Kun Shian merenungi nasibnya sebagai Pengawal Pangeran Kesebelas, Pangeran Nian. Sudah seminggu berada di istana dan hanya berada di sekitar kediaman Pangeran kesebelas, tidak pernah keluar dari tempat ini.
“Ini bukan lagi istana tapi penjara mewah.” Gerutu shian yang seperti biasanya di atas atap kediaman utam pangeran sambil memandangi setiap bangunan istana.
Ia melihat Pangeran Nian sedang berdiri di bawah pohon, “Ckckck... Nasibnya malang sekali, tapi nasibku juga jadi ikut malang.”
“Kun Shian!” Panggil Pangeran tanpa menengok kearahnya.
Shian langsung berdiri dari duduknya. ”Yang Mulia!” Sahutnya dengan posisi menunduk.
“Bersiaplah!” Perintah Pangeran.
Bersiap?
Awalnya Shian kebingungan tetapi akhirnya dia paham bahwa Pangeran akan pergi ke suatu tempat. Ia segera melompat dari atap kediaman pangeran dan segera mengambil busur dan barangnya yang selalu dibungkus kain. Ahan memimpin jalan sedangkan Shian berjalan di belakang Pangeran.
“Yang Mulia, ini...” Shian bingung karena jalan yang di laluinya bersama Pangeran bukan jalan yang ia lewati saat datang ke istana. mereka sedang menyelinap keluar istana.
“Kita akan keluar istana.” Ucap Pangeran.
Baru seminggu tiba di istana dan sudah berani menyelinap bersama pangeran ke luar istana. ini bukan hal yang baik menurut Shian tetapi ia tetap mengikuti pangeran tanpa protes karen merasa bosan di istana. Tiba-tiba shian teringat bahwa orang-orang di luar istana banyak yang mengenalnya. Jika dia keluar bersama pangeran akan menimbulkan masalah.
“Gawat!” Ucap Shian panik.
Pangeran dan Ahan menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Shian.
“Ada apa?” Tanya Pangeran.
“Ini tidak baik! Orang-orang di luar banyak yang mengenalku.” Jawabnya.
“Yang mulia, orang-orang pasti sudah mendengar aku berada di istana saat ini dan jika mereka melihatku pasti akan menjadi masalah.” Lanjutnya.
Pangeran mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan memberikannya kepada Shian, “Gunakan ini untuk menutup wajahmu!”
“Terimakasih, Yang Mulia!” ucap Shian sambil menerima sapu tangan tersebut. Lalu menggunakan sapu tangan tersebut untuk menutup wajahnya, tak lupa ia melepas pengikat kepalanya.
Mereka akhirnya tiba di luar istana.
Shian mendekati Ahan lalu berbisik,”Kenapa ramai sekali?”
“Kamu tidak tahu?” Ahan balik bertanya dan Shian menggeleng.
“Besok Putra mahkota akan menikah.” Lanjut Ahan.
Bahkan rakyat biasapun merayakannya...
Pangeran memasuki sebuah toko kain dan memilih beberapa kain. Shian terkejut melihat Pangeran memilih Kain yang kualitasnya sangat tidak sesuai dengan statusnya. Seorang pangeran, anak sah raja membeli kain dengan Kualitas yang cukup buruk dan harganya murah. Meskipun melihat keanehan itu, Shian tidak berani untuk mengungkapkan isi hatinya.
Sepertinya selama ini informasi tentang pangeran yang kukumpulkan sangat kurang.
Setelah memilih beberapa barang merekapun kembali ke istana dan jalan yang mereka lalui sama seperti sebelumnya. Kali ini Pangeran berjalan di paling depan sedangkan Ahan dan Shian berjalan di belakang Pangeran dengan membawa belanjaan pangeran. Melihat bagaimana pangeran menjalani hari-harinya, Shian tidak begitu terkejut karena sebelum datang ke istana ia sudah mengumpulkan berbagai informasi tentang Pangeran. Hanya saja semua ini terasa sangat tidak adil.
Ketika tiba di kediamannya, Pangeran segera memerintahkan Ahan untuk mempersiapkan semuanya.
“Anda akan datang?” Tanya Ahan dan Pangeran mengangguk.
“Bukankah biasanya..” Ahan tidak melanjutkan ucapannya.
“Kali ini aku harus datang karena ini pernikahan putra mahkota.” Ucap Pangeran sambil mengingat Putra Mahkota sama sekali tidak pernah memperlakukannya seperti saudaranya yang lain.
Shian berdiri sambil bersandar di tiang penyangga kediaman, ia hanya menyimak pembicaraan serius Pangeran dan Ahan.
“Tapi sangat berbahaya untuk datang.” Ucap Ahan yang merasa khawatir akan keselamatan Pangeran Kesebelas, “Anda hanya punya dua pengawal dan..” Ahan mengarahkan pandangannya kearah Shian, ia juga khawatir karena Shian belum lama di istana.
Shian segera menunduk sambil berkata,”Pangeran tidak perlu khawatir, Aku sudah memperhatikan istana dari atas sana.” Ia menunjuk ke atas dan maksudnya adalah atap.
Hari itu pangeran memberikan arahan kepada Ahan dan Shian agar saat pernikahan putra mahkota tidak terjadi kekacauan yang mungkin akan timbul akibat kedatangannya. Pangeran sangat berhati-hati akan hal ini, mengingat bahwa saudaranya banyak yang tidak menyukainya. Raja sendiri sulit untuk membelanya apabila terjadi sesuatu padanya. Inilah nasib dari Pangeran Kesebelas. biasanya anak termuda akan sangat disayangi tetapi dirinya malah sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari Raja maupun permaisuri. Tidak memiliki pelayan dan istana yang mewah.
Di saat yang sama di kediaman putra mahkota semua orang tengah sibuk mempersiapkan berbagai macam hal untuk upacara pernikahan yang akan diadakan besok. Pangeran kedua, kelima, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh datang untuk membantu putra mahkota.
“Sayang sekali kak Yuan (Pangeran keempat) tidak ada di sini.” Ucap Pangeran Kesembilan.
“Yuan dan Huan (Pangeran ketiga) sedang menjalankan tugas dari ayah.” Pangeran Kedua menanggapi Pangeran kesembilan yang terlihat murung. Pangeran keempat memang terkenal dekat dengan pangeran kesembilan.
Putra Mahkota yang berdiri tak jauh dari mereka dan ia tersenyum menatap adik-adiknya lalu ikut dalam pembicaraan, “Mereka akan kembali besok.”
“Alangkah baiknya jika semua datang.” Lanjut Putra Mahkota. Benar, dia berharap adik bungsunya datang.
“Sepertinya Nian tidak akan datang.” Pangeran kesepuluh menanggapi ucapan Putra Mahkota.
“Apa yang bisa diharapkan darinya?” Ucap Pangeran kelima dengan sinis, “kedatangannya hanya akan membawa bencana.”
“Kakak Benar.” Dukung pangeran kedelapan.
“Suan, Jangan bicara sembarangan!” Pangeran kedua menegur pangeran kelima.
“Bagaimanapun dia adik kita.” Lanjutnya.
Putra Mahkota menatap saudara-saudaranya dengan wajah sedih. Ia menyayangkan bahwa saudaranya harus saling membenci hanya karena dipengaruhi oleh ucapan dari orang luar dan lebih menyedihkan lagi ia tidak bisa menghentikan konflik ini. Setiap hari dirinya dihantui oleh bayang-bayang saudaranya yang mungkin saja suatu hari nanti akan di manfaatkan oleh orang lain hingga saling menyakiti.
Hari pernikahan tiba.
Pangeran kesebelas harus berangkat dari kediamannya lebih awal karena kediamannya sangat jauh dari kediaman putra mahkota. Ahan dan Shian mengikuti dari belakang dengan membawa kotak yang dibungkus rapi, itu adalah hadiah pernikahan yang disiapkan oleh Pangeran Kesebelas untuk Putra Mahkota. Dalam perjalanan, Shian memperhatikan sekitarnya karena ini adalah pertama kalinya ia berjalan ke kediaman lain di istana sejak masuk istana. Ia harus memperhatikan setiap sudut istana agar jika terjadi sesuatu yang genting ia sudah tidak asing lagi dengan sudut istana.
“Nian..” Seseorang memanggil Pangeran Kesebelas.
Pangeran Kesebelas segera mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan tampak di hadapannya berdiri Pangeran Ketiga. Bukan suatu kebetulan mereka bertemu karena untuk menuju ke kediaman Putra Mahkota dari kediaman Pangeran kesebelas harus melewati kediaman beberapa pangeran lainnya.
Ketiga melihat pangeran Ketiga, Ahan dan Shian membungkuk sebagai tanda menghormati Pangeran ketiga.
“Pangeran Ketiga..” Sapa Pangeran Kesebelas sambil tersenyum lalu membungkuk sejenak.
Pangeran Ketiga tertawa, “Kau masih sama sepeti sebelumya.”
“Tidak pernah memanggilku Kakak.” Lanjutnya.
Pangeran Kesebelas tersenyum. “Ini adalah caraku menghormati Anda.”
Pangeran Ketiga membalas senyuman Pangeran Kesebelas dan pandangannya teralihkan, ia menatap Shian. “Dia..”
Pangeran Kesebelas memotong ucapan Pangeran Ketiga,”Dia Kun shian, pengawal baru yang Ayah pilih.”
Shian segera memberi hormat kepada Pangeran Ketiga.
Pertemuan itu akhirnya membuat pangeran Ketiga dan Pangeran Kesebelas menuju ke kediaman Putra Mahkota bersama-sama. Mereka masih akan bertemu Pangeran Kelima dan Ketujuh jika keduanya belum berangkat. Bertemu Pangeran Kelima pasti akan sedikit menyulitkan Pangeran Kesebelas.
Benar saja, Pangeran Kesebelas bertemu dengan keduanya sekaligus di depan kediaman pangeran kelima. Tidak hanya pangeran kelima dan Tujuh yang berada di sana, ada pangeran keenam dan delapan.
Ahan dan Shian saling bertatapan melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Mereka kemudian secara bersamaan menundukkan kepala. Pangeran Kesebelas kemudian memberikan salam dan hormatnya kepada semua saudaranya.
“Kak Zian Datang bersama Nian?” Pangeran Kedelapan terkejut melihat Kedatangan Pangeran Ketiga dan Kesebelas.
Semua mata tertuju pada Nian, juga kepada Shian. Setelah satu minggu pangeran lain akhirnya melihat pengawal baru Pangeran Kesebelas.
“Dia anak jenderal kun?” Tanya Pangeran Keenam.
“Ya!” Jawab Pangeran Kedelapan.
“Menarik.” Jawab Pangeran keenam sambil tersenyum. Ia seperti terpikirkan hal-hal usil.
“Menarik? Apa kakak tidak lihat, dia sama sekali tidak terlihat kompoten.” Pangeran kedelepan kesal mendengar Pangeran Keenam memuji Shian.
“Bukankah bagus jika seperti itu.” Pangeran Ketujuh menanggapi ucapan Pangeran kedelapan.
Pemandangan ini sangat tidak menguntungkan Pangeran Kesebelas. Belum lagi ada pangeran kedelapan dan kelima yang secara terang-terangan membenci Pangeran Kesebelas. Pangeran Ketiga kemudian mengajak Pangeran lainnya untuk berjalan bersama menuju kediaman Putra Mahkota.
“Apa kak zian tidak ingin mengadakan kontes berburu lagi?“ Tanya Pangeran Kedelapan.
“Kontes berburu? Sepertinya ide bagus.” Pangeran ketiga menanggapi pertanyaan Pangeran kedelapan dengan antusias.
“Jika aku mengadakannya pangeran Kesebelas harus ikut.” Ucap Pangeran Ketiga sambil menoleh ke arah Pangeran Kesebelas yang berada di belakang. Pangeran Kesebelas sengaja berjalan di belakang sendirian, ia sedang menjaga jarak dari saudaranya yang lain untuk menghindari pertikaian. Pangeran Kesebelas hanya membalas pangeran ketiga dengan senyuman.
“Ikut?” pangeran Ketiga tertawa geli, “Memegang pedang saja tidak mampu.” Pangeran Ketiga meremehkan Pangeran Kesebelas.
Pangeran Kesebelas hanya mendengar Pangeran Kelima meremehkannya, tetapi Shian sangat kesal. Ia hendak mengeluarkan pedangnya tetapi Ahan segera menatapnya dan mengeleng pelan sebagai isyarat jangan. Shian menarik nafasnya perlahan untuk menenangkan dirinya, ia sangat tidak suka melihat orang yang suka meremehkan kemampuan orang lain.
Sifat pangeran satu ini sangat buruk.
Suasana kediaman Putra Mahkota sudah ramai Ketika mereka tiba. Raja dan Permaisuri sudah duduk di Altar dan para pangeran maupun putri sudah berdiri di samping kiri dan kanan secara berurutan menurut kelahiran masing-masing. Baris depan kiri kanan akan dimulai dari Pangeran kedua dan Ketiga hingga di akhiri oleh pangeran Sepuluh dan sebelas di dekat pintu masuk. Lalu di belakang mereka berdiri para pejabat kerajaan, sedangkan Anak perempuan raja berada di paling belakang dibalik tirai yang sudah di tata.
“Nian juga datang..” Ucap Permaisuri yang sangat melihat kedatangan Pangeran Kesebelas.
Semua mata tertuju pada Pangeran Kesebelas, ia menjadi pusat perhatian.
“Yang mulia Raja dan Permaisuri..” Ucapnya memberi salam kepada Raja dan permaisuri sambil memberi hormat.
“Sepertinya dia sudah tidak menganggap siapapun yang berada di sini sebagai keluarganya.” Sindir Pangeran Keempat.
“Yuan!” Raja menegur Pangeran Keempat.
Upacara pernikahan pun dimulai. Putra Mahkota dan Putri Mahkota memasuki Altar pernikahan. Keduanya berdiri dihadapan Raja dan Permaisuri lalu melakukan sumpah pernikahan serta melakukan pernghormatan kepada Raja dan Permaisuri.
Setelah upacara selesai dilakukan Jamuan hanya saja Pangeran Kesembilan memilih untuk beranjak dari kediaman Putra Mahkota. Ia segera menghampiri Putra Mahkota dan Istrinya untuk memberikan hadiah pernikahan.
“Yang Mulia, Putra Mahkota dan Putri Mahkota,” Ucapnya sambil memberikan penghormatan kepada keduanya,”Selamat atas pernikahan Anda!”
“Nian.. Tidak perlu memanggilku seperti itu.” Pinta Putra Mahkota.
Pangeran Kesebelas tersenyum,”Aku harus melakukannya untuk menghormati Anda.”
Shian dan Ahan menghampiri Pangeran Kesebelas dengan membawa kotak hadiah yang sudah dipersiapkan Pangeran Kesebelas untuk Putra Mahkota. Kotak hadiah yang tampak sederhana itu diletakkan oleh Ahan dan Shian di hadapan Putra Mahkota dan Putri Mahkota, lalu setelahya mereka berdua berdiri di belakang Pangeran Kesebelas. Hadiah yang tampak sederhana ini menuai kritikan dari para pangeran lainnya.
“Sangat tidak sopan!” Bentak Pangeran Keempat.
“Hadiah murahan seperti ini diberikan kepada pangeran.” Lanjutnya dengan wajah marah.
“Yuan...” Putra Mahkota menatapnya sambil menggeleng. Ia meminta Pangeran Keempat untuk tidak membuat masalah.
Sayangnya, Pangeran Lainnya turut mengkritik.
“Bahkan para pelayan saja memberikan hadiah yang lebih bagus dari ini!” Ucap Pangeran Kedelapan.
Shian sangat kesal melihat adegan yang ada di hadapannya dan lebih kesalnya lagi karena Pangeran Kesebelas tidak melawan mereka, begitu juga pangeran yang lain tidak ada satupun yang membelanya. Ia menggenggam pedangnya sangat kuat karena menahan amarahnya yang menggebu-gebu.
Satu kata lagi akan kucabut pedangku!
“Tidak ada yang salah dengan hadiah apapun yang diberikan kepadaku. Semua sama dimataku tidak ada yang namanya murah atau mahal untuk setiap hadiah yang diberikan, semua berharga.” Ucap Putra Mahkota sambil tersenyum lalu memberikan arahan kepada pelayannya untuk menyimpan hadiah yang diberikan oleh Pangeran Kesebelas.
Pangeran lain tidak kehilangan akal untuk membuat Pangeran Kesebelas mendapat masalah. Banyak sekali ide-ide jahat yang muncul di hati dan pikiran para pangeran lain yang tidak menyukai Pangeran Kesebelas.
“Kak.. Bukankah hari ini hari bahagiamu dan kali ini semua lengkap.” Ucap Pangeran Kelima.
“Dan lihat! kini ada putra Jenderal Kun bersamanya sebagai pengawal pribadinya. Seperti yang kita tahu kedua putra jenderal Kun yang berada di kemiliteran Kerajaan sangat hebat, Bagaimana jika kita melihat kehebatan Putra Jenderal Kun yang menjadi Pengawal Pangeran Kesebelas?” Lanjut Pangeran Kelima.
Pangeran yang lain menyetujui ucapan dari Pangeran Kelima Karena mereka juga penasaran dengan Kun Shian.
Gawat...Gawat....
Kun Shian Segera bersujud dan menolaknya,”Yang Mulia, tidak baik mengeluarkan pedang dari sarungnya di hari yang bahagia seperti ini!”
Pangeran Kesebelas ikut bersujud dihadapan Putra Mahkota,”Yang Mulia! Kun Shian benar.”
“Tidak baik?” Pangeran Kelima menanggapi ucapan Kun Shian,”Jika di hari bahagia seperti ini tiba-tiba ada penjahat yang datang lalu pedang dikeluarkan sebagai perlindungan. Apakah itu juga tidak baik?”
Pangeran Kesebelas menghadap Pangeran Kelima dengan posisi tubuh masih bersujud,”Yang Mulia Pangeran Kelima, itu adalah hal yang berbeda.”
“Jika berbeda, maka anggap saja ini untuk hiburan..”Ucap Pangeran Kelima Sambil tersenyum. Pangeran yang lain setuju dengan ucapan Pangeran Kelima.
Para Pangeran ini sangat menyulitkan!
Putra Mahkota belum sempat berbicara mereka sudah mendorong Shian ke halaman.
“YANG MULIA!” Teriak Shian yang didorong paksa ke halaman, Ia panik.
Pangeran Kesebelas masih memohon kepada Putra Mahkota untuk menghentikan Saudara-saudaranya itu,”Yang Mulia, Saya mohon untuk menghentikannya!” ia masih bersujud.
“Kau berdirilah!” Pinta Putra Mahkota sambil berjalan keluar menyusuli saudaranya yang berulah.
Semua sedang bersorak melihat Shian yang berdiri mematung di tengah halaman. Kini Shian berhadapan dengan Pengawal Pangeran Keempat yang terkenal sangat ahli bela diri dan kekuatannya juga dasyat.
“Moran?”
“Shian?”
Shian dan Moran (Pengawal Pangeran Keempat) sama-sama terkejut. Para Pangeran juga terkejut karena mengetahui Kedua Pengawal itu ternyata saling kenal.
Ah gawat lawanku ternyata anak Jenderal Luo.
Keduanya pernah beberapa kali bertemu ketika masih kecil karena ayah mereka adalah teman baik.
Putra Mahkota mendekat Pangeran Kedua dan Ketiga, ia mencoba membujuk keduanya untuk membantunya menghentikan pertarungan tersebut. “Bantulah aku menghentikan ini sebelum ketahuan Ayahanda!” Pinta Putra Mahkota.
“Kak, ini pertunjukan bagus di pernikahanmu!” Ucap Pangeran Ketiga yang penasaran juga dengan kemampuan Shian.
Pangeran Keempat memberi isyarat kepada Moran untuk memulainya. Moran tentu menuruti perintah Tuannya, ia mengeluarkan pedang dari sarungnya dan melayangkan serangannya kepada Shian. Dalam pertaruangan ini shian tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya, ia hanya terus menghindar dan menangkis serangan Moran depan Pedang yang masih di dalam sarungnya.
Putra Mahkota menatap Pangeran Kesebelas yang nampak khawatir dengan pertarungan pengawalnya melawan pengawal Pangeran Keempat. Ia berpikir keras di depan pintu kediamannya sambil sesekali menatap semua orang yang sedang asik menonton pertarungan itu.
“Sepertinya Pengawal Pangeran Kesebelas tidak bisa menggunakan pedang!” Pangeran Kelima memprovokasi Shian.
Apapun yang kau katakan aku tidak akan terpengaruh!
Terus menghindar dan menangkis serang hingga tiba-tiba Moran mengubah arahnya menuju kearah pangeran kesebelas. Semua orang terkejut melihat adegan itu, begitu juga shian. Ahan sudah bersiap untuk menahap serangan Moran.
“Lou Moran!” Ucap Shian dengan Nada suara yang datar namun terdengar Tegas. Moran seketika menghentikan aksinya. Suara itu membuat moran merinding, tidak hanya dia tetapi semua orang.
“Ouuhhh..” Pangeran Ketujuh mengelus tubuhnya yang merinding, semua bulu ditubuhnya mungkin sudah berdiri saat ini.
“Suaranya seperti menusuk.” Ucap Pangeran Ketiga.
“Pedangmu digunakan untuk melindungi Pangeran Keempat bukan menyerang Pangeran Lain!” Ucap Shian sambil menatap Moran.
Putra Mahkota mengambil kesempatan itu untuk menghentikan pertarungan,”Semua bubar!”
Semu orang sudah bubar kecuali Shian yang masih berdiri di tengah halaman. Dari kejauhan Pangeran Ketiga dan Keempat menatap Shian sedangkan Pangeran Kesebelas masuk kedalam bersama Ahan untuk berpamitan dengan Putra Mahkota. Saat keluar dari kediaman Putra Mahkota, Pangeran Kesebelas dan Ahan melihat Shian masih berdiri di tempatnya.
Pangeran Kesebelas Segera menghampirinya. ”Kenapa kau masih berdiri di sini?” Tanya Pangeran Kesebelas. Shian terkejut mendengar suara pangeran kesebelas dan segera menghembuskan napas seakan-akan baru saja napasnya terhenti.
Merekapun kembali ke kediaman Pangeran Kesebelas. Dalam pikiran Shian alangkah baiknya jika Pangeran Kesebelas memiliki pelayan untuk membawa tandu pangeran sehingga tidak membuat Pangeran Kesebelas harus berjalan untuk datang kepertemuan. Di sisi lain, Shian juga tahu alasan mengapa pangeran kesebelas tidak memiliki pelayan di kediamannya. Ada yang ketakutan dan ada yang bisa saja menjadi ancaman baginya.
Sementara itu di Kediaman Putra Mahkota para tuan putri sedang membicarakan Shian. Mereka merasa terpesona dengan aksi Shian tadi.
“Sayang sekali dia harus menjadi pengawal!” Ucap Putri Liyu, Putri Kedua Raja dengan selirnya.
Jika parah pangeran tidak akur, sebaliknya para Tuan Putri malah sangat akur. Tidak ada persaingan atau rasa benci diantara mereka, hal ini karena mereka sama sekali tidak memiliki pengaruh apapun. Jadi, mereka hanya perlu menikmati apa yang mereka miliki saat ini.
Pangeran Keempat menatap Moran dengan tajam, ia menahan amarahnya. Bagaimanapun Pangeran Keempat tidak bisa menyangkal bahwa tadi itu Shian benar-benar membuat semua orang merinding, termasuk dirinya.
“Dia berbeda dengan kedua saudaranya..” Ucapnya sambil mengepal tangannya.
“Sebenarnya seperti apa kekuatannya?”
Pangeran Keempat semakin penasaran.
“Ayah tidak akan menempatkan orang tidak kompeten di sisi Nian, pengawal itu pasti spesial.” Bisik Pangeran Ketiga kepada Pangeran kedua.
“Mungkin sudah saatnya kita sering mengunjungi kediaman adik kita Nian.” Pangeran kedua balik berbisik.
Kedua Pangeran ini Netral terhadap semua saudaranya bersama dengan Putra Mahkota. Mereka tidak suka ikut bertikai tapi mereka memiliki sifat yang tidak terduga juga. Berbeda dengan pangeran keempat dan kelima yang memiliki sifat keras, sangat tidak baik untuk berurusan dengan keduanya.
Setelah kejadian di hari pernikahan Putra Mahkota, Pangeran Kesebelas mulai memperhatikan Kun Shian yang lebih sering menghabiskan waktunya berada di atas pohon ataupun di atas atap kediamannya. Kedatangan Kun Shian pada dasarnya tidak diterima oleh Pangeran Kesebelas karena Ia merasa memiliki Ahan sebagai pengawal pribadinya sudah cukup. Selain itu, Shian juga adalah orang yang dipilih oleh Raja yang belum tentu cocok dengannya, apalagi keadaannya yang berbeda dengan Pangeran lainnya. Ia terlalu banyak berpikir.Ahan menghampiri Pangeran Kesebelas dan ikut menatap kearah Shian.“Dia pasti sudah menyadari Anda memperhatikannya.” Bisiknya pada Pangeran.Pangeran segera mengalihkan pandangannya setelah mendengar bisikan Ahan. Ia baru teringat bahwa Shian dapat menyadari hal-hal tertentu, seperti ketika pangeran kelima dan kedelapan datang ke kediamannya.Tiba-tiba Shian melompat dari Atap dan menghampiri Pangeran Kesebelas.“Sepertinya akan ada yang berkunjung!” Ucap Shian.Ahan segera
Kun Shian sudah tiba di rumahnya dan ibunya terkejut atas kepulangannya yang sangat mendadak, tetapi tentu saja perasaan ibunya juga senang karena akhirnya anak bungsunya kembali. Kebetulan ketika ia pulang kedua saudaranya juga kembali dari kamp militer. Kedatangan ketiga anaknya membuat Ny. Kun senang, apalagi momen seperti ini sangat langka. Semenjak Shian tinggal di istana, rumah keluarga Kun menjadi sepi dan Ny. Kun menjadi lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian.Anak tertua di keluarga Kun, yaitu Kun Hoya merasa heran melihat adik bungsunya yang kembali dari istana dengan membawa banyak barang, “Shian, kau tidak melarikan diri dari istana, kan?”Shian memberi isyarat kepada kakaknya agar lebih dekat kepadanya. “Lebih tepatnya aku diusir.” Bisiknya.“Apa???” Ucap Hoya setengah teriak, ia terkejut mendengar adiknya diusir.“Ada apa?” tanya Guha, anak kedua keluarga Kun yang terkejut mendengar kakaknya berteriak.Hoya memberi isyarat yang sama seperti dilakukan shian, yaitu me
Shian menikmati malamnya sambil mengelilingi kota sama seperti hari-hari sebelum ia berangkat ke istana beberapa minggu yang lalu. Ia tidak hanya berjalan mengelilingi kota sendirian, tetapi bersama dengan beberapa pasukan pribadinya. Semua tempat ia kunjung termasuk restoran dan kedai arak yang biasa menjadi tempat andalannya selama ini. Dia adalah pemuda yang kuat minum.Aku pikir... Aku sudah tidak akan merasakan kebebasan ini. Kun Shian memandangi semua orang yang ada di dalam kedai arak, ramai seperti biasanya.“Alangkah baiknya jika suasana kediaman Pangeran juga ramai.” Gumamnya secara tidak sadar.“Hah?” salah satu dari pasukan atau bawahannya yang duduk di sampingnya mendengar ucapan Shian samar-samar.“Tidak.. Tidak..” Ucap Shian yang tersadar baru sama bergumam mengenai Pangeran.Shian berdiri dari duduknya dan menuju ke lantai dua kedai arak. Langkahnya mengarah ke balkon dan ia berdiri di sana sambil memandangi kota Huan, Ibukota kerajaan Yun dan merupakan tempat di mana
Jenderal Kun menemui Putra Mahkota yang sedang berlatih bersama Hoya. Wajah Jenderal Kun terlihat kesal, dan penyebabnya tak lain adalah anak bungsunya, Shian. Tak hanya sekali, Shian sudah sering membuat Jenderal Kun marah. Kemarahannya sampai pada titik di mana Jenderal Kun mengurung Shian selama seminggu. Kala itu, Shian benar-benar telah melampaui batas. Ia datang ke Kamp Militer dan mengajak semua anggota militer minum arak hingga mabuk.“Yang Mulia!” sapa Jenderal Kun saat menemui Putra Mahkota yang telah menepi ke pinggir arena memanah.“Jenderal!” balas Putra Mahkota.“Apakah Anda akan bersiap kembali ke istana?” tanya Jenderal Kun.“Ah, iya. Aku akan kembali sekarang!” jawab Putra Mahkota.Putra Mahkota sadar bahwa Jenderal Kun datang bukan hanya untuk menyapanya, ada maksud lain di balik kedatangan Jenderal Kun. “Apa ada sesuatu yang..”Putra Mahkota tidak melanjutkan ucapannya karena dihentikan oleh Jenderal, “Tidak.. Tidak ada, Yang Mulia!”“Saya hanya ingin meminta tolong
Pangeran kelima yang berada di hadapan Raja, menanti keputusan Raja mengenai Shian yang telah diusir oleh Pangeran Kesebelas dari kediamannya. Di hadapannya, Raja nampak sedang berpikir keras mengenai informasi yang telah diberikan oleh Pangeran Kelima, perlahan ia memijat keningnya karena mendadak pusing. Tujuannya mengirim Shian ke istana untuk melindungi Pangeran Kesebelas, sayangnya tujuan Raja digagalkan oleh Pangeran Kesebelas sendiri.“Mengenai hal ini, Aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Kau kembalilah ke kediamanmu!” ucap Raja sekaligus memerintahkan Pangeran Kelima kembali ke kediamannya.Pangeran Kelima pun menuruti perintah Raja, memberi hormat lalu kembali ke kediamannya meskipun sebenarnya ia tidak puas dengan jawaban Raja.“Apapun yang terjadi Kun Shian harus menjadi bawahanku!” gumam Pangeran Kelima sambil berjalan menuju kediamannya.Sementara itu, Pangeran dan Ahan diam-diam mengikuti Shian dari kejauhan. Ternyata, Yenu dan Ayin juga melakukan hal yang sama. Tent
Suasana di kediaman Pangeran Kesebelas menjadi lebih hidup sejak kembalinya Shian, ditemani oleh beberapa pengawal lainnya. Pangeran tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan menjadi saat di mana rumahnya tidak hanya dihuni oleh dirinya dan Ahan, tetapi juga oleh orang lain. Kini, dia harus beradaptasi dengan kehadiran mereka. Sementara itu, setiap malam, Shian memilih untuk berjaga sendirian di atas atap, membuat perisai perlindungan untuk kediaman Pangeran. Ahan telah mengatur pengawal lainnya untuk berjaga di setiap sudut rumah Pangeran, sehingga tugasnya menjadi lebih ringan. Dengan kehadiran pengawal ini, ia tidak lagi perlu berkeliling untuk memastikan keamanan di sekitar kediaman Pangeran."Apakah Tuan Muda selalu berada di sini setiap malam?" tanya Bei, yang telah memperhatikan kebiasaan Shian berjaga di atas atap kediaman Pangeran."Ya, tempat ini sesuai untuk memastikan perisai ini melindungi kediaman Pangeran dengan sempurna," jawab Shian sambil menatap perisai yang baru
Semua orang telah berkumpul dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pangeran Ketiga. Tidak hanya para Pangeran yang diundang, tetapi juga anak-anak pejabat seperti Noh Heyu, Wan Feng, Lu Anyu, dan masih banyak lagi. Area kemah dipenuhi oleh para undangan yang tiba dengan segala persiapannya. Pangeran Ketiga berdiri di hadapan mereka semua, siap memberikan sambutan.“Hari ini, selain mengundang kalian semua, aku juga mempersilakan Yang Mulia Raja dan Permaisuri untuk bergabung!” ucap Pangeran Ketiga sambil mengarahkan Raja dan Permaisuri ke tempat duduk yang telah disediakan olehnya.Kedatangan Raja dan Permaisuri disambut dengan hormat oleh semua undangan, yang memberikan salam serentak kepada keduanya. Di sisi lain, Pangeran Kelima tampak terkejut melihat kedatangan Raja dan Permaisuri. Sebelumnya, Pangeran Ketiga sama sekali tidak pernah membicarakan rencana untuk mengundang Raja dan Permaisuri, sehingga kedatangan mereka menjadi sebuah kejutan. Sedikit kekhawatiran terpanca
Para peserta lain sibuk mengejar dan membidik hewan buruannya masing-masing, sementara Shian dan Pangeran Kesebelas diburu oleh sejumlah besar rusa yang tampak seperti monster, dengan mata merah dan tubuh dua kali lipat lebih besar dari rusa biasa.“Makhluk Apa ini?” tanya Pangeran, bingung melihat rusa-rusa di sekelilingnya.Shian berdiri siaga di depan Pangeran. “Sepertinya rusa-rusa ini dikendalikan oleh seseorang yang menggunakan ilmu hitam,” jelasnya, memperhatikan setiap rusa.“Apa pun yang terjadi, Anda harus waspada!” lanjut Shian, mengeluarkan pedangnya dengan hati-hati.Pangeran bersiap dengan busur dan panahnya, meskipun tidak terlalu mahir. Dia harus menggunakan kemampuannya untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak merepotkan Shian. Shian melaju maju dan menyerang rusa-rusa itu. Pertarungan tak terhindarkan, dan Shian terpaksa membunuh mereka. Namun, semakin banyak rusa yang datang, semakin kuat pula rusa-rusa tersebut."Pangeran terpisah dari Shian ketika busurnya jatuh ak
Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat.“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya.Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.“Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian.“Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir.“Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat yang
Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha
Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan
Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb
Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s
Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k
Shian membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya sudah terbaring di tempat tidur, di kamarnya sendiri. Ia bangkit dari tempat tidurnya, meraih pedang yang berada di atas meja, tepat di samping ranjangnya. Lalu, segera keluar dari kamarnya. Hari sudah gelap dan kediaman Pangeran Kesebelas, Istana Yunqi juga mulai terasa sunyi. Sebenarnya, setiap hari terasa sunyi baik siang maupun malam, tetapi saat malam tiba kediaman Pangeran semakin terasa sunyi hingga suara-suara hewan malam di belakang kediaman Pangeran terdengar sangat jelas. Shian berjalan, mengarah ke ruang baca Pangeran tampak ruangan tersebut masih bercahaya yang menandakan bahwa Pangeran masih berada di ruang baca. Ketika sampai di depan pintu ruang baca Shian merasa ragu untuk masuk ke dalam akhirnya ia hanya berdiri di depan pintu hingga Pangeran keluar bersama Bei. “Shian!” ucap Pangeran yang terkejut melihat Shian berdiri di hadapannya dan menatap ke arahnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Pangeran yang gembir
Pagi-pagi buta seseorang datang ke kediaman Pangeran Kesebelas. Orang tersebut adalah kasim kepercayaan raja, yang datang menyampaikan undangan Pangeran untuk ikut dalam pertemuan harian yang diadakan oleh Raja dan para pejabat serta beberapa pangeran yang mengambil bagian dalam pemerintahan, juga putra mahkota. Saat itu Pangeran Kesebelas masih tertidur pulas sehingga orang tersebut menyampaikannya pada Shian yang menyambutnya di depan pintu gerbang istana Yunqi. “Hari ini raja mengundang Pangeran Kesebelas untuk ikut dalam pertemuan harian di aula kerajaan.” ucap sang kasim pada Shian. “Baik.” jawab Shian singkat. Tampak dari raut wajahnya, Shian terkejut mendengar ucapan kasim tersebut. Ada undangan agar pangeran kesebelas datang pada pertemuan harian yang diadakan oleh Raja. Shian menyadari ini bukanlah undangan biasa, sesuatu telah terjadi. Tidak berpikir panjang, ia segera membangunkan Pangeran Kesebelas yang masih tertidur pulas. “Yang Mulia, Anda harus bangun sekarang!” uc
Putra Mahkota telah menerima kabar dari Shian mengenai menteri kehakiman yang mengirim pembunuh bayaran ke Istana. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk memata-matai kediaman serta mencari informasi mengenai menteri kehakiman. Di waktu yang sama, Pangeran Kesebelas sedang menikmati suasana di kediaman keluarga Kun matanya tertuju pada Shian dan Xu Sue yang sedang duduk ia menghampiri keduanya dengan langkah yang terburu-buru. Tentu saja, kedatangan pangeran akan dirasakan Shian, yang segera mengarahkan pandangannya ke arah datangnya pangeran lalu bergegas berdiri dan menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran. Xu Sue yang berada di samping ikut memandang ke arah pangeran tanpa berdiri dan memberi hormat karena ia belum menyadari yang datang adalah seorang pangeran. “Yang Mulia!” sapa Shian yang berdiri sambil menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran, membuat Xu Sue yang duduk sangat terkejut mengetahui yang baru saja tiba adalah seorang Pangeran, ia segera berdiri sambil menunjukk