Home / Young Adult / Cinta itu Love / Bab 5. Rem Mulut Blong.

Share

Bab 5. Rem Mulut Blong.

Author: Azzurra
last update Last Updated: 2025-01-12 23:20:09

“Laras, setelah pulang sekolah kamu ke kantor ibu dulu ya.” Bu Ida guru BK sekolahku memanggil di depan kelas dengan suara mendayu-dayu merdu.

Guru BK di sekolahku terkenal cantik mempesona. Suaranya lemah lembut, dandanannya selalu matching, siapapun yang masuk ke ruangannya akan keluar dengan wajah cerah, entah apa yang dilakukan di dalam karna ruangan tertutup rapat.

Tok,tok,tok ... Ku ketuk pintu ruang kantor Bu Ida.

“Silahkan masuk,” ucap suara di dalam dengan aksen ramah. Aku masuk dan terperanjat kaget, ku dapati Pak Bagas sudah duduk di kursi tersangka. Kepalanya menegok ke arahku, tatapannya tajam seperti menembus jantungku.

“Silahkan duduk Laras,” ucap Bu Ida sopan. Guru BK yang satu ini memang lembut, cantik, sopan. Kalo aku disuruh menilai attitudenya aku kasih angka 9,9. Kenapa ga 100? Karna yang maha sempurna hanya milik Allah.

Aku duduk di sebelah Pak Bagas yang terlihat santai. Hatiku dag dig dug tak karuan karna duduk bersebelahan dengan Arjunaku. Ku pilin-pilin ujung jilbab untuk menghilangkan gerogi.

"Ada masah apa gerangan sampe aku di panggil Bu Ida ke ruangannya bersama Pak Bagas," batinku.

Ehemm ... Bu Ida berdehem sebelum memulai pembicaraan. Netranya menatapku penuh selidik.

“Maaf Pak Bagas, Laras." Bu Ida mentap kami berdua bergantian. Lalu menarik nafas perlahan.

"Saya mendapat laporan dari beberapa murid." Wanita cantik ini menjeda ucapannya.

"Katanya kalian berdua berbuat tak senonoh?" Lagi guru BK ku menghentikan ucapan netranya awas menatap wajah kami bergantian. Lalu menarik nafas dalam. "Tadi ada yang melapor katanya Laras melihat Pak Bagas tanpa pakaian?"

Aku terperanjat dengan penuturan Bu Ida. Wanita cantik ini kembali berucap. "Hal ini melanggar norma. Apa lagi ini lingkungan sekolah tak seharusnya kejadian seperti ini menjadi konsumsi publik. Saya memanggil Pak Bagas dan Laras hanya ingin mengetahui kejadian pastinya. Jika memang ada kejadian yang melanggar norma maka harus ditindak sesuai peraturan sekolah,” ucap Bu Ida tanpa jeda seperti sebelumnya, netra bermaskara lentik ini terus memandangi kami berdua bergantian seperti menguliti.

“Mmmm, Sebenarnya kejadiannya ...."

“Begini Bu.“

Belum aku selesai menjawab pertanyaan Bu Ida, Pak Bagas menyela dan menjelaskan sejelas-jelasnya kejadian yang sebenarnya, kronologi kejadian tanpa pakaian. Dengan bahasa yang pas, tanpa gerogi dan salah tingkah karena gestur berpengaruh sekali, aku yakin Bu Ida bisa mendeteksi antara perkataan yang benar dan tidak dari cara kami menyampaikan keterangan.

***

“Gimana, Ras?” dari kejauhan kulihat Irma menghampiriku, kulirik jam di pergelangan tangan, satu jam berada di ruangan Bu Ida.

“Itu yang masalah gue di rumah elo, tadi gue 'kan keceplosan pas olah raga ada yang ngadu yang enggak-enggak ke Bu Ida. bener-bener lidah tak bertulang, gampang banget ngadu-ngadu," ujarku masam.

"Makanya punya mulut di pasang rem yang pakem, biar nggak keceplosan mulu," ujar Irma, tangannya mencubit bibirku hingga maju beberapa centi.

Ku tepis tangan Irma dari bibirku, lalu berdecak kesal. "Mana ada yang jual rem mulut."

Irma terkikik.

"Mungkin besok giliran elo yang dipanggil buat saksi, biar tambah yakin tuh guru cantik," ucapku. “Udah yu pulang, apa makan dulu?”tanyaku, lelah juga ketawa ketiwi di ruangan Bu Ida.

Semua yang terjadi hanya salah paham. Dengan mudahnya orang memfitnah berusaha mencemarkan nama baik, jika ditanggapi dengan amarah maka akan menjadi masalah yang sulit di kendalikan.

***

“Ma, Pak Bagas bener kaka kandung, elo?” tanyaku masih penasaran. Menatap Pak Bagas yang kebetulan melintas di hadapanku. Irma hanya menganggukan kepala.

“Kok elo gak pernah cerita-cerita punya kakak ganteng begitu?" tanyaku.

“Apa untungnya gue cerita-cerita,” ucapnya santai.

“Iya juga siihh." Aku seperti orang bodoh yang mengangguk-anggukan kepala.

“Hai, Irma!!" Beberapa murid perempuan menghampiri kami. Irma mendongak melihat ke arah murid-murid yang sudah duduk di samping kami. Lalu Irma mengambil kertas di kantong baju, membuka dan menunjukan ke sekumpulan siswi yang sudah duduk di sebelah kami.

• DILARANG MENDEKAT KALO CUMA MAU TANYA SOAL KANEBO KERING ALIAS PAK BAGASKARA. *

Tanpa banyak bicara lagi siswi tadi langsung berhambur pergi. Gerundelan terdengar samar dari mulut mereka.

“Berarti gue special ya, Ma? Kesempatan gue terbuka lebar, yes!“ ekspresi kemenanganku terlihat jelas. Bibirku tersungging lebar.

“Heran gue, apa sih menariknya kaka gue, orang gak pernah senyum gitu,” ucap Irma tanpa beban.

"Elo liat tiap hari, jadi nggak sadar Pak Bagas tampan dan mempesona," ucapku mengebu, mencoba meyakinkan adik Bagaskara bahwa dia tampan. Apa gunanya coba? Meyakinkan Irma untuk menerima kenyataan kalau kakaknya ganteng.

"Ma gue kemaren di tantang taruhan sama Alya, dia naksir juga sama Pak Bagas," ujarku berbisik.

"Gila banget kalian, tarohan apa? Kaya nggak ada laki lain aja ngerebutin laki satu, ogah banget gue," Irma menggedikkan bahu.

Aku melotot ke arah Irma, "Bisa nggak jangan kenceng-kenceng begitu ngomongnya, gue udah pelan-pelan begini." cuma mulutku yang komat kamit, aku khawatir ada yang dengar dan mengadu pada Exel.

Dan benar saja, sedetik kemudian suara Exel terdengar di gendang telingaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta itu Love   Bab 6. Dengan Siapa?

    "Aduhh ... Mati gue," Aku memejamkan mata, terlihat Irma tersenyum kikuk melihat expresiku. "Lagi ngobrol apa? Kaya rahasia?" tanya lelaki berperawakan tinggi ini. Menaruh bobot tubuh di sebelahku, juga menaruh sebuah novel di atas meja. Melihat cover novel incaranku ada di atas meja seketika netraku berbinar. "Akhirnya elo dapet juga ini buku Bang?" tanyaku sumringah. "Apa sih yang nggak bisa buat kamu," ucap Exel masih mode datar, di lihat dari expresinya sepertinya dia sedang tak baik-baik aja. "Siang jalan yuk," ajak Exel lagi. "Hayo!!" Irma menyahut sumringah ajakan Exel. Netranya berbinar menatap Excel Lelaki ini bangun dari duduk memasukkan tangan ke saku celana, berdiri menatapku. "Ajakin tuh Laras, kalo dia nggak ikut elo yang traktir gue." Dengan santai Exel meninggalkan kami. Irma hanya menatap Exel tanpa kata. "Apa maksudnya coba, kalo elo nggak ikut gue yang harus traktir dia!" Irma menatap punggung Exel dan aku bergantian. Aku terkikik melihat expre

    Last Updated : 2025-01-12
  • Cinta itu Love   Bab 7 Rindu.

    Hingga hari ini, setelah terakhir aku melihat Pak Bagas tempo hari, Lelaki tampan itu belum lagi mengajar di sekolah. Memang Pak Bagas hanya guru sementara, hanya menggantikan Pak Arif. Hari-hari ku galau, konsentrasiku buyar, aku merindukan Pak Bagas. Mungkin inilah sebabnya, Emak wanti-wanti dari dulu, anak-anaknya di larang pacaran sebelum memiliki pekerjaan mapan dan siap menuju pelaminan. Kata Emak kalo udah siap langsung nikah, gak usah pacar-pacaran, udah 'mah dosa, bisa bikin pikiran ga karuan, buang buang waktu. Nggak bosen Emak ngingetin anak-anaknya jangan pada pacaran. Maksud Emak, bikin pikiran nggak karuan, ini kali ya? yang aku rasakan sekarang. Dan ternyata perkataan emak bayak benernya. Sekarang di pikiranku cuma ada si Arjuna Bagaskara. Aku mengacak rambut frustasi. Mak, Emak kok top banget sih kalo nasehatin anak, gimana ini Mak, hati Laras kepincut guru ganteng, Laras kangen berat sama Pak Bagas, Mak. Hatiku mereog nggak karuan. "Ma, gue main ke rumah elo y

    Last Updated : 2025-01-30
  • Cinta itu Love   Bab 8 Curiga

    Bab 8“Gimana Laraass ... Sudah berhasil menaklukan Pak Bagas? “ tanya Alya di dekat telingaku saat aku sedang melamunkan pak Bagas di pembatas pagar.“Hhmmm ...." Aku bergumam, menatap bola mata Alya yang berbinar. "Dan elo, gimana? Sudah bisa menaklukan-nya?" tanyaku menaik turunkan alis.“Mungkin selangkah lagi,” ucapnya percaya diri.“Dan gue gak percaya,” jawabku. “Karna Pak Bagas sudah punya pacar.” Alyaa sedikit terperanjat mendengar ucapanku “Masa, gak tau?” ujarku lagi, dengan percaya diri, kini aku memasang wajah kemenangan."Apa sih yang Alya nggak tau tentang Pak Bagas??" Gadis di depanku melipat tangan di dada, senyumnya mencibir. Berusaha menetralkan keterkejutannya."Oh, ya?" "Hm ... Jadi kamu sudah siap kalah??" Alya berbicara pelan. Dari senyumnya terpancar aura kemenang. Bibirnya tersungnging sepertinya dia benar-benar akan mendapatkan Pak Bagas. Setelah mengatakan hal itu Alya berlalu dari hadapanku melenggang dengan angkuh, meninggalkan aku yang kini semakin g

    Last Updated : 2025-01-31
  • Cinta itu Love   Bab 9 Siapa Lagi?

    Bab 9 “Ikutin yu Ma,” ku tarik tangan Irma, dia masih asik makan ayam krispi kesukaannya. “Aduh ... ini belum abis, mubazir Laras!” Dia tak bergeming dari kursi. Netraku masih awas melihat ke arah mana Pak Bagas berjalan. “Nanti balik lagi,” ucapku, tapi Irma tak juga mengangkat bokong. Aku langsung beranjak dari duduk, mengikuti arah pergi Pak bagas, sedikit berlari karna lelaki pujaanku sudah tak terjangkau pandangan mata. Ku cari-cari keberadaannya tapi tak ku temukan. Aku berjalan lunglai ke arah Irma yang sudah mencuci tangan. “Siapa tadi ya, Ma? Anggun. Kayanya cantik deh mukanya. Maksud gue, gue pengen berpenampilan kaya gitu. Biasanya cowok-cowok modelan kaya abang elo itu sukanya cewe kaya gitu, “ ucapku antusias. “Tapi kita kan masih SMA, ntar elo dipanggil ukhti,” ucapnya sotoy. “Ya ga ada salahnya juga, ukhti-ukhti kan cantik-cantik dan anggun. Demi dapetin arjuna apa sih yang nggak,” ucap ku bersemangat. “Niat awal udah ga bagus.” Irma mencibir. “Biarin,

    Last Updated : 2025-02-01
  • Cinta itu Love   Bab 10 Pilih yang Mana??

    Bab 10 “Ras bangun,” Emak menggoyang-goyang kakiku yang terlelap di kasur king size dengan buku berserakan. Ada pepatah mengatakan rumahku istanaku. Kalo pepatahku mengatakan, kamarku istanaku. “Uuuhhh,” ku renggangkan tangan ke atas dan menatap orang yang membangunkanku. “Kenapa Mak?” tanyaku, parau. “Itu ada Excel datang, ganteng pisan, bawa martabak kesukaan emak lagi, buruan keluar tapi solat isya dulu tadi kamu belom solat,” ucap emak sumringah, bibirnya klimis bekas menggigit martabak sepertinya. Excel yang ngapelin gue, kenapa emak yang girang banget ya, pikirku. “Iya Mak,” aku bangkit langsung menuju kamar mandi berwudhu dan melakukan ibadah kepada sang pencipta. “Niihh, Nak exel liat nih, ini laras waktu masih bayi, lucu yaa,” terdengar suara Emak menemani Exel di teras, entah sedang mengobrol apa. Aku dekati bangku Emak duduk, netraku membeliak melihat benda yang sedang ditunjukkan ke arah lawan bicaranya. “Ya ampun Mak,” aku langsung merebut foto memori ket

    Last Updated : 2025-02-01
  • Cinta itu Love   Bab 11

    “Exeeelll !” teriakku, saat melihat lelaki bertubuh jangkung itu melintas di depan kelasku.Seketika dia menoleh ke arahku.“Eehhhh ... Yayang Laras yang manggil.” Dia tersenyum sumringah.“Mau kemana? “ tanyaku.“Mau ke kantor dulu, nanti pulang sekolah tunggu gue dulu,” ucapnya terlihat terburu-buru menuju kantor entah ingin melakukan apa. Aku hanya mengangguk tak enak mengajaknya berbicara lebih lama.“Ma nanti pulang sekolah main duu yuk. Refresing sebelum ujian dimulai, “ ajakku pada Irma.“Hayo aja gue mah kalo diajakin,” ucapnya slowww.“Iyaaa ngerti gue, ntar kita ajak ATM aja, biar bisa seneng-seneng ga modal,” ucapku menaik turunkan alis.“Halahhh gue jadi obat nyamuk,” ucapnya. “Sebenernya loe itu mau ama abang gue apa sama Exel? tanya Irma, lagi.“Laahh Exel kan temenan doang,” ucapku.“Tapi dia suka sama elo Laraass, elo bego apa pura-pura bego,” tanya Irma sambil menoyor

    Last Updated : 2025-02-02
  • Cinta itu Love   Bab 12

    Bab 12“Oohhh itu kaka gue, tar kapan-kapan gue kenalin ya,” jawab Exel sambil menghidupkan mobil dan melajukannya. “cantik,” gumamku. "Oohhh jadi itu kakanya Excel, mungkinkah dia ada hubungan special dengan pak Bagas? atau Pak Bagas ngajar di sini karna kakaknya Exel?" Aku terus bermain dengan pikiranku.Selama perjalanan pikiranku makin runyam. Mau mengorek keterangan dari Excel tapi harus menunggu waktu yang tepat, biar ngga disebut ‘kepo’. Duh Laras emang harus kepo biar tau informasi.“Irmaaaa ... Pelor banget loo.” Teriakku, saat ku tengok kebelakang, Irma sudah merebahkan tubuh dan terlihat pulas.“Ishh ... berisik, tar Kalo udah nyampe bangunin,” ujarnya, meraih bantal kecil, lalu menindih dengan kepalanya.“Kakanya Excel itu dokter, wisudanya bareng ama kaka gue, Ras, baru inget gue," ucap Irma yang sambil melanjutkan tidurnya.“Iya Bang?” ku tengok ke arah Exel yang fokus mengemudi.“Iya, dia

    Last Updated : 2025-02-02
  • Cinta itu Love   Bab 13

    Bab 13"Perlu saya cium?" Aku menganga, menatap manik mata Pak Bagas, terpancar keseriusan di sana, dan aku tak menyangka guru kulkasku mengatakan hal ini.Teman-temanku bersorak mendengar penuturan Pak Bagas. Lelaki ini mendekatkan wajah ke arahku.Netraku membulat, semakin tak menyangka dia melakukan aksi ini di depan murid -muridnya. Sorak sorai mengikuti aksi guru kulkasku."Jangan Pak." Tanganku menahan pundak Pak Bagas agar tak semakin mendekat. kepalaku menggeleng pelan. Aku menelan saliva susah payah. Jarak kami sudah sangat dekat bahkan aku bisa merasakan hembusan nafas Pak Bagas. Jantungku bertalu, hatiku mereog, embat Laras biar nggak penasaran. Aku menatap bibir kemerahan milik lelaki yang wajahnya hanya satu centi didepanku. Ya Tuhan malu Laras masa di depan temen-temen, hati baikku berkata."Ayo, ayo, sedikit lagi Laras," Suara-suara teman laknatku menyemangati kegiatan yang tak seharusnya terjadi ini.

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Cinta itu Love   Bab 86

    Laras mencoba merapatkan mata, tetapi jantungnya berirama semakin keras, apalagi genggaman tangan Excel semakin membuat rasa menggelegak ingin di sentuh di tempat yang lain. Beberapa saat Laras mengontrol degup jantung yang semakin berpacu, tubuhnya meminta di sentuh lebih. Laras menarik tangannya, mengganti posisi tidur, tetapi masih juga tak bisa terpejam, dia bangun mengambil gelas di atas nakas lalu meminum air mineral berusaha mendinginkan tubuh. Excel hanya menatap istrinya yang terlihat gelisah. Lalu kembali memejamkan mata, mungkin mereka nervous pikir Excel. Laras masih duduk, tak juga merebahkan tubuh. "Kenapa, Yang. Sini babang kelonin kalo nggak bisa tidur." "Ck. Jangan ambil kesempatan Bang." Laras turun dari ranjang mengambil lotion, mengolesi ke seluruh tubuhnya. Mendingan, nggak panas banget, ujar Laras. Masuk kembali ke dalam bedcover. Excel memejamkan mata, menghirup aroma wangi lotion, membuat jantung Excel berpacu 10 kali lipat dari biasanya, otaknya

  • Cinta itu Love   Bab 85

    Netra Excel awas menatap pintu kamar mandi. Akhirnya pintu terbuka. Bibir Excel tersungging melihat Laras mengenakan pakaian tidur hello kitty berwarna Pink. Anak-anak sekali, gumam Excel, jauh dari ekspektasi, Excel mengira Laras keluar dengan pakaian satin tembus pandang. "Beneran kamu nggak mandi dulu?" Excel menggeleng. Menarik bangku yang akan di duduki Laras. "Silahkan princes."Mulut Laras mencebik. "Makasih, Tuan.""Sama-sama, Ces."Excel duduk di bangkunya. Laras tersenyum, jarinya membenarkan rambut, lalu menjepit ke belakang telinga. Netra tajam Excel terus menatap Laras.Tos. Excel meraih gelas air putih mengulurkan ke hadapan Laras. Laras pun melakukan hal yang sama. Bibir gadis ini melengkung indah. Memang benar-benar labil sebentar marah, kasal tapi sebentar sudah normal lagi. ***Irma duduk di tepi ranjang melamun memikirkan banyak hal. Termasuk Laras sahabatnya. Irma membuang nafas pelan, mengingat percakapannya barusan dengan Excel. Irma memberikan tas yang di

  • Cinta itu Love   Bab 84

    "Kamu butuh kepastian seperti apa? Kamu mau liat ini ku besar atau tidak?" Laras gesit menarik tangannya ketika Excel menempelkan telapak tangannya pada kejantanannya. "Ish ... Bukan Bang.""Terus?" "Lo ng-"Lagi Excel menempelkan jemari di mulut Laras. "Kamu.""Baangg." Laras merengek. "Oke. Lanjut.""K-kamu ..." Laras kikuk berbicara dengan bahasa formal. "Kamu apa?" Laras membuang nafas pelan. Menatap gedung-gedung tinggi di hadapannya. "Kamu banyak pacar, terutama sama Niken, aku --""Cemburu, takut, khawatir?" Laras mengangguk, "Secara kita masih sama-sama muda Bang, aku nggak bisa pastikan kamu nggak bakalan bosen sama aku. Dan kamu sungguh sungguh, nggak akan berkhianat di belakang aku.""Ras, kalo untuk masa yang akan datang aku juga nggak bisa janji." Laras menatap Excel kesal. "Dengerin dulu, untuk pernikahan ini aku udah janji di hadapan orang tuamu dan Tuhan, untuk menjagamu, melakukan kewajibanku. Tau nggak sebelum nikah aku udah belajar bab nikah agar aku siap

  • Cinta itu Love   Bab 83

    Lelaki jangkung ini menemui Sarah dan Bagaskara, memberi selamat pada gebetan istrinya dan sekarang jadi ipar. "Saya panggil Mas atau Pak?" Excel mengusap alis pelan."Mas, dong." Bagas menepuk lengan Excel."Selamat, Mas. Jagain Kak Sarah yang suka penasaran dan usil.""Pasti, kamu juga selamat ya. Jagain juga Laras."Kedua alis mata Excel mengernyit,menatap Bagaskara. "Nggak usah cemburu mulai sekarang, aku juga udah punya yang lebih cantik." kelakar Bagaskara. Bibir Sarah langsung mengembang, tersenyum jumawa. "Laras bukan apa-apa di banding saya." Selalu Sarah seperti di atas angin, selalu dia merasa lebih baik dari siapapun. "Iya, Kak. Iya." Aku turun. "Foto dulu." Nata naik ke atas pelaminan melihat putranya berada di sini. "Laras mana?" tanya Nata lagi. Sebentar aku telpon. Beberapa kali Excel menghubungi Laras, tetapi tak di angkat, lalu Excel mengirim pesan, jika Laras ditunggu untuk berfoto. "Laras mengirimkan gambar wajahnya."Excel terbelalak melihat wajah Laras.

  • Cinta itu Love   Ba 82

    Hari yang di nantikan Sarah tiba. Pesta mewah di gelar di hotel berbintang. Artis dan pejabat negara yang sering berseliweran di telivisi hadir di acara sakral ini. Bagaskara lelaki bernama Bagaskara itu berdiri dengan angkuh di atas pelaminan, sama angkuhnya dengan sang surya yang bertengger tegak menyinari bumi. Tubuh tinggi tegap dengan setelah jaz mahal menambah ketampanan lelaki ini. Laras menatap damba Pada Bagaskara, sejak tadi pandangan matanya tak lepas dari lelaki yang selalu tersenyum ramah pada setiap tamu yang menyalaminya. "Eh kita foto yuk." Anti menarik tangan Laras. Melihat Anti juga Laras mendekat ke pelaminan Alya mengekor di belakang. Gadis-gadis cantik ini tersenyum manis, dari mulutnya selalu keluar candaan-candaan menghibur. "Selamat ya Pak Bagas. Kak Sarah, langgeng abadi buat kalian." Anti paling dulu menjabat tangan Bagaskara, di susul Alya, dan terakhir Laras. "Selamat ya, Mas," ucap Laras. Sarah mendengus mendengar Laras memanggil Mas. "Jangan lama-la

  • Cinta itu Love   Bab 81

    Mobil berjalan merayap. Jam pulang kerja sudah di pastikan macet hingga akar-akarnya. Nata menatap Excle yang menjambak rambutnya frustasi. "Jangan main paksa. Biarin dia menyesuaikan diri. Yang penting dia udah jadi milik kamu, nggak bakal ada yang bisa nikung kamu. Sekarang kamu fokus belajar. Mengembangkan diri. Buktikan kamu bukan lelaki yang dia sangka kan. Jadi Excel yang bisa melebarkan sayap Wijaya semakin bekibar. Dengan melihat keberhasilan mu cepat atau lambat dia akan mendekat.""Sekarang pun aku bisa kasih apa yang dia butuh, dan mau.""Berarti perempuanmu special. Dia tak mau memiliki lelaki yang hanya mengandalkan hasil warisan." Mata Nata mengerling, senyumnya lebar penuh kepuasan menampakkan gigi kekuningan akibat rokok. "Dia!!" Gigi Excel bergemelutuk menahan emosi. Tangannya mengepal memukul kaca mobil. Nata tersenyum. Mengingat Laras menyindir kejantanan Excel, membuat wajah putranya seketika merah padam malu. "Kamu sama dia belum ngapa-ngapain. Temen kamu Nik

  • Cinta itu Love   Bab 80

    Mulut kedua anak ini menganga, bulu matanya mengerjab-ngerjab. "Berarti punya Excel kecil, kalo elo nggak ngerasain sakit," ujar Alya. Hah!! Laras dan Irma saling tatap. "Sayang banget, cowo keren begitu anunya kecil." timpal Irma. Laras membenarkan letak duduk, dia diam sesaat. Melihat Laras murung, Irma berinisiatif menghibur. "Tenang Ras. Banyak dokter canggih, dia 'kan banyak duit, lo cari dokter hebat buat ngobatin anu-nya." "Ishh ... Ngapain repot-repot. Untung tes drive dulu si Laras. Ini gunanya tes drive sebelum nikah, jadi tau dia unggul nggak, udah tinggal, Ras. Jangan di terusin," Saran Laras. "Menjerumuskan banget nih bocah satu, tes Drive, kalo Lo punya 20 pacar semua mau Lo tes?" pelotot Irma.Alya terkekeh.Laras melongo frustasi, "Masalahnya gue udah di nikahin sama Excel.""Apa!!" kembali suara kedua gadis ini menggema memenuhi kabin pesawat. Seorang pramugara tampan mendekat mengingatkan agar berbicara lebih pelan karna bisa mengganggu kenyamanan penumpang la

  • Cinta itu Love   Bab 79

    Laras berjalan pelan, hatinya berdebar, bukan karna mengingat ciuman mereka tetapi sedang menimbang jawaban apa yang tepat jika Irma dan yang lain bertanya. Perasaan gadis ini begitu lega ketika dia sampai di depan pintu kamar, dan tak ada pandangan mencurigakan dari teman-temannya. "Bang, gue masuk." Lirih Laras bersuara. "Nanti sampe Jakarta langsung ngabarin, ya."Laras segera membuka pintu, tetapi tangannya di cekal Excel. "Bang." Netra Laras memohon agar Excel tak berulah. "Nanti ada yang liat." Laras semakin khawatir, karna Excel sedah menyentuh pinggangnya. Excel melepas tangan dari pinggang Laras. "Gue, nyusul ke Jakarta, tungguin di rumah." Excel mengecup kening Laras, dan pergi meninggalkan Laras dengan perasaan tidak rela. Assalamualaikum. Salam Laras ketika sudah di dalam. Alya dan Irma menengok. "Tumben lo akur sampe tidur bareng."Pasokan oksigen tetiba di rasa berhenti mendengar penuturan Alya. Laras terpaku di tempat entah harus menjawab apa. "Dari dulu juga ak

  • Cinta itu Love   Bab 78

    Bola mata Excel membola, "Bekas Niken?? gue masih perjaka ting-ting. Ayo Ras, kita nyobain lagi." Excel membopong Laras ke atas ranjang, walau Laras berontak lelaki ini tak peduli, tangannya dengan kuat mengangkat dan merebahkan Laras di pembaringan. Dengan cepat Laras bangun dan menghindar, bak kelinci kecil sedang dalam buruan, wajah Laras terlihat khawatir."Jangan macem-macem, Bang!" Salak Laras.Kakinya Loncat dari tempat tidur ke atas sofa. Tunggu!!Kanya kalo baru pertama kali sakit, kenapa ini nggak ada berasa apa-apa ya??? pikir Laras. Excel bangun kaki kokohnya sampai di sofa dengan hanya sekali loncatan. Dengan kuat Excel mencekal tangan Laras yang sudah bersiap menghindar. Lengan kekar Excle melingkar di pinggang Laras. Nafas mereka memburu, dada yang saling melekat bergerak naik turun. Laras memasang wajah penuh permohonan."Lepasin Cel." pinggul Laras bergerak gerak menimbulkan gesekan. Tangannya memukul-mukul dada Excel. Bagi lelaki ini, tangan Laras yang memukul t

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status