduduk di lantai sel karena kesulitan bernafas. Beberapa saat yang menegangkan tiba-tiba ia teringat Emily. Dengan sisa kesadaran Jonathan mencoba mengingat apa yang dilakukan Emily dulu saat berada di lift. Tenang, ambil nafas panjang, hembuskan. Ia memejamkan mata, membayangkan wajah istrinya. Jonathan melakukan beberapa kali hingga 5 menit berlalu dan kepanikannya mulai mereda. Sialan. Ia harus mulai terbiasa dengan

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 54 Karma

    Berita tentang penahanan Jonathan menjadi topik hangat di kalangan pebisnis. Dan Oliver baru menyadari jika resort Oak Beach ternyata milik Jonathan. Unity corp memiliki beberapa jenis bidang usaha di antara nya produksi kebutuhan hotel ameneties. Ia menelepon bagian pemasaran. Memastikan perusahaannya bisa memberikan penawaran produk hotel ameneties menguntungkan bagi resort Oak Beach. Ia memiliki ide untuk bisa mendekati Emily lagi. "Berikan harga terendah khusus untuk resort Oak Beach, aku ingin kerjasama dengan resort itu. " Tak menunggu lama, 2 hari berikutnya Lucas sendiri yang menghubungi pihak pemasaran Unity corp. "Aku ingin contoh produk, jika mutu produk Unity corp bisa bersaing dengan barang sejenis yang telah kami pakai, kami akan gunakan produk kalian. " Seminggu kemudian kesepakatan kerjasama dilakukan. Tanpa sepengetahuan Emily karena memang untuk operasional penginapan, semua dibawah perintah Lucas, Emily hanya sekedar mengawasi administrasi harian. Oliver

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 53 Hukuman penjara untuk Jonathan

    Semua berjalan di luar rencana. Begitu tiba-tiba. Persidangan Anna tidak bisa diteruskan karena pelapor terjerat kasus hukum hingga akhirnya Anna bisa dibebaskan dengan jaminan dan menjalani hukuman sosial selama setahun penuh. Ia mendapat keringanan hukuman karena ini adalah pelanggaran hukum yang pertama kali dilakukannya. James menemui Jonathan untuk mengabarkan jika ia dengan terpaksa harus mengalihkan jabatan Jonathan kepada Jacob. "Weston harus tetap berjalan seperti biasa, Nathan. Aku tak mungkin mengambil alih tugasmu, jadi aku terpaksa memberikannya pada Jocob, " kata James waktu datang mengunjungi Jonathan di penjara 2 hari setelah penahanan pria itu. "Aku mengerti, James. Lakukan yang terbaik untuk Weston. " Jonathan rela melepas kepemimpinannya demi kelangsungan Weston. Sempat terdengar kabar saham Weston turun setelah berita penahanannya. Jonathan tidak mau hal itu berlangsung lama. Ia harus bertindak. Satu-satunya jalan adalah melepas jabatannya sebagai CEO We

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 52 I love you

    Emily panik saat mendengar kabar tentang suaminya yang saat ini berada di kantor polisi. Hampir pukul 10 malam, ketika ia buru-buru menuju kantor polisi dengan menggunakan taksi. Simon dan pengawalnya telah menyelesaikan waktu tugas dan Emily tak ingin merepotkan mereka. Emily menelepon pengacara perusahaan saat dalam perjalanan menuju kantor polisi. Ia tiba beberapa menit sebelum pengacaranya. "Nyonya, tunggu sebentar, saya akan berkoordinasi dengan petugas kepolisian, " jelas Adam tampak serius. Emily masih terlihat panik. "Anda harus menolongnya," pinta Emily memelas. "Saya akan lakukan yang terbaik, Nyonya. " Adam berbicara di depan loket informasi umum sementara Emily menunggu di kursi tunggu kepolisian. Sejurus kemudian Adam menghilang di balik pintu sebuah ruangan. Emily menanti dengan cemas. Apa yang terjadi? Dirinya hanya mendapat telepon tanpa penjelasan detail dari pihak kepolisian. Hingga sejam kemudian, Adam terlihat keluar dari ruangan tanpa Jonathan. "

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 51 Jebakan untuk Jonathan

    Averie datang berkunjung di apartemen Jonathan Minggu sore ini. Sebelumnya Jonathan menceritakan kondisi Emily saat Averie bersikeras menemui menantunya karena sewaktu Emily mengalami kecelakaan ia tidak bisa datang menemani. "Ini mama, Em. " Jonathan membawa Averie masuk dan memperkenalkannya pada Emily. Emily tertegun sesaat. Saat Averie memeluknya dengan kesedihan, ia balas memeluk meski wanita didepannya terasa asing bagi Emily. "Maafkan saya, Nyonya... " "Mama, Emily. " Averie melepas pelukan, memandang Emily. "Kau biasa memanggilku mama. " Emily mengangguk dengan senyum. "Mama."Ia membayangkan dulu dengan Nyonya Edith, ia terbiasa memanggil dengan sebutan nyonya karena mantan mertuanya tak mau dipanggil dengan panggilan mama. " Maaf, aku belum bisa mengingat semuanya." "Tak apa, Sayang. Aku sangat bersyukur kau bisa selamat dari kecelakaan itu," ucap Averie tulus. "Jangan memaksakan diri untuk mengingat, biarkan semua berjalan seperti biasa." Emily mengangguk. I

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status