Share

Sosok paman Juna; Sammy Satyadharma

Presensi Jihan Pitaloka jelas merupakan keistimewaan bagi si Hardinata. Dia yang tiada jemu merenggangkan sudut-sudut bibirnya menjadi bukti valid untuk disimak. Hari-harinya seakan hanya diisi kegembiraan dan kobaran semangat. Seperti saat ini di mana dia sedang tersenyum lebar usai mengajak si gadis manis ke taman bermain di Ibu Kota. "Kita punya satu jam dua puluh menit untuk melepaskan beban pikiran, Ji. Aku janji setelahnya kita makan enak dan pulang. Lalu, menunggumu bersiap-siap untuk pergi ke kafe. Bagaimana? Rencanaku bagus 'kan?"

"Astaga, Dave! Kita sudah hampir seharian ini bersama-sama. Apa kau tidak kepikiran Amel sedikitpun? Dia pasti mencarimu." Namun, si Hardinata justru tersenyum tenang sebelum dia menaiki motornya.

"Kau lupa dia tidak ada di sini? Amel pulang ke kampung halaman untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit." Dan Jihan tak dapat menyangkal kebenaran tersebut, dia sungguhan lupa. "Mau naik tidak? Pergunakan waktu singkat ini sebaik-baiknya, Jihan. Setidakn
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status