"Apa yang terjadi Jonathan? " tanya Emily panik. Jonathan tak bereaksi. Sepertinya ia memiliki firasat akan terjadi sesuatu yang buruk dan Ia tak ingin meninggalkan Emily sendirian. "Jangan khawatir, Em. Kita tunggu di sini. " Lima menit kemudian terjadi kekacauan. Tampaknya ada perkelahian di lorong menuju toilet. Brian berlari menuju meja mereka. “Jonathan, kau harus membantu Andrew.” Jonathan bangkit berdiri. “Kau tunggu disini, Em.” Andrew tampak kewalahan melawan 3 orang di depannya. “Hei, hentikan. Kalian mabuk!”Teriak Jonathan berusaha melerai. Tapi tampaknya seorang diantara mereka yang mabuk berat tak mempedulikan. Ia merangsek maju dengan beringas. Tapi dengan keahlian bela diri yang dimiliki Jonathan apalagi dalam keadaan sadar, Jonathan berhasil menangkis beberapa pukulan yang diarahkan dengan ngawur. Dua yang lain tak mau ketinggalan melihat temannya gagal memukul Jonathan. Ketiganya dengan brutal menyerang. “Hei, hentikan!”teriak Jonathan pada akhirnya b
Averie bersungguh sungguh dengan pestanya kali ini. Meski terkesan sederhana dan diadakan di rumah, Averie telah memesan catering untuk memenuhi meja dengan penuh makanan. Sore itu kerabat dekatnya mulai berdatangan. Averie tampak bahagia memperkenalkan Emily sebagai kekasih putra tertuanya. “Halo semua, “seru Averie meminta perhatian kerabatnya yang berkumpul di ruang tamu dan sebagian di ruang tengah. “Aku ingin memperkenalkan kekasih Jonathan, namanya Emily. “ Averie tampak berseri-seri. Ia terlihat sangat bahagia berdiri di samping Emily dan Jonathan. Riuh suara bersorak sorai. "Kuharap akan ada pernikahan takkan lama lagi, " ucap Averie lagi. Wajah Emily memerah sementara Jonathan hanya tersenyum menatapnya. "Bukankah ini sangat berlebihan, Jonathan? " bisik Emily kikuk. "Tenang, Em. Sebentar lagi kita pergi dari sini. " Pesta sudah berlangsung hampir 30 menit. Jonathan memperhatikan jam tangan. “Mama, aku harus pergi, aku ada janji dengan teman-temanku.”
Emily sedikit ceria di pagi harinya. Pun saat Jonathan mengajak Emily menikmati pergantian tahun di apartemen Brian. Emily tampak seperti biasa. Mereka tiba di apartemen Brian pukul 7 malam. Hadir juga Paul, Andrew, Zichen dan kekasihnya. “Apakah kalian ingin memesan sesuatu?”tanya Brian melambaikan ponselnya dari arah dapur. Ia tidak memiliki persiapan untuk acara tahun baru. Hanya ada beberapa minuman kaleng dan bahan pokok makanan yang belum dimasak. “Terlalu lama, Brian. Aku sudah lapar,”keluh Zichen. Di malam pergantian tahun seperti ini biasanya akan lama memperoleh makanan yang bisa diantar lewat aplikasi makanan. “Apa kau punya sesuatu untuk dimasak?’ “Tentu. Kau mau memasak?”Brian mengeluarkan semua bahan makanan dari dalam lemari es. Zichen menggaruk kepala. “Aku tak pernah memasak dengan bahan seperti ini, apa kau bisa, Sayang?”tanya Zichen pada kekasihnya. Jade, wanita berdarah campuran Inggris Asia, tertawa. “Sejak kapan aku bisa masak, Zichen?” Apartemen Ziche
Emily memasukkan pakaian terakhir ke dalam koper. Hari ini waktunya kembali pulang. Beberapa hari ke depan rutinitas pekerjaaan sudah harus dijalaninya kembali. “Aku pamit pulang. Terima kasih banyak atas semuanya.”Emily mencium pipi Averie dan Samantha. “Sayang, kamu harus menjadwalkan lagi untuk menginap di rumah kami.”Averie memeluk Emily. Sejak kematian William Walker, Averie memutuskan untuk tinggal di Manchester. Hanya sesekali ia berkunjung ke Manhattan. “Tentu, ma.” “Hati-hati di jalan.”Ganti Samantha sekarang memeluk Emily. “Baiklah, kami berangkat dulu.”Jonathan menyeret koper Emily. Ia sendiri hanya membawa ransel ukuran besar di pundaknya. Sopir pribadi Averie memasukkan koper dan ransel ke dalam bagasi. Penerbangan dari Manchester ke New York membutuhkan waktu sekitar 9 jam, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju Manhattan. Simon sudah bersiap di pintu kedatangan bandara International JFK. “Terima kasih, Simon,”ucap Emily saat Simon membuka pint
Tepat sebulan kemudian. Andrew tiba di bandara International JFK siang hari. Ia bersama 3 orang staff yang akan membantu dalam survey Lokasi, persiapan dokumen jual beli dan renovasi tempat penginapan. Di pintu kedatangan tampak Simon membawa tulisan cukup besar bertuliskan Andrew Lane. Ia berbaris rapi di antara para penjemput lainnya. Andrew berjalan mendekat. “Kamu pasti, Simon.” Simon mengangguk memberi hormat. “Benar, Sir. Silakan ikut saya.” Keempatnya berjalan bergegas mengikuti Simon ke tempat parkir mobil. “Mr Jonathan menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa ikut menjemput.” “Tidak mengapa, aku tahu dia sibuk.”Andrew mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Jonathan jika dirinya telah bertemu Simon dan dalam perjalanan menuju hotel. Andrew menolak undangan Jonathan untuk menginap di apartemennya karena ia datang tidak sendiri. Esok harinya Jonathan dan Andrew bertemu dengan broker real estate yang akan membawa mereka ke beberapa lokasi property. P
Andrew adalah pria Inggris berdarah Irlandia. Ayah ibunya sama sama pebisnis. Ayahnya memiliki jaringan bisnis property yang menggurita di Inggris Raya sedangkan sang Ibu memiliki brand fashion terkenal yang berpusat di London. Andrew merupakan sulung dari 3 bersaudara. Dia mewarisi bisnis property sang ayah sedangkan 2 adik perempuannya tak tertarik dengan dunia bisnis samasekali. Adik keduanya, Alice adalah seorang dokter obgyn dan Brianna masih kuliah. Tampak dari luar Andrew pria normal dengan banyak kekasih. Tapi sebenarnya, di balik itu Andrew memiliki kecenderungan seks yang di luar kebiasaan. Andrew menyukai gaya hubungan BDSM (Bondage, Dominance, Sadism and Masochism) dan dia adalah seorang Dominan. Andrew menyukai perannya sebagai seorang dominan, dimana ia memiliki kekuasaan penuh selama kegiatan intim. Tidak banyak yang tahu mengenai kebiasaan Andrew yang rapi dan tersembunyi. Jonathan salah satu orang yang mengetahuinya. Meski tanpa sengaja. Malam itu Jonathan hendak m
warning 18+ Andrew menyandarkan kepala di sandaran sofa mewah di hotel mahal area Oak beach. Ia menghabiskan hampir setengah isi bir dingin yang ada di tangan kirinya. Ia memejamkan mata, berfantasi tentang Emily. Mata sendu itu. Bagaimana caranya agar wanita itu bersedia menjadi submisif nya? Ia bahkan menyingkirkan pikiran jika Emily adalah kekasih Jonathan. Ia harus mendapatkan wanita itu. Dua bulan setelah proses renovasi. Jonathan dengan berat hati harus meninggalkan Emily untuk perjalanan bisnis ke Australia hingga seminggu mendatang. Ia berpesan kepada Simon untuk tidak meninggalkan Emily apapun yang terjadi. Seperti biasa, sore selepas pulang kantor Emily menyempatkan mendatangi lokasi penginapan saat terdengar nada panggilan dari ponselnya. Dari Eden. “Halo Eden. Ada apa?” Sedetik kemudian wajah Emily memucat. “Simon, kita ke rumah sakit,”pintanya kepada Simon yang segera berbalik arah menuju rumah sakit. Robert Patterson jatuh pingsan. Pagi ini cuaca mendung ber
Andrew menatap ponselnya. Baru saja ia mengakhiri telepon dengan Eden. Gadis itu lebih mudah didekati daripada kakaknya. Eden telah terperangkap ke dalam pesona Andrew. Andrew tersenyum miring. Ini tidak akan lama. Eden jenis gadis yang mudah takluk dengan lelaki mapan dan Andrew memiliki segalanya yang diimpikan Eden pada sosok laki-laki. Andrew memejamkan mata. Imajinasinya tumbuh liar. Membayangkan Emily berlutut dengan borgol di tangannya, dengan pasrah membiarkan Andrew berbuat sesuka hatinya sebagai pihak dominan. Andrew tersenyum. Ia harus segera menjalankan rencananya. Sementara di sebuah kamar di kediaman mendiang Robert Patterson, tampak Eden berbaring dengan wajah berbinar. Ia menatap langit-langit kamar. Ia tak menduga samasekali, pada akhirnya impiannya terwujud. Seorang laki-laki tampan dan mapan tertarik dengannya. Bahkan mengajaknya makan malam!Eden ingin berteriak kencang. Hatinya berbunga bunga. Bukan hanya kakaknya yang beruntung bisa menikahi pria tampan dan kay
Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu
Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha
Kebakaran cepat menyebar dari arah gudang persediaan. Suasana yang sebelumnya sunyi berubah menjadi riuh oleh suara alarm kebakaran dan lalu lalang orang yang panik menuju pintu keluar. Lucas menerima telepon dari keamanan resort tentang beberapa orang yang mencurigakan. "Dua orang cari pelakunya, yang lain segera amankan pengunjung, " perintah Lucas sembari mengeluarkan senjata api dari laci meja kamar tidurnya. Ia bergerak keluar kamar. Sebelumnya ia telah mengkoordinasi staff yang masih bekerja di sif malam untuk melakukan protokol kebakaran. Di luar kamar terlihat Simon dan Kai yang kebingungan mencari sesuatu. "Kau melihat Emily? " tanya Kai panik. Lucas menggeleng. "Kukira dia di kamarnya. " "Tidak ada, aku sudah mencarinya ke sana, " ucap Kai sembari melakukan panggilan telepon. "Aku juga tidak bisa menghubungi Mateo. " "Kau sudah mencarinya di gudang?" tanya Lucas "Gudang sudah terbakar habis, pemadam kebakaran sudah dalam perjalanan ke sini. " "Aku akan m
"Ada apa?" tanya Emily tak sabar. Oliver memandang Emily sesaat. Wanita itu semakin terlihat cantik saat kali terakhir ia melihatnya. "Aku ingin minta maaf. " Oliver berterus terang. "Aku memaafkanmu, Oliver. Aku sudah bilang kan aku sudah berdamai dengan masa lalu. " Oliver mengetuk telunjuknya di meja. Tampak berfikir sebelum mengatakan sesuatu. "Sebenarnya aku mandul. " Emily terperanjat, tapi berusaha untuk memasang raut wajah datar. "Setelah pernikahanku dengan Caroline, aku diam-diam memeriksakan kesehatan ku termasuk masalah kesuburan." Emily masih mencerna ucapan Oliver. Ia dan Jonathan belum berkesempatan memeriksakan diri ke dokter. Harusnya Emily bahagia mendengar kabar itu, setidaknya selama pernikahan dengan Oliver bukan dirinya yang mandul. Tapi demi melihat wajah muram Oliver, tiba-tiba ia merasa ikut sedih. "Aku tak tahu harus bilang apa. " Oliver tersenyum pahit. "Kau pasti juga mendengar kabar tentang kehamilan Caroline, kan? " Emily tidak me
Jonathan terlibat perkelahian dengan sesama narapidana. Dua orang narapidana berniat melecehkan Jonathan karena dianggap pria "yang terlalu cantik". Tanpa mereka tahu jika Jonathan memiliki kemampuan bela diri di level tinggi. Namun, sebuah pisau tajam tak ayal menggores wajah Jonathan dari telinga hingga ke pipi. Setelah perawatan ala kadarnya, ketiga narapidana yang terlibat dalam perkelahian dimasukkan ke dalam sel isolasi. Jonathan dikurung di sel isolasi. Sel yang hanya berukuran 2 x 3 meter tanpa jendela. Saat telah berada di dalam, phobia Jonathan kambuh. Ia terduduk di lantai sel karena kesulitan bernafas. Beberapa saat yang menegangkan tiba-tiba ia teringat Emily. Dengan sisa kesadaran Jonathan mencoba mengingat apa yang dilakukan Emily dulu saat berada di lift. Tenang, ambil nafas panjang, hembuskan. Ia memejamkan mata, membayangkan wajah istrinya. Jonathan melakukan beberapa kali hingga 5 menit berlalu dan kepanikannya mulai mereda. Sialan. Ia harus mulai terbiasa dengan
Berita tentang penahanan Jonathan menjadi topik hangat di kalangan pebisnis. Dan Oliver baru menyadari jika resort Oak Beach ternyata milik Jonathan. Unity corp memiliki beberapa jenis bidang usaha di antara nya produksi kebutuhan hotel ameneties. Ia menelepon bagian pemasaran. Memastikan perusahaannya bisa memberikan penawaran produk hotel ameneties menguntungkan bagi resort Oak Beach. Ia memiliki ide untuk bisa mendekati Emily lagi. "Berikan harga terendah khusus untuk resort Oak Beach, aku ingin kerjasama dengan resort itu. " Tak menunggu lama, 2 hari berikutnya Lucas sendiri yang menghubungi pihak pemasaran Unity corp. "Aku ingin contoh produk, jika mutu produk Unity corp bisa bersaing dengan barang sejenis yang telah kami pakai, kami akan gunakan produk kalian. " Seminggu kemudian kesepakatan kerjasama dilakukan. Tanpa sepengetahuan Emily karena memang untuk operasional penginapan, semua dibawah perintah Lucas, Emily hanya sekedar mengawasi administrasi harian. Oliver
Semua berjalan di luar rencana. Begitu tiba-tiba. Persidangan Anna tidak bisa diteruskan karena pelapor terjerat kasus hukum hingga akhirnya Anna bisa dibebaskan dengan jaminan dan menjalani hukuman sosial selama setahun penuh. Ia mendapat keringanan hukuman karena ini adalah pelanggaran hukum yang pertama kali dilakukannya. James menemui Jonathan untuk mengabarkan jika ia dengan terpaksa harus mengalihkan jabatan Jonathan kepada Jacob. "Weston harus tetap berjalan seperti biasa, Nathan. Aku tak mungkin mengambil alih tugasmu, jadi aku terpaksa memberikannya pada Jocob, " kata James waktu datang mengunjungi Jonathan di penjara 2 hari setelah penahanan pria itu. "Aku mengerti, James. Lakukan yang terbaik untuk Weston. " Jonathan rela melepas kepemimpinannya demi kelangsungan Weston. Sempat terdengar kabar saham Weston turun setelah berita penahanannya. Jonathan tidak mau hal itu berlangsung lama. Ia harus bertindak. Satu-satunya jalan adalah melepas jabatannya sebagai CEO We
Emily panik saat mendengar kabar tentang suaminya yang saat ini berada di kantor polisi. Hampir pukul 10 malam, ketika ia buru-buru menuju kantor polisi dengan menggunakan taksi. Simon dan pengawalnya telah menyelesaikan waktu tugas dan Emily tak ingin merepotkan mereka. Emily menelepon pengacara perusahaan saat dalam perjalanan menuju kantor polisi. Ia tiba beberapa menit sebelum pengacaranya. "Nyonya, tunggu sebentar, saya akan berkoordinasi dengan petugas kepolisian, " jelas Adam tampak serius. Emily masih terlihat panik. "Anda harus menolongnya," pinta Emily memelas. "Saya akan lakukan yang terbaik, Nyonya. " Adam berbicara di depan loket informasi umum sementara Emily menunggu di kursi tunggu kepolisian. Sejurus kemudian Adam menghilang di balik pintu sebuah ruangan. Emily menanti dengan cemas. Apa yang terjadi? Dirinya hanya mendapat telepon tanpa penjelasan detail dari pihak kepolisian. Hingga sejam kemudian, Adam terlihat keluar dari ruangan tanpa Jonathan. "
Averie datang berkunjung di apartemen Jonathan Minggu sore ini. Sebelumnya Jonathan menceritakan kondisi Emily saat Averie bersikeras menemui menantunya karena sewaktu Emily mengalami kecelakaan ia tidak bisa datang menemani. "Ini mama, Em. " Jonathan membawa Averie masuk dan memperkenalkannya pada Emily. Emily tertegun sesaat. Saat Averie memeluknya dengan kesedihan, ia balas memeluk meski wanita didepannya terasa asing bagi Emily. "Maafkan saya, Nyonya... " "Mama, Emily. " Averie melepas pelukan, memandang Emily. "Kau biasa memanggilku mama. " Emily mengangguk dengan senyum. "Mama."Ia membayangkan dulu dengan Nyonya Edith, ia terbiasa memanggil dengan sebutan nyonya karena mantan mertuanya tak mau dipanggil dengan panggilan mama. " Maaf, aku belum bisa mengingat semuanya." "Tak apa, Sayang. Aku sangat bersyukur kau bisa selamat dari kecelakaan itu," ucap Averie tulus. "Jangan memaksakan diri untuk mengingat, biarkan semua berjalan seperti biasa." Emily mengangguk. I