Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 13 Makan malam keluarga

Share

Bab 13 Makan malam keluarga

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-03-04 05:34:32

Kepala pelayan dengan ramah membawa mereka ke sebuah kamar di lantai dua. “Silahkan masuk tuan Jonathan, kami akan membawa barang bawaan anda segera.”

“Terima kasih, Paul.”

Paul mengangguk dan membungkuk hormat sebelum berlalu pergi.

“Apakah kita akan tinggal dalam satu kamar, Sir?”tanya Emily gugup. Ia mengamati sekeliling. Lampu chandelier bergantung di tengah ruangan. Di samping tempat tidur tampak tirai mewah model overlay warna coklat senada dengan sprei ranjang.

“Kita ini sepasang kekasih, Em, tak mungkin mereka memberi kita kamar berbeda.”Jonathan menahan senyum. Suasana hatinya telah berubah. “Dan biasakan memanggilku sayang seperti tadi, oke?”Ia tersenyum puas.

“Oh come on, Sir,”

“Hei..”

“Sayang…”

“Itu lebih baik,”seru Jonathan

“Tapi dimana aku harus tidur?”Emily memperhatikan, meski kamar tidur itu tampak luas dan berinterior mewah, tapi hanya ada satu ranjang dan sofa kecil .

“Tentu saja di ranjang, Sayang, ”goda Jonathan.

“Berdua?”

“Tenang, tidurku tidak berisik. Aku teman tidur yang baik,”Jonathan mengerlingkan mata.

Emily menjadi panik. “No..no, aku lebih baik tidur di sofa.”

“Sofanya terlalu kecil,”kata Jonathan mengamati sofa di sudut ruangan. “Tidak muat untukmu.”

Emily mendesah pelan. Benar. Sofa mungil itu hanya muat untuk duduk dua orang saja.

“Hei jangan kuatir. Aku berjanji tidak akan terjadi sesuatu kecuali kau menginginkannya.”Jonathan tersenyum penuh makna.

“Aku tidak menginginkan apapun darimu.”Emily berkacak pinggang tampak lucu. Ia tahu maksud perkataan Jonathan.

“Kamu yakin?”Jonathan berjalan mendekat. Tersenyum menggoda dan dengan gerakan pelan ia melepas kaos berkerahnya. Emily membeku di tempat. Tubuh Jonathan atletis, hasil dari latihan fisik yang teratur. Dadanya bidang dan tampak ditumbuhi bulu halus. Bahu lebar serta otot liat pria itu membuat Emily susah payah menelan ludah.

“Aku gerah,”kata Jonathan sadar akan tatapan Emily.

Bagaimana Tuhan bisa menciptakan manusia semenawan ini, batin Emily menahan rasa gugupnya. “Kau menggodaku,”ucap Emily hampir berbisik.

“Apa kau tergoda?”Jonathan tiba-tiba sudah berdiri menjulang di hadapan Emily.

“Tidak, aku sudah kebal akan rayuan lelaki.”

Jonathan terkekeh. “Oh benarkah?”

“Wajah tampan saja tidak cukup menggoyahkanku.”Emily berbohong menutupi suaranya yang gemetar mencium aroma tubuh maskulin dari Jonathan. Parfum kayu bercampur musk yang khas dari pria itu.

“Kau mengakui jika aku tampan?,”Jonathan menahan tawa melihat betapa wajah wanita itu memerah.

“Hanya wanita buta yang bilang kau jelek.”

Jonathan tergelak. Ia bergerak menjauh dan berjalan menuju kamar mandi. “Aku mau mandi. Kamu mau ikut?”

“Gila,”desis Emily mendengus diiringi gelak tawa Jonathan yang segera menghilang dari balik pintu.

Emily menghela nafas panjang berusaha meredakan debaran jantungnya. Dari arah pintu terdengar ketukan.

Dua orang pelayan tampak memberi hormat saat Emily membuka pintu kamar. Setelah meminta ijin keduanya masuk meletakkan barang bawaan Emily dan Jonathan.

“Terima kasih,”kata Emily sebelum kedua pelayan itu pamit keluar kamar.

Emily mulai mengeluarkan pakaian dan menatanya di dalam lemari. Hari sudah beranjak malam saat ia selesai merapikan pekerjaannya. Jonathan pamit keluar kamar beberapa saat yang lalu.

Emily menyalakan beberapa lampu kamar dan menyibakkan tirai jendela.

Di luar jendela ada balkon yang mengarah ke taman rumah dan kolam renang. Temaram lampu taman memberi kesan hangat di area kolam dan kursi duduk yang berjajar di sepanjang kolam.

Pintu kamar kembali diketuk. Apakah pelayan datang untuk mengingatkan makan malam?Emily melirik jam tangan. Masih tersisa satu jam lagi. Emily bergegas membuka pintu saat terdengar ketukan kedua.

Dari ambang pintu tampak Joseph tersenyum kaku. Emily mencium bau alkohol.

“Hai, Emily. Kenapa tidak turun ke bawah?Kulihat tadi ada Jonathan di ruang tengah.”

Emily gentar. Pria itu benar-benar membuatnya takut. Tatapan matanya liar menjelajahi tubuh Emily. Emily menelan saliva gugup. Sebelah tangannya meremas knop pintu.

“Iya, aku akan segera turun.”

“Bolehkah aku masuk?”Tanpa menunggu ijin, Joseph menyerobot masuk.

Emily terkesiap dan buru-buru menghindar. Ia sengaja membuka pintu kamar lebar.

“Sudah berapa lama kau mengenal Jonathan?”

Emily sengaja berdiri di tempat terdekat dengan pintu. Jika sesuatu terjadi ia bisa dengan mudah keluar dari kamar. “Sebulan sejak dia tinggal di kota ini,”jawabnya sedikit terbata

Joseph mengangguk-angguk. Tatapannya nanar melihat sekeliling kamar. Ia kembali melihat ke arah Emily. “Bagaimana kamu mengenalnya?”

“Dari teman.”

“Oh,”Joseph kini duduk di sofa dengan satu tangan diletakkan di sandaran lengan sofa. “Dia masih takut gelap?”

Emily diam membeku. Joseph ternyata tahu kelemahan Jonathan.

“Kukira tidak.”

Joseph terkekeh. “Tentu saja, kalian kan sepasang kekasih, mana mungkin tidur dalam keadaan terang benderang kan?”Jelas nada bicaranya mengacu hal tak senonoh. Ia bangkit dan berjalan mendekat. Emily mundur selangkah. Ia berusaha terlihat tenang.

“Baiklah, manis. Makan malam sudah siap, sebaiknya kamu segera turun,”Ia mengerlingkan mata sebelum berlalu pergi. Emily menghela nafas lega. Membayangkan harus bertahan tiga hari ke depan di tempat ini dan menghadapi manusia menakutkan seperti Joseph. Apakah ia sanggup?

Makan malam kali ini digelar di taman di samping kolam renang. Sengaja di desain casual karena kebanyakan yang hadir kaum muda dari keluarga besar William Walker. Nyonya Averie yang tidak lagi tinggal di Mansion absen malam ini. Ia menyampaikan pesan kepada James bahwa ia akan hadir besok tepat di malam perayaan thanksgiving.

Emily selesai mandi. Ia berdandan cukup berbeda malam ini. Emily memakai salah satu gaun yang dibelikan Jonathan waktu itu. Dress warna hitam yang kontras dengan kulitnya. Baju itu membungkus lekat dari bahu hingga pinggul lalu melebar ke ujung bawah. Sementara rambutnya disanggul sederhana sedikit berantakan tapi terkesan cantik. Ia memoleskan lipstick merah berwarna agak terang dan memulaskan blush on dan eye shadow coklat yang semakin mempertegas warna matanya.

Selesai berdandan, ia segera turun ke bawah. Jonathan yang pertama kali memperhatikannya. Lelaki itu berdiri mematung, matanya lekat memandang Emily tanpa kedip. Beberapa orang yang berkumpul di sepanjang pinggir kolam juga tengah melihat dengan penuh rasa ingin tahu.

“Hei, Emily,”James yang pertama kali menyapa. “Perkenalkan ini istriku,”James menggandeng sosok wanita anggun yang tampak sangat ramah.

“Hei Emily, selamat datang di keluarga Walker, aku Jesicca.”

“Apa kabar?”Mereka saling mencium pipi.

Jonathan segera berjalan mendekat. Dengan posesif , ia merengkuh pinggang Emily dan merekatkan pelukan. “Kalian sudah berkenalan. Dia kekasihku, Jes.”

“Wow, kau pandai memilih kekasih, Nathan,”puji Jessica. “Awasi dia, Em. Kudengar dia memiliki banyak wanita di Manchester.”

Jonathan tertawa. “Sejak kapan kau suka bergosip, Jes?”

“Jika satu orang yang bilang aku takkan percaya, Nathan,”bantah Jessica.” Tapi hampir semua temanku membicarakan kelakuanmu di Manchester.”

“Seperti mereka tidak pernah muda saja,”Jonathan menoleh ke arah Emily. “Jessica teman sekolahku waktu kami tinggal di Manchester.”

“Dulu waktu kami masih sekolah menengah, sebagian teman perempuanku penggemar berat Jonathan. Aku selalu dijadikan kurir oleh mereka. Dan bahagianya aku mendapat banyak barang suap supaya aku membantu gadis gadis itu agar bisa menjadi pacar Jonathan.”Jessica tergelak. James geleng-geleng kepala. “Dan waktu aku kuliah, kudengar kalau Jonathan tak pernah berubah.”

Jonathan ikut tertawa. Setelah obrolan singkat, Jessica dan James pamit mengambil makanan.

Jonathan membisikkan sesuatu di telinga Emily saat mereka hanya berdua saja. “Kau cantik sekali malam ini. Apakah lipstick yang kau pakai tidak terlalu terang?”

“Apa maksudmu?”

“Kau membuat mata mereka silau, Em,”Jonathan menunjuk dengan dagunya segerombolan pria yang berdiri tak jauh dari mereka dan beberapa mencuri pandang ke arah Emily.

Mulut Emily terbuka, hendak mengatakan sesuatu tapi tak jadi. “Kau ingin aku menghapus lipstikku?”tanyanya kemudian, tampak bimbang.

“Tidak usah, biar aku saja, “Jonathan bergerak mendekat. Bibirnya hampir mencapai bibir Emily saat wanita itu tersadar maksud ucapan Jonathan.

“Apa yang kau lakukan?Semua orang melihat kita,”kata Emily panik.

“Biar saja, aku tak sudi mereka melihatmu seperti ini.”

Emily bergerak mundur. “Kau gila, bos.”

Jonathan terkekeh. “Jangan pernah memakainya lagi, aku tidak suka .”

Emily mengerutkan kening. Menurut yang dibacanya di majalah kecantikan, warna lipstick yang dipakainya tengah popular dan diminati banyak perempuan. Memang tampak menonjol karena berwarna merah terang.

“Oke, bos, terserah kau saja,”kata Emily kesal. Padahal rencananya tadi ingin tampil semenarik mungkin dan ia rasa tidak salah. Beberapa orang, dan ini menurutnya, tampak terkesan melihat penampilannya.

“Ayo makan,”Jonathan menggandeng tangan Emily, mengajaknya berjalan ke arah meja penuh dengan makanan. Beberapa kali Jonathan berhenti dan mengenalkan Emily pada sepupu-sepupunya yang hadir. Kebanyakan dari mereka juga membawa teman maupun pasangan.

Dari arah berlawanan tempat mereka berdiri, Pamela tampak berjalan mendekat.

“Hai, tampan,”sapa Pamela tertuju pada Jonathan.

Jonathan berusaha mempertahankan raut wajah bersahabat, tapi tampaknya gagal. Wajah pria itu berubah dingin. “Hai, Pam. Dimana suamimu?Aku tidak melihatnya sedari tadi,”Jonathan berbasa basi

“Si tukang tidur itu?”Pamela tampak sedang membicarakan suaminya. Nadanya terdengar meremehkan. “Dia sudah terlelap sejak sore tadi.”

“Bagaimana kabar si kembar?”Jonathan menanyakan kabar keponakan tirinya, meski dengan nada enggan.

“Baik. Mereka tidak suka acara-acara seperti ini,”jawab Pamela. Ia mengalihkan perhatiannya pada Emily. Seperti biasa tatapannya penuh selidik. “Hai, Emily. Malam ini kau tampak cantik,”pujinya.

“Terima kasih, Pam,”jawab Emily.

“Kalian tidur di kamar atas?”tanya Pamela. “Semoga tidak ada suara gaduh malam ini,”Pamela mengerlingkan mata. Kalimatnya penuh makna.

“Aku tidak bisa janji, Pam,”ujar Jonathan menimpali godaan Pamela masih dengan kesan dingin.

“Wah, aku terlambat rupanya.”Dari arah belakang Jonathan dan Emily terdengar suara Joseph.

Emily bisa merasakan ketegangan dari gestur Jonathan. Perlahan, Emily menyelipkan lengan di pinggang Jonathan, memberikan dukungan pada lelaki itu supaya bisa mengendalikan kegusarannya.

Tatapan Joseph langsung tertuju pada Emily. Dengan mata terpesona.

Jonathan merangkul pundak Emily. “Sebaiknya kami segera makan. Sudah malam.”Jonathan berpaling ke arah Emily. “Ayo sayang, kita makan.”

Emily mengangguk mengikuti langkah Jonathan menuju meja makan.

Sepanjang acara makan, Jonathan tampak lebih banyak diam, seperti kehilangan selera. Emily memahaminya.

“Aku tidak melihat Kai sejak tadi,”ungkap Emily sesaat setelah makan malam usai dan para tamu sudah meninggalkan kediaman keluarga Walker.

“Dia tidak enak badan, pelayan telah membawakan makanan ke kamarnya.”

Emily tidak bertanya lebih jauh. Saat keduanya telah berada di kamar, Emily berencana menceritakan kejadian saat Joseph ke kamar tadi. Tapi melihat raut muram yang tersisa di wajah Jonathan, Emily mengurungkan niat.

Usai berganti pakaian, Emily beranjak ke kamar tidur. Ia terdiam sesaat sebelum dengan hati-hati merebahkan tubuh di dekat Jonathan. Lelaki itu tampak telah tertidur. Matanya terpejam.

Beberapa saat kemudian Emily juga terlelap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 14 Emily tenggelam

    “Sialan!”Jonathan memaki pelan.”Emily.”Ia memanggil wanita di sebelahnya. Emily terbangun dari tidurnya saat tangan kokoh Jonathan mengguncang tubuhnya pelan. Suasana kamar gelap gulita. Emily ingat jika dirinya tidak pernah mematikan lampu kamar. Ia ingat kata-kata Jonathan jika saat tidurpun ia selalu menyalakan lampu. “Tunggu sebentar.”Emily sadar kepanikan yang mulai menyerang Jonathan. Entah sejak kapan lelaki itu berusaha membangunkannya. Emily mengambil handphone dari atas nakas di samping tempat tidur dan menekan tombol senter. Kamar sedikit terang. Emily menoleh ke arah Jonathan yang terduduk di ranjang sembari menyadarkan kepala di sandaran ranjang. Dengan sedikit terburu, Emily turun dari tempat tidur dan menyalakan saklar lampu. Tampaknya mati lampu. Ia segera bergerak perlahan menuju jendela, menyibakkan gorden untuk memastikan di luar juga mati lampu. Suasana taman gelap gulita. Hanya sedikit penerangan dari cahaya bulan. “Bagaimana keadaanmu?”Emily bergerak ke

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 15 Siapa Pelakunya

    Jonathan menyiram tubuhnya sebanyak mungkin berusaha meredam gejolak hasratnya. Menjelang pagi tadi ia terbangun dan menyadari Emily tertidur dengan memeluk lengannya. Sialnya itu membuat hasratnya tiba-tiba bangkit dan ia memaki berkali-kali berusaha menahan gairah. Ini pertama kalinya bagi Jonathan harus berjuang menekan hasratnya sendiri. Baginya sangat mudah mendapat wanita untuk penyaluran nafsu seks. Mereka juga dengan sukarela tanpa imbalan apapun melayaninya. Tapi dengan Emily tidak akan semudah itu. “Hidupku sudah seperti pastor,”keluhnya membatin. Sudah hampir enam bulan ia tidak berhubungan seks dengan wanita manapun. Bayangan Emily membuatnya tak berminat mencari wanita lain. Gila!Runtuknya lagi dalam hati. Perasaan apa ini? Jonathan keluar dari kamar mandi dan segera menyadari Emily tak ada di ruangan. Kemana wanita itu? Pintu kamar tertutup rapat tapi jendela menuju balkon terbuka lebar hingga membuat tirai kamar beberapa kali bergerak tertiup angin. Jonathan bergeg

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 16 Pulang

    Tak ada lagi yang bisa dilakukan Jonathan. Sepanjang pagi hingga menjelang siang ia tak sekalipun keluar kamar. Untuk makan siang pun, Jonathan meminta Paul membawakan makanan untuknya dan Emily. Sebuah ketukan terdengar saat waktu makan siang berakhir. Jonathan membuka pintu dan menemukan wajah khawatir Nyonya Averie, sang ibu “Sayang.”Averie memeluk putranya. “Aku khawatir sekali, kudengar tadi di bawah kekasihmu hampir tenggelam.” “Ya ma.”Jonathan mengurai pelukan .”Apakah kau baru datang?” “Iya, maaf kemarin aku ada acara di tempat lain jadi tak bisa kesini.”Avery melangkah masuk dan mendapati Emily yang tengah duduk berbaring di ranjang. “Apakah ini kekasihmu?Apakah dia Emily?”Wajah Averie masih cantik di usianya yang 60 tahun lebih. Pakaian yang dikenakannya sederhana tapi terkesan anggun dan mahal. Dia membuka kedua tangan lebar memeluk Emily. “Oh sayang, apakah kamu baik-baik saja?”Dia memeluk erat Emily. “Aku sudah membaik Nyonya Averie,”Emily balas memeluk. "Apa k

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 17 Undangan Nyonya Averie

    Jonathan memutuskan untuk mempercepat acara menginap. Malam itu ia mengajak Emily pulang. “Aku akan mengantarmu pulang,”ujar Jonathan singkat saat mereka berdua telah berada di dalam mobil. “Kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja.”Emily berpaling ke arah Jonathan di sampingnya. “Bukankah acara malam ini penting untuk keluarga besarmu?” “Yang terpenting keselamatanmu, Em. Aku tak tahu lagi cara menemukan pelakunya. Apa kau tidak ingat apapun saat kejadian itu?” Emily mencoba mengingat sesuatu. “Maaf, saat itu aku panik, aku tidak ingat apapun.” “Tak apa, kita pulang sekarang.” Keduanya berkendara pulang. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhir tahun di Weston Corp. Kesibukan dimulai di awal bulan Desember. Mulai dari audit internal hingga persiapan libur Natal dan tahun baru. Padatnya jadwal meeting Jonathan dengan seluruh divisi membuatnya jarang bertemu Emily. Hanya menyempatkan mengirim pesan pesan singkat. “Kamu lembur lagi malam ini?”Jonathan mengi

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 18 Selamat datang di Manchester

    Emily tiba di Manchester International Airport sore hari. Jonathan harus menyelesaikan urusan pekerjaan meski di hari libur. Pria itu akan menyusul segera, hanya itu yang bisa diucapkannya tanpa janji pasti kapan. Emily telah berada di terminal kedatangan setelah melalui pemeriksaan imigrasi. Dari kejauhan tampak Averie melambaikan tangan memanggilnya. Emily menyeret koper berjalan menghampiri. “Sayang, apa kabar?”sapa Averie ramah. Ia memeluk Emily erat, meminta sopir pribadinya membawakan koper milik Emily. “Baik, ma.”Emily mencium kedua pipi wanita paruh baya itu. “Kamu pasti sangat lelah, ayo kita pergi.” Sepanjang perjalanan, Averia bercerita dengan riang tentang kampung halamannya. Hingga setengah jam kemudian keduanya tiba di Queens Road, Oldham, kediaman Averie. Rumah yang cukup besar dengan nuansa klasik khas British. Dindingnya dihiasi bata expose. Tampak hangat meski cuaca di Manchester hampir sedingin es. Emily merapatkan mantelnya saat telah berada di luar mo

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 19 Kejadian di Pub

    "Aku sangat merindukanmu, Em.”Jonathan memeluk Emily erat. Emily ingin mengatakan hal yang sama. Hampir sebulan mereka tidak bertemu karena kesibukan kantor yang luar biasa. Hanya sempat berkirim pesan. Jonathan melepas pelukan. Nafasnya sedikit tersengal dan matanya berkabut. Dengan gerakan cepat ia mencium bibir Emily, sedikit bernafsu dan buru-buru. Emily tidak menolak. Ia juga ingin menyentuh pria itu sebanyak mungkin. Jonathan mengisap bibirnya, menggigit nya pelan sebelum lidahnya menjelajah, membelit lidah Emily. Emily terhanyut, dadanya berdebar liar. Jonathan melepas mantelnya. Ia mendorong Emily hingga tubuh wanita itu menempel di dinding. Jonathan tak melepas pagutan bibirnya hingga Emily mendorongnya lembut. “Aku tak bisa bernafas.”Emily tersengal. Wajahnya merona merah. Jonathan tersenyum. Ia menatap Emily lekat. Meraih wajah wanita itu dan mencium dengan lembut setiap jengkal wajah Emily. Dada Emily berdesir. Apalagi saat Jonathan mencium lembut bibirnya.

    Last Updated : 2025-03-07
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 20 Aku seorang janda

    "Apa yang terjadi Jonathan? " tanya Emily panik. Jonathan tak bereaksi. Sepertinya ia memiliki firasat akan terjadi sesuatu yang buruk dan Ia tak ingin meninggalkan Emily sendirian. "Jangan khawatir, Em. Kita tunggu di sini. " Lima menit kemudian terjadi kekacauan. Tampaknya ada perkelahian di lorong menuju toilet. Brian berlari menuju meja mereka. “Jonathan, kau harus membantu Andrew.” Jonathan bangkit berdiri. “Kau tunggu disini, Em.” Andrew tampak kewalahan melawan 3 orang di depannya. “Hei, hentikan. Kalian mabuk!”Teriak Jonathan berusaha melerai. Tapi tampaknya seorang diantara mereka yang mabuk berat tak mempedulikan. Ia merangsek maju dengan beringas. Tapi dengan keahlian bela diri yang dimiliki Jonathan apalagi dalam keadaan sadar, Jonathan berhasil menangkis beberapa pukulan yang diarahkan dengan ngawur. Dua yang lain tak mau ketinggalan melihat temannya gagal memukul Jonathan. Ketiganya dengan brutal menyerang. “Hei, hentikan!”teriak Jonathan pada akhirnya b

    Last Updated : 2025-03-07
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 21 Pesta dan pesta

    Averie bersungguh sungguh dengan pestanya kali ini. Meski terkesan sederhana dan diadakan di rumah, Averie telah memesan catering untuk memenuhi meja dengan penuh makanan. Sore itu kerabat dekatnya mulai berdatangan. Averie tampak bahagia memperkenalkan Emily sebagai kekasih putra tertuanya. “Halo semua, “seru Averie meminta perhatian kerabatnya yang berkumpul di ruang tamu dan sebagian di ruang tengah. “Aku ingin memperkenalkan kekasih Jonathan, namanya Emily. “ Averie tampak berseri-seri. Ia terlihat sangat bahagia berdiri di samping Emily dan Jonathan. Riuh suara bersorak sorai. "Kuharap akan ada pernikahan takkan lama lagi, " ucap Averie lagi. Wajah Emily memerah sementara Jonathan hanya tersenyum menatapnya. "Bukankah ini sangat berlebihan, Jonathan? " bisik Emily kikuk. "Tenang, Em. Sebentar lagi kita pergi dari sini. " Pesta sudah berlangsung hampir 30 menit. Jonathan memperhatikan jam tangan. “Mama, aku harus pergi, aku ada janji dengan teman-temanku.”

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 59 Merelakan Weston Corp

    Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 58 Kebebasan Jonathan

    Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 57 Dalang di balik kebakaran

    Kebakaran cepat menyebar dari arah gudang persediaan. Suasana yang sebelumnya sunyi berubah menjadi riuh oleh suara alarm kebakaran dan lalu lalang orang yang panik menuju pintu keluar. Lucas menerima telepon dari keamanan resort tentang beberapa orang yang mencurigakan. "Dua orang cari pelakunya, yang lain segera amankan pengunjung, " perintah Lucas sembari mengeluarkan senjata api dari laci meja kamar tidurnya. Ia bergerak keluar kamar. Sebelumnya ia telah mengkoordinasi staff yang masih bekerja di sif malam untuk melakukan protokol kebakaran. Di luar kamar terlihat Simon dan Kai yang kebingungan mencari sesuatu. "Kau melihat Emily? " tanya Kai panik. Lucas menggeleng. "Kukira dia di kamarnya. " "Tidak ada, aku sudah mencarinya ke sana, " ucap Kai sembari melakukan panggilan telepon. "Aku juga tidak bisa menghubungi Mateo. " "Kau sudah mencarinya di gudang?" tanya Lucas "Gudang sudah terbakar habis, pemadam kebakaran sudah dalam perjalanan ke sini. " "Aku akan m

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 56 Kebakaran Resort Oak beach

    "Ada apa?" tanya Emily tak sabar. Oliver memandang Emily sesaat. Wanita itu semakin terlihat cantik saat kali terakhir ia melihatnya. "Aku ingin minta maaf. " Oliver berterus terang. "Aku memaafkanmu, Oliver. Aku sudah bilang kan aku sudah berdamai dengan masa lalu. " Oliver mengetuk telunjuknya di meja. Tampak berfikir sebelum mengatakan sesuatu. "Sebenarnya aku mandul. " Emily terperanjat, tapi berusaha untuk memasang raut wajah datar. "Setelah pernikahanku dengan Caroline, aku diam-diam memeriksakan kesehatan ku termasuk masalah kesuburan." Emily masih mencerna ucapan Oliver. Ia dan Jonathan belum berkesempatan memeriksakan diri ke dokter. Harusnya Emily bahagia mendengar kabar itu, setidaknya selama pernikahan dengan Oliver bukan dirinya yang mandul. Tapi demi melihat wajah muram Oliver, tiba-tiba ia merasa ikut sedih. "Aku tak tahu harus bilang apa. " Oliver tersenyum pahit. "Kau pasti juga mendengar kabar tentang kehamilan Caroline, kan? " Emily tidak me

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 55 Oliver yang tak pantang menyerah

    Jonathan terlibat perkelahian dengan sesama narapidana. Dua orang narapidana berniat melecehkan Jonathan karena dianggap pria "yang terlalu cantik". Tanpa mereka tahu jika Jonathan memiliki kemampuan bela diri di level tinggi. Namun, sebuah pisau tajam tak ayal menggores wajah Jonathan dari telinga hingga ke pipi. Setelah perawatan ala kadarnya, ketiga narapidana yang terlibat dalam perkelahian dimasukkan ke dalam sel isolasi. Jonathan dikurung di sel isolasi. Sel yang hanya berukuran 2 x 3 meter tanpa jendela. Saat telah berada di dalam, phobia Jonathan kambuh. Ia terduduk di lantai sel karena kesulitan bernafas. Beberapa saat yang menegangkan tiba-tiba ia teringat Emily. Dengan sisa kesadaran Jonathan mencoba mengingat apa yang dilakukan Emily dulu saat berada di lift. Tenang, ambil nafas panjang, hembuskan. Ia memejamkan mata, membayangkan wajah istrinya. Jonathan melakukan beberapa kali hingga 5 menit berlalu dan kepanikannya mulai mereda. Sialan. Ia harus mulai terbiasa dengan

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 54 Karma

    Berita tentang penahanan Jonathan menjadi topik hangat di kalangan pebisnis. Dan Oliver baru menyadari jika resort Oak Beach ternyata milik Jonathan. Unity corp memiliki beberapa jenis bidang usaha di antara nya produksi kebutuhan hotel ameneties. Ia menelepon bagian pemasaran. Memastikan perusahaannya bisa memberikan penawaran produk hotel ameneties menguntungkan bagi resort Oak Beach. Ia memiliki ide untuk bisa mendekati Emily lagi. "Berikan harga terendah khusus untuk resort Oak Beach, aku ingin kerjasama dengan resort itu. " Tak menunggu lama, 2 hari berikutnya Lucas sendiri yang menghubungi pihak pemasaran Unity corp. "Aku ingin contoh produk, jika mutu produk Unity corp bisa bersaing dengan barang sejenis yang telah kami pakai, kami akan gunakan produk kalian. " Seminggu kemudian kesepakatan kerjasama dilakukan. Tanpa sepengetahuan Emily karena memang untuk operasional penginapan, semua dibawah perintah Lucas, Emily hanya sekedar mengawasi administrasi harian. Oliver

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 53 Hukuman penjara untuk Jonathan

    Semua berjalan di luar rencana. Begitu tiba-tiba. Persidangan Anna tidak bisa diteruskan karena pelapor terjerat kasus hukum hingga akhirnya Anna bisa dibebaskan dengan jaminan dan menjalani hukuman sosial selama setahun penuh. Ia mendapat keringanan hukuman karena ini adalah pelanggaran hukum yang pertama kali dilakukannya. James menemui Jonathan untuk mengabarkan jika ia dengan terpaksa harus mengalihkan jabatan Jonathan kepada Jacob. "Weston harus tetap berjalan seperti biasa, Nathan. Aku tak mungkin mengambil alih tugasmu, jadi aku terpaksa memberikannya pada Jocob, " kata James waktu datang mengunjungi Jonathan di penjara 2 hari setelah penahanan pria itu. "Aku mengerti, James. Lakukan yang terbaik untuk Weston. " Jonathan rela melepas kepemimpinannya demi kelangsungan Weston. Sempat terdengar kabar saham Weston turun setelah berita penahanannya. Jonathan tidak mau hal itu berlangsung lama. Ia harus bertindak. Satu-satunya jalan adalah melepas jabatannya sebagai CEO We

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 52 I love you

    Emily panik saat mendengar kabar tentang suaminya yang saat ini berada di kantor polisi. Hampir pukul 10 malam, ketika ia buru-buru menuju kantor polisi dengan menggunakan taksi. Simon dan pengawalnya telah menyelesaikan waktu tugas dan Emily tak ingin merepotkan mereka. Emily menelepon pengacara perusahaan saat dalam perjalanan menuju kantor polisi. Ia tiba beberapa menit sebelum pengacaranya. "Nyonya, tunggu sebentar, saya akan berkoordinasi dengan petugas kepolisian, " jelas Adam tampak serius. Emily masih terlihat panik. "Anda harus menolongnya," pinta Emily memelas. "Saya akan lakukan yang terbaik, Nyonya. " Adam berbicara di depan loket informasi umum sementara Emily menunggu di kursi tunggu kepolisian. Sejurus kemudian Adam menghilang di balik pintu sebuah ruangan. Emily menanti dengan cemas. Apa yang terjadi? Dirinya hanya mendapat telepon tanpa penjelasan detail dari pihak kepolisian. Hingga sejam kemudian, Adam terlihat keluar dari ruangan tanpa Jonathan. "

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 51 Jebakan untuk Jonathan

    Averie datang berkunjung di apartemen Jonathan Minggu sore ini. Sebelumnya Jonathan menceritakan kondisi Emily saat Averie bersikeras menemui menantunya karena sewaktu Emily mengalami kecelakaan ia tidak bisa datang menemani. "Ini mama, Em. " Jonathan membawa Averie masuk dan memperkenalkannya pada Emily. Emily tertegun sesaat. Saat Averie memeluknya dengan kesedihan, ia balas memeluk meski wanita didepannya terasa asing bagi Emily. "Maafkan saya, Nyonya... " "Mama, Emily. " Averie melepas pelukan, memandang Emily. "Kau biasa memanggilku mama. " Emily mengangguk dengan senyum. "Mama."Ia membayangkan dulu dengan Nyonya Edith, ia terbiasa memanggil dengan sebutan nyonya karena mantan mertuanya tak mau dipanggil dengan panggilan mama. " Maaf, aku belum bisa mengingat semuanya." "Tak apa, Sayang. Aku sangat bersyukur kau bisa selamat dari kecelakaan itu," ucap Averie tulus. "Jangan memaksakan diri untuk mengingat, biarkan semua berjalan seperti biasa." Emily mengangguk. I

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status