Jenderal Kun menemui Putra Mahkota yang sedang berlatih bersama Hoya. Wajah Jenderal Kun terlihat kesal, dan penyebabnya tak lain adalah anak bungsunya, Shian. Tak hanya sekali, Shian sudah sering membuat Jenderal Kun marah. Kemarahannya sampai pada titik di mana Jenderal Kun mengurung Shian selama seminggu. Kala itu, Shian benar-benar telah melampaui batas. Ia datang ke Kamp Militer dan mengajak semua anggota militer minum arak hingga mabuk.
“Yang Mulia!” sapa Jenderal Kun saat menemui Putra Mahkota yang telah menepi ke pinggir arena memanah.
“Jenderal!” balas Putra Mahkota.
“Apakah Anda akan bersiap kembali ke istana?” tanya Jenderal Kun.
“Ah, iya. Aku akan kembali sekarang!” jawab Putra Mahkota.
Putra Mahkota sadar bahwa Jenderal Kun datang bukan hanya untuk menyapanya, ada maksud lain di balik kedatangan Jenderal Kun. “Apa ada sesuatu yang..”
Putra Mahkota tidak melanjutkan ucapannya karena dihentikan oleh Jenderal, “Tidak.. Tidak ada, Yang Mulia!”
“Saya hanya ingin meminta tolong agar Shian berangkat ke Istana bersama Anda. Saya sedikit khawatir jika dia tidak berangkat hari ini, maka dia akan berulah di ibukota,” lanjutkan Jenderal Kun.
Putra Mahkota terkejut mengetahui bahwa Shian saat ini tidak berada di kediaman Pangeran Kesebelas, namun ia menyembunyikan keterkejutannya dengan tawa kecilnya. “Kalau begitu, aku akan menunggunya,” jawab Putra Mahkota, memenuhi permintaan Jenderal Kun.
Pada saat itu, Shian dari jauh melihat ayahnya sedang mengobrol dengan Putra Mahkota. Ia dapat melihat ekspresi ayahnya dengan jelas dari kejauhan. Mungkin terlihat santai, tetapi sebenarnya Jenderal Kun sedang menahan amarahnya yang belum usai ia lupakan pada Shian.
“Tidak bisakah kakak meminta ayah untuk tidak mengirimku hari ini?” tanya Shian pada Guha yang berdiri di sisinya. “Aku sudah diusir olehnya, tidak mungkin aku kembali sekarang!”
“Menurutku lebih baik kau jujur saja pada ayah,” Guha memberi saran kepada Shian karena ia sama sekali tidak memiliki jalan keluar.
Putra Mahkota dan Jenderal Kun berjalan bersama menuju paviliun Jenderal, di mana saat itu Shian dan Guha berdiri di serambi Paviliun Jenderal. Shian segera menundukkan kepalanya ketika Putra Mahkota dan Jenderal Kun semakin dekat, ia tidak berani menatap mereka. Putra Mahkota berjalan masuk ke dalam Paviliun lebih dulu, sedangkan Jenderal Kun menghentikan langkahnya tepat di hadapan Shian.
“Kau kembali hari ini juga bersama Putra Mahlota!” perintah ayahnya, “semua barangmu sudah dalam perjalanan kemari!”
“Apaa??” Shian terkejut.
“T-tapi..” Shian tidak melanjutkan ucapannya karena ayahnya mengabaikannya. Jenderal Kun masuk ke dalam paviliun, ia tidak ingin mendengar alasan apapun dari Shian.
“Sudah kukatakan, sebaiknya kau jujur saja!” Guha kembali menasehati Shian.
Shian merenungi ucapan kakaknya. Saat ini, memang benar dirinya tidak memiliki jalan keluar sama sekali, selain mengakui bahwa dirinya telah diusir oleh Pangeran Kesebelas dari kediamannya. Selain itu, segala rencananya belum ada satupun yang bisa ia laksanakan karena Raja belum memberikan keputusan kepada ayahnya mengenai permintaan agar Shian bisa membawa prajuritnya ke kediaman Pangeran Kesebelas. Jadi, tidak memungkinkan baginya untuk kembali ke istana sekarang.
Ia menarik napas sedalam mungkin, mengumpulkan keberanian untuk berkata jujur kepada ayahnya. Ia segera masuk ke dalam dan langsung berlutut di hadapan ayahnya, disaksikan oleh Putra Mahkota yang saat itu bersama dengan ayahnya.
"Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu!" ucap Shian dalam posisi berlutut.
Jenderal Kun tidak menjawab dan hanya menatapnya sambil menunggu ucapan selanjutnya keluar dari mulut Shian, yang entah alasan apalagi yang akan ia katakan kali ini.
"Se-sebenarnya.." Shian tidak melanjutkan ucapannya, ia sedang mengumpulkan keberanian.
"Aku diusir oleh Pangeran Kesebelas dari kediamannya," lanjutnya Shian dengan suara pelan.
"Apa??" Jenderal Kun membelalakan matanya, mendengar ucapan Shian. Ia sebenarnya sudah menduga bahwa anak bungsunya ini akan membuat masalah di kediaman Pangeran Kesebelas, tetapi ia tidak pernah menyangka bahwa anaknya akan diusir.
Jenderal Kun segera meraih tongkat besar yang tak jauh darinya dan melayangkan pukulan pada Shian. Tidak ada perlawanan apapun dari anak bungsunya itu.
"Jenderal Kun!" panggil Putra Mahkota.
Jenderal Kun menghentikan aksinya. Ia sadar bahwa Putra Mahkota tidak memanggilnya tanpa alasan, tak lain untuk menghentikannya memukul Shian.
"Kau ini!" ucap Jenderal Kun kepada Shian, tongkat yang ia pegang ditangannya segera ia lepaskan hingga jatuh ke lantai. Ia sudah tidak bisa berkata-kata karena ulah Shian, mengingat ia sudah menemui Raja atas permintaan Shian. Entah bagaimana dirinya akan menghadapi Raja jika masalah ini sampai ke telinga Raja.
"Masalah ini.." Putra Mahkota menengahi Jenderal Kun dan Shian, "untuk sementara sebaiknya tidak ada orang lain yang mengetahuinya, dan mengenai Nian, aku akan mengurusnya." Putra Mahkota tidak terkejut mendengar Shian telah diusir oleh Pangeran Kesebelas, sejak mengetahui bahwa Shian tidak berada di Istana, ia sudah menduga inilah yang terjadi. Ini bukan pertama kalinya Pangeran Kesebelas mengusir orang di kediamannya, ini sudah yang kesekian kalinya.
Jenderal Kun bernapas dengan lega karena Putra Mahkota membantunya menangani masalah Shian.
Hari mulai gelap saat Putra Mahkota kembali ke Istana, sementara Shian bersama kedua kakaknya dan para pengawalnya menuju kembali ke rumah mereka. Kedua kakaknya mengikuti perintah Jenderal Kun, yang khawatir bahwa Shian akan menyebabkan masalah lagi. Sepanjang perjalanan, Shian hanya diam, entah sedang menahan sakit di punggungnya atau tengah merenung. Hoya dan Guha saling bertukar pandang, melihat Shian yang diam tak bergeming.
Selama beberapa hari setelah kejadian di Kamp Militer, Shian mengurung diri di kamarnya. Ia tidak pernah keluar dan hanya menghabiskan waktunya untuk membaca semua buku yang ada di rak. Kejadian di Kamp Militer beberapa hari yang lalu membuatnya sadar bahwa ia sudah melakukan terlalu banyak hal yang seharusnya tidak perlu dilakukannya. Nyonya Kun sebagai ibu Shian sangat khawatir melihat anaknya mengurung diri begitu lama. Setiap kali ia mencoba membuka pintu kamar Shian, hanya mendapat jawaban singkat.
Pada saat yang sama, Pangeran Kesebelas diam-diam meninggalkan istana melalui jalur yang biasanya ia lalui. Seperti biasa, pakaiannya tidak mencolok dan ia terlihat seperti orang biasa. Kali ini, ia hanya ingin berjalan-jalan untuk menghilangkan rasa suntuknya di istana, terutama di kediamannya yang hanya dihuni oleh dirinya sendiri dan seorang pengawalnya, Ahan. Seandainya Pangeran Kesebelas tidak mengusir Shian, maka kediamannya saat ini seharusnya dihuni oleh tiga orang, termasuk dirinya sendiri.
Pangeran tiba di Kota Huan, matanya terpaku ke berbagai tempat hingga akhirnya menaruh perhatiannya pada salah satu toko di kota itu. Toko tersebut menjual berbagai macam aksesoris, yang membuatnya teringat pada saat Shian memberikannya sebuah gelang, meskipun pada saat itu ia enggan menerimanya. Pangeran masih menyimpan rasa bersalahnya karena telah mengusir Shian dari kediamannya.
“Apakah anda ingin memberi sesuatu?” tanya Ahan yang berada di samping Pangeran.
Pangeran menggeleng.
Setelah melihat-lihat suasana kota, Pangeran pun memasuki Restoran Teratai. Restoran dua lantai ini juga menjadi tempat di mana shian dan pengawalnya berkumpul. Pangeran memilih untuk berada di lantai dua, tepatnya di serambi restoran, agar bisa melihat pemandangan kota Huan.
"Dengar-dengar, Shian sudah beberapa hari ini tidak keluar dari kediamannya," bisik seseorang di sudut restoran, tanpa sadar suaranya terbawa oleh angin dan sampai kepada Pangeran.
"Apa?!" Wan Feng melayangkan pandangannya ke sekeliling restoran, mencari-cari tahu apa yang terjadi. Seperti biasa, dia mencari Shian di semua tempat yang sering dikunjungi oleh Shian, termasuk Restoran Teratai dan Kedai Arak Embun.
"Menurut kabar dari pelayan kediaman keluarga Kun, beberapa hari yang lalu Shian pergi ke Kamp Militer. Ketika kembali, tubuhnya penuh dengan luka," sambung pelayan Wan Feng, tanpa menyadari bahwa Pangeran sedang mendengarkan pembicaraan mereka.
"Sepertinya dia sangat rajin berlatih. Tidak bisa dibiarkan!" ucap Wan Feng dengan penuh keprihatinan, berpikir bahwa luka yang diderita Shian adalah akibat latihan keras di kamp militer. Namun, yang sebenarnya adalah luka-luka akibat pukulan dari Jenderal Kun.
“Wan Feng, Apa kau tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu Shian? jika kau ingin mengetahu seberapa hebat dirimu, lebih baik pergi menemui ayah shian dan menantangnya.” Ucap seseorang yang duduk di dekat meja wan feng, nada suaranya mencerminkan ejekan.
Wan Feng memalingkan wajahnya Ketika Ayi ikut dalam pembicaraan dan menasihati dirinya ia tidak ingin berdebat dengan Wanita.
Pangeran dan Ahan, yang berada di serambi restoran, masih mendengarkan percakapan antara Wan Feng dan dua bersaudara dari keluarga Noh. Tiba-tiba, perhatian mereka teralihkan oleh kehadiran seseorang di antara kerumunan di jalanan kota Huan. Shian telah keluar dari kediamannya, mengenakan pakaian khasnya yang serba hitam. Di tangan kanannya, ia menggenggam pedang kesayangannya, sementara sesuatu yang dibungkus dengan kain berwarna putih tergantung di punggungnya. Barang yang dibungkus itu panjangnya seperti sebuah tombak.
Wan Feng dengan cepat mendapat kabar bahwa Shian berada di dekat restoran, membuatnya segera beranjak dari restoran dan tak lupa membawa sebuah pedang yang tampak masih baru. Pangeran dengan jelas dapat melihat Wan Feng yang baru saja keluar dari restoran sedang berlari menuju ke arah Shian. Ia segera berdiri memandangi Shian dan Wan Feng yang berada di antara kerumunan di tengah jalan kota Huan.
“KUN SHIAN!!” teriak Wan Feng yang berlari ke arah Shian.
Shian hanya menatap Wan Feng tanpa menghindarinya. Kali ini, ia akan menghadapi Wan Feng.
“Tuan Mudah Wan, berhentilah melakukan hal kekanakan seperti ini!” pinta Shian dengan nada suaranya datar, begitupun ekspresinya.
“Aku ingin kau menerima tantanganku.” Ucap Wan Feng sambil mengarahkan pedang miliknya yang masih berada di dalam sarung pedangnya.
Shian perlahan mengarahkan tangan Wan Feng agar menurunkan pedang miliknya yang diarahkan tepat di depan matanya sambil berkata, “Sangat kekanakan!”
Pertama kalinya bagi Wan Feng melihat Shian menanggapinya seperti ini. Ekspresi dan nada bicara Shian juga berbeda dari biasanya, membuat Wan Feng terkejut. Biasanya, Shian lebih memilih untuk menolak secara halus atau menghindarinya, tidak seperti saat ini.
“Ingin menantangku? Melawan Bei saja kau tidak akan mampu!” ucap Shian membuat Wan Feng tidak bisa berkata apa-apa.
Ucapan Shian tadi sangat menusuk bagi Wan Feng hingga membuatnya terdiam. Ia merasa direndahkan oleh Shian, tapi juga disisi lain dirinya sadar apa yang dikatakan oleh Shian benar adanya. Untuk melawan Bei, pengawal Shian, dirinya belum tentu mampu, apalagi melawan Shian. Selama ini, dirinya hanya ingin mencari cara untuk bisa dekat dengan Shian, niatnya adalah berteman. Akan tetapi, cara yang dilakukannya salah, malah membuat Shian tidak nyaman.
“Dia tampak berbeda,” ucap Yenu pada Ayin. Mereka berdua menyaksikan Shian dan Wan Feng dari serambi restoran, di tempat yang sama di mana Pangeran dan Ahan berdiri.
Pangeran melirik ke arah Yenu yang berada di sampingnya. Ia tidak sadar kapan kedua orang ini berada di dekatnya, mungkin karena dia terlalu fokus melihat Shian dan Wan Feng.
“Mungkin dia ingin membuat Wan Feng sadar.” Ayin menanggapi ucapan kakaknya, Yenu.
Sementara itu, raja telah mengetahui bahwa Pangeran Kesebelas mengusir Shian. Informasi ini disampaikan oleh Pangeran Kelima, yang berniat menjadikan Shian sebagai bawahannya.
Pangeran kelima yang berada di hadapan Raja, menanti keputusan Raja mengenai Shian yang telah diusir oleh Pangeran Kesebelas dari kediamannya. Di hadapannya, Raja nampak sedang berpikir keras mengenai informasi yang telah diberikan oleh Pangeran Kelima, perlahan ia memijat keningnya karena mendadak pusing. Tujuannya mengirim Shian ke istana untuk melindungi Pangeran Kesebelas, sayangnya tujuan Raja digagalkan oleh Pangeran Kesebelas sendiri.“Mengenai hal ini, Aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Kau kembalilah ke kediamanmu!” ucap Raja sekaligus memerintahkan Pangeran Kelima kembali ke kediamannya.Pangeran Kelima pun menuruti perintah Raja, memberi hormat lalu kembali ke kediamannya meskipun sebenarnya ia tidak puas dengan jawaban Raja.“Apapun yang terjadi Kun Shian harus menjadi bawahanku!” gumam Pangeran Kelima sambil berjalan menuju kediamannya.Sementara itu, Pangeran dan Ahan diam-diam mengikuti Shian dari kejauhan. Ternyata, Yenu dan Ayin juga melakukan hal yang sama. Tent
Suasana di kediaman Pangeran Kesebelas menjadi lebih hidup sejak kembalinya Shian, ditemani oleh beberapa pengawal lainnya. Pangeran tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan menjadi saat di mana rumahnya tidak hanya dihuni oleh dirinya dan Ahan, tetapi juga oleh orang lain. Kini, dia harus beradaptasi dengan kehadiran mereka. Sementara itu, setiap malam, Shian memilih untuk berjaga sendirian di atas atap, membuat perisai perlindungan untuk kediaman Pangeran. Ahan telah mengatur pengawal lainnya untuk berjaga di setiap sudut rumah Pangeran, sehingga tugasnya menjadi lebih ringan. Dengan kehadiran pengawal ini, ia tidak lagi perlu berkeliling untuk memastikan keamanan di sekitar kediaman Pangeran."Apakah Tuan Muda selalu berada di sini setiap malam?" tanya Bei, yang telah memperhatikan kebiasaan Shian berjaga di atas atap kediaman Pangeran."Ya, tempat ini sesuai untuk memastikan perisai ini melindungi kediaman Pangeran dengan sempurna," jawab Shian sambil menatap perisai yang baru
Semua orang telah berkumpul dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pangeran Ketiga. Tidak hanya para Pangeran yang diundang, tetapi juga anak-anak pejabat seperti Noh Heyu, Wan Feng, Lu Anyu, dan masih banyak lagi. Area kemah dipenuhi oleh para undangan yang tiba dengan segala persiapannya. Pangeran Ketiga berdiri di hadapan mereka semua, siap memberikan sambutan.“Hari ini, selain mengundang kalian semua, aku juga mempersilakan Yang Mulia Raja dan Permaisuri untuk bergabung!” ucap Pangeran Ketiga sambil mengarahkan Raja dan Permaisuri ke tempat duduk yang telah disediakan olehnya.Kedatangan Raja dan Permaisuri disambut dengan hormat oleh semua undangan, yang memberikan salam serentak kepada keduanya. Di sisi lain, Pangeran Kelima tampak terkejut melihat kedatangan Raja dan Permaisuri. Sebelumnya, Pangeran Ketiga sama sekali tidak pernah membicarakan rencana untuk mengundang Raja dan Permaisuri, sehingga kedatangan mereka menjadi sebuah kejutan. Sedikit kekhawatiran terpanca
Para peserta lain sibuk mengejar dan membidik hewan buruannya masing-masing, sementara Shian dan Pangeran Kesebelas diburu oleh sejumlah besar rusa yang tampak seperti monster, dengan mata merah dan tubuh dua kali lipat lebih besar dari rusa biasa.“Makhluk Apa ini?” tanya Pangeran, bingung melihat rusa-rusa di sekelilingnya.Shian berdiri siaga di depan Pangeran. “Sepertinya rusa-rusa ini dikendalikan oleh seseorang yang menggunakan ilmu hitam,” jelasnya, memperhatikan setiap rusa.“Apa pun yang terjadi, Anda harus waspada!” lanjut Shian, mengeluarkan pedangnya dengan hati-hati.Pangeran bersiap dengan busur dan panahnya, meskipun tidak terlalu mahir. Dia harus menggunakan kemampuannya untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak merepotkan Shian. Shian melaju maju dan menyerang rusa-rusa itu. Pertarungan tak terhindarkan, dan Shian terpaksa membunuh mereka. Namun, semakin banyak rusa yang datang, semakin kuat pula rusa-rusa tersebut."Pangeran terpisah dari Shian ketika busurnya jatuh ak
Bei memerintahkan salah satu pengawal yang berada di kediaman pangeran untuk diam-diam menjemput Puya yang berada di luar istana. Namun, saat tiba di kediaman keluarga Kun, pengawal tersebut tidak bertemu Puya karena pada saat itu, Hoya dan Guha telah mengajak Puya ke kamp militer. Akhirnya, pengawal tersebut menyusul Puya ke kamp militer. Ketika tiba, ia segera menemui Puya dan membisikkan sesuatu ke telinganya, hingga Puya bergegas menuju ke istana. Namun, Hoya dan Guha menahannya karena mengenal pengawal yang baru saja berbicara pada Puya."Ada apa?" tanya Hoya.Puya sedikit ragu untuk menjelaskan apa yang disampaikan oleh pengawal kepadanya. "S-sepertinya hari ini telah terjadi sesuatu pada Pangeran dan Shian.""Apaa??" ucap Hoya dan Guha serentak, keduanya tampak khawatir."Kalau begitu, kami berdua akan ikut ke istana," ucap Hoya, diikuti oleh anggukan dari Guha.Puya tidak menolak keinginan dari kedua Tuan Muda tersebut karena situasi di kediaman Pangeran lebih penting saat ini
Dua hari telah berlalu sejak kejadian di area perburuan. Saat itu, kediaman Pangeran Kesebelas kedatangan tamu dari kediaman Pangeran Ketiga belas; dia adalah Pengawal Pribadi Pangeran Ketiga yang datang menyampaikan pesan kepada Pangeran Kesebelas untuk segera menemui Pangeran Ketiga di kediamannya.“Katakan kepada Pangeran Ketiga bahwa aku akan segera ke kediamannya,” ucap Pangeran Kesebelas.“Baik!” jawab pengawal tersebut sambil memberi hormat, lalu segera meninggalkan kediaman Pangeran Kesebelas. Pangeran Kesebelas pun bersiap untuk berangkat ke kediaman Pangeran Ketiga. Namun, sebelum berangkat, ia menemui Shian yang masih belum pulih bahkan masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, padahal sudah dua hari berlalu.“Apakah ini hal yang wajar?” tanya Pangeran kepada Puya, mengkhawatirkan keadaan Shian.Puya menundukkan kepala di hadapan Pangeran, sebagai tanda bahwa ia tidak berani menjawab pertanyaan Pangeran.“Ada apa?” tanya Pangeran.“Saat ini hamba masih memantau keadaannya dan
Pangeran Kesebelas mulai menyusun rencana bersama Bei dan Ahan setelah kembali dari Kediaman Pangeran Ketiga.“Ahan, sampaikan pada Pangeran Ketiga bahwa aku akan pergi bersamanya ke tempat berburu,” perintah Pangeran Kesebelas.“Baik!” Ahan menerima perintah tersebut dan segera menuju ke Kediaman Pangeran Ketiga untuk menyampaikan pesan dari Pangeran Kesebelas.“Bei, mengenai tempat berburu, aku serahkan padamu,” ucap Pangeran pada Bei.“Baik!” Bei menerima perintah Pangeran Kesebelas.Sementara itu, Ahan sudah berada di hadapan Pangeran Ketiga. Ia pun menyampaikan pesan Pangeran Kesebelas, katanya, “Pangeran Kesebelas berpesan bahwa dia akan ikut bersama Anda ke tempat berburu.”Pangeran Ketiga cukup terkejut mendengar pesan Pangeran Kesebelas yang disampaikan melalui Ahan. Ia tidak menyangka adik bungsunya akan ikut dengannya. Ini adalah pertama kalinya mereka akan banyak berinteraksi.“Baiklah, katakan padanya besok aku akan ke tempat berburu,” ucap Pangeran Ketiga sebagai balasan
“Shian!” teriak Ahan dari yang berdiri di bawah, membuat Shian yang berada di atas atap kediaman terbangun. “Ada apa?” tanya Shian sambil bangkit dari tidurnya kemudian segera melompat ke arah Ahan. “Pangeran mencarimu.” jawab Ahan sambil menatap ke dalam kediaman Pangeran. “Sepertinya tadi malam pangeran tidak tidur.” lanjut Ahan. Shian segera masuk ke dalam kediaman Pangeran dan mendapati wajah Pangeran yang lesu, terdapat lingkaran hitam di sekitar mata sipit Pangeran yang memandang sayup kearahnya. “Shian, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Pangeran tak bertenaga. Shian tidak menjawab karena tidak paham apa yang Pangeran sedang tanyakan padanya. “Apa yang harus aku lakukan dengan buku yang kutemukan?” tanya Pangeran sambil memijat dahinya “Lakukan apapun yang anda ingin lakukan!” jawab Shian sambil menatap kearah Pangeran. “Apapun yang akan anda lakukan kami semua akan bersama anda.”“Tapi..” ucap Pangeran yang merasa ragu. “Anda sudah tidak bisa mundur lagi” uca
Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat.“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya.Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.“Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian.“Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir.“Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat yang
Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha
Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan
Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb
Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s
Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k
Shian membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya sudah terbaring di tempat tidur, di kamarnya sendiri. Ia bangkit dari tempat tidurnya, meraih pedang yang berada di atas meja, tepat di samping ranjangnya. Lalu, segera keluar dari kamarnya. Hari sudah gelap dan kediaman Pangeran Kesebelas, Istana Yunqi juga mulai terasa sunyi. Sebenarnya, setiap hari terasa sunyi baik siang maupun malam, tetapi saat malam tiba kediaman Pangeran semakin terasa sunyi hingga suara-suara hewan malam di belakang kediaman Pangeran terdengar sangat jelas. Shian berjalan, mengarah ke ruang baca Pangeran tampak ruangan tersebut masih bercahaya yang menandakan bahwa Pangeran masih berada di ruang baca. Ketika sampai di depan pintu ruang baca Shian merasa ragu untuk masuk ke dalam akhirnya ia hanya berdiri di depan pintu hingga Pangeran keluar bersama Bei. “Shian!” ucap Pangeran yang terkejut melihat Shian berdiri di hadapannya dan menatap ke arahnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Pangeran yang gembir
Pagi-pagi buta seseorang datang ke kediaman Pangeran Kesebelas. Orang tersebut adalah kasim kepercayaan raja, yang datang menyampaikan undangan Pangeran untuk ikut dalam pertemuan harian yang diadakan oleh Raja dan para pejabat serta beberapa pangeran yang mengambil bagian dalam pemerintahan, juga putra mahkota. Saat itu Pangeran Kesebelas masih tertidur pulas sehingga orang tersebut menyampaikannya pada Shian yang menyambutnya di depan pintu gerbang istana Yunqi. “Hari ini raja mengundang Pangeran Kesebelas untuk ikut dalam pertemuan harian di aula kerajaan.” ucap sang kasim pada Shian. “Baik.” jawab Shian singkat. Tampak dari raut wajahnya, Shian terkejut mendengar ucapan kasim tersebut. Ada undangan agar pangeran kesebelas datang pada pertemuan harian yang diadakan oleh Raja. Shian menyadari ini bukanlah undangan biasa, sesuatu telah terjadi. Tidak berpikir panjang, ia segera membangunkan Pangeran Kesebelas yang masih tertidur pulas. “Yang Mulia, Anda harus bangun sekarang!” uc
Putra Mahkota telah menerima kabar dari Shian mengenai menteri kehakiman yang mengirim pembunuh bayaran ke Istana. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk memata-matai kediaman serta mencari informasi mengenai menteri kehakiman. Di waktu yang sama, Pangeran Kesebelas sedang menikmati suasana di kediaman keluarga Kun matanya tertuju pada Shian dan Xu Sue yang sedang duduk ia menghampiri keduanya dengan langkah yang terburu-buru. Tentu saja, kedatangan pangeran akan dirasakan Shian, yang segera mengarahkan pandangannya ke arah datangnya pangeran lalu bergegas berdiri dan menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran. Xu Sue yang berada di samping ikut memandang ke arah pangeran tanpa berdiri dan memberi hormat karena ia belum menyadari yang datang adalah seorang pangeran. “Yang Mulia!” sapa Shian yang berdiri sambil menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran, membuat Xu Sue yang duduk sangat terkejut mengetahui yang baru saja tiba adalah seorang Pangeran, ia segera berdiri sambil menunjukk