Suasana di kediaman Pangeran Kesebelas menjadi lebih hidup sejak kembalinya Shian, ditemani oleh beberapa pengawal lainnya. Pangeran tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan menjadi saat di mana rumahnya tidak hanya dihuni oleh dirinya dan Ahan, tetapi juga oleh orang lain. Kini, dia harus beradaptasi dengan kehadiran mereka. Sementara itu, setiap malam, Shian memilih untuk berjaga sendirian di atas atap, membuat perisai perlindungan untuk kediaman Pangeran. Ahan telah mengatur pengawal lainnya untuk berjaga di setiap sudut rumah Pangeran, sehingga tugasnya menjadi lebih ringan. Dengan kehadiran pengawal ini, ia tidak lagi perlu berkeliling untuk memastikan keamanan di sekitar kediaman Pangeran.
"Apakah Tuan Muda selalu berada di sini setiap malam?" tanya Bei, yang telah memperhatikan kebiasaan Shian berjaga di atas atap kediaman Pangeran.
"Ya, tempat ini sesuai untuk memastikan perisai ini melindungi kediaman Pangeran dengan sempurna," jawab Shian sambil menatap perisai yang baru saja ia buat.
Bei melihat sekeliling kediaman Pangeran, semua tampak aman. "Tapi selama ini, apakah kediaman Pangeran tidak aman? Aku pikir, dengan kehadiran kami di sini, Tuan Muda tidak perlu lagi menghabiskan begitu banyak energi."
Shian hanya diam, merenungi kata-kata Bei. Memang benar sejauh ini kediaman Pangeran Aman dan tidak ada ancaman dari luar kecuali ketika bertemu dengan Pangeran lainnya. Ia menghela napas sambil memandangi bintang yang tampak begitu banyak malam itu.
Keesokan paginya, seseorang dari kediaman Pangeran Ketiga datang memberikan undangan kepada Pangeran Kesebelas. Kegiatan berburu yang pernah disinggung oleh para Pangeran ketika hari pernikahan Putra Mahkota, benar-benar dilaksanakan. Datangnya undangan ini membuat Ahan sedikit khawatir karena kemampuan Pangeran sangat terbatas.
"Apakah Anda akan datang?" tanya Ahan yang berdiri di hadapan Pangeran.
Pangeran menatap undangan dari Pangeran Ketiga yang ia pegang, dahinya mengkerut banyak hal yang dipikirkannya. Jika tidak datang, kritik untuk dirinya akan semakin banyak. Jika datang, juga sama saja, dirinya tetap akan mendapat kritikan. Hal lain muncul dipikirannya, selama ini para pangeran jarang sekali mengajaknya bergabung dalam berbagai kegiatan maupun perayaan, lalu tiba-tiba saja mengajaknya. Ini adalah hal yang aneh bagi Pangeran Kesebelas, kecuali jika itu undangan dari Putra Mahkota karena selama ini Putra Mahkota memang sering memberikan undangan atau mencarinya. Tetapi Pangeran Kesebelas sendiri tidak ingin datang.
"Bagaimana menurutmu?" Pangeran meminta pendapat Ahan.
"Sejujurnya, aku sedikit khawatir mengenai hal ini," jawab Ahan, memikirkan keselamatan Pangeran.
"Kun Shian!" Panggil Pangeran.
Shian langsung memberi hormat kepada Pangeran.
"Bagaimana menurutmu?" Pangeran juga meminta pendapat Shian.
"Hamba tidak berani memberi pendapat," jawab Shian tanpa memberikan jawaban apapun.
Pangeran diam sejenak, menyadari bahwa Shian yang berada di hadapannya saat ini tidak sama dengan Shian yang pertama kali datang ke kediamannya.
"Aku ingin mendengar pendapatmu ini perintah!" tegas Pangeran.
"Demi keselamatan Anda, mungkin lebih baik Anda tidak ikut dalam kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga," Shian memberikan pendapatnya dengan hati-hati, tanpa memandang Pangeran.
Pendapat yang Shian sampaikan di luar dugaan Pangeran. Pikirnya, Shian akan memberikan pendapat agar dirinya ikut dalam kegiatan tersebut, tapi ternyata malah sebaliknya.
“Bagaimana menurutmu, Bei?” tanya Pangeran pada Bei.
Bei sedikit terkejut karena Pangeran Kesebelas meminta pendapatnya. Ia segera menatap ke arah Shian untuk meminta arahan. Shian mengedipkan matanya sebagai isyarat bahwa Bei boleh mengatakan apapun.
“Yang Mulia, Hamba masih baru di istana dan belum banyak memahami situasi di dalamnya. Mengenai undangan dari Pangeran Ketiga, semua keputusan ada pada Anda. Hamba hanya bertugas untuk menjaga keamanan Anda di mana pun Anda berada,” Bei mengemukakan pendapatnya dengan hati-hati.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memikirkannya terlebih dahulu," ucap Pangeran sambil mempersilahkan mereka keluar dari ruangannya.
Ternyata, tidak ada undangan kegiatan berburu untuk Pangeran Kesebelas dari Pangeran Ketiga, karena dirinya merasa adiknya itu tidak akan datang. Hanya saja, Pangeran Kelima mendesaknya agar mencoba mengirimkan undangan kepada Pangeran Kesebelas, dan Putra Mahkota sependapat dengan Pangeran Kelima, tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh Pangeran Kelima. Putra Mahkota hanya ingin semua saudaranya bisa berkumpul dan berharap mereka semua akan menjadi lebih akrab. Akhirnya, Pangeran Ketiga membuatkan satu undangan lagi khusus untuk Pangeran Kesebelas.
“Mengenai kegiatan berburu ini, aku harap kau tidak merencanakan sesuatu yang buruk,” peringatkan Pangeran Kedua kepada Pangeran Kelima.
“Rencana?” Pangeran Kelima seolah-olah bingung dengan ucapan Pangeran Kedua. “Apa maksud, kakak?”
“Tidak. Aku hanya berharap, jika Pangeran Kesebelas ikut dalam kegiatan ini, kau tidak membuatnya merasa tidak nyaman. Bagaimanapun dia saudara kita dan yang paling muda di antara kita,” jelas Pangeran Kedua menasehati Pangeran Kelima, yang selama ini selalu memojokkan Pangeran Kesebelas.
Pangeran Kelima kesal mendengar nasehat dari kakaknya, tetapi ia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkannya. “Baik!” ucapnya menerima nasehat kakaknya.
Pangeran Kelima kembali ke kediamannya diikuti oleh Pangeran Kedelapan yang selalu menemaninya. Keduanya berlayar di kapal yang sama. Ketika tiba di kediamannya, Pangeran Kelima membanting meja di ruang tengah, wajahnya penuh kemarahan. Amarahnya memuncak, teringat bagaimana Pangeran Kedua menasehatinya di kediaman Pangeran Ketiga di depan saudara-saudaranya yang lain. Dia merasa sangat jengkel terhadap Pangeran Kesebelas karena meskipun tampak tak terlihat, para kakaknya masih memberikan perhatian padanya.
"Apapun yang terjadi, rencana kita harus tetap berjalan. Atur semuanya agar tidak ada satupun rencana yang gagal!" ucapnya kepada Pangeran Kedelapan dengan wajah masih meradang dan nada bicara yang menahan amarah.
Pangeran Kedelapan tersenyum tipis. "Semuanya sudah diatur dengan baik."
Sementara itu, sejak Pangeran Kesebelas menerima undangan dari Pangeran Ketiga, pandangannya tidak pernah lepas dari undangan tersebut. Saat ini, dia bimbang apakah harus datang ke kegiatan berburu yang diadakan oleh kakak ketiganya. Selain itu, dia juga sadar bahwa kemampuannya dalam memanah sama sekali tidak ada.
Shian mendekati Ahan dan menyerahkan busur beserta anak panah padanya sambil berkata, "Berikan ini pada Pangeran. Bei akan mengajarinya memanah."
Ahan menerima busur dan anak panah itu dengan sedikit kebingungan. Shian pergi tanpa penjelasan lebih lanjut.
Kini, Shian sepenuhnya fokus menjaga Pangeran Kesebelas. Dia tidak ingin terlalu ikut campur jika tidak berkaitan dengan keselamatan sang Pangeran. Awalnya, dia berpikir bahwa setidaknya bisa mendekatkan diri pada Pangeran Kesebelas agar menjaga keselamatannya lebih mudah, namun semua menjadi lebih rumit.
"Aku sudah tidak ingin berurusan dengan hal-hal rumit," gumamnya sambil memandangi kediaman Pangeran Kesebelas.
Sementara itu, Ahan telah menyerahkan busur dan anak panah Shian kepada Pangeran. "Shian menyuruhku menyerahkan ini kepada Anda. Katanya, Bei akan mengajari Anda menggunakannya," jelas Ahan.
Pangeran tersenyum melihat busur dan anak panah di hadapannya, mengerti maksud Shian. Dia segera mencari Shian dan menemukannya bersama Bei di halaman belakang.
Shian dan Bei segera memberi hormat pada Pangeran yang berada di hadapan mereka.
"Aku ingin kau yang mengajariku memanah. Ini perintah!" ucap Pangeran pada Shian dengan tegas.
Shian berlutut sambil berkata, "Yang Mulia, dibandingkan denganku, Bei lebih lihai menggunakan busur dan panah." Bei yang berada di sampingnya tentu terkejut mendengar ucapan Shian yang mencari alasan
"Ini perintah!" tegas Pangeran, membuat Shian tidak bisa membantah lagi.
"Sesuai perintah Anda," ucap Shian, patuh mengikuti Pangeran.
Sore itu, Shian memulai pelajaran memanah untuk Pangeran di halaman depan. Semua peralatan sudah disiapkan oleh Bei. Pangeran menggunakan kesempatan ini untuk berbincang dengan Shian yang selalu menghindarinya.
“Sepertinya sejak hari itu kau sudah banyak berubah,” ucap Pangeran, memulai pembicaraan.
“Setiap orang akan berubah jika sudah waktunya, Yang Mulia,” jawab Shian sambil mencoba mengatur posisi Pangeran dalam menarik busur.
“Kau benar, setiap orang pasti akan berubah tidak terkecuali,” setuju Pangeran, mengingat orang-orang yang datang ke kediamannya lambat laun berubah dan kabur tanpa sebab.
“Apakah kau tidak menyesali kembali ke istana Yunqi (nama kediaman Pangeran Kesebelas)?” tanya Pangeran sambil mengikuti instruksi dari Shian.
“Tidak. Tidak ada penyesalan karena semua ini diputuskan oleh Raja,” jawab Shian sambil mengarahkan Pangeran agar menarik busurnya.
Pangeran mengikuti instruksi Shian, menarik busur, lalu melepaskannya. Bidikannya masih belum sempurna, anak panah melesat dari sasaran, membuat Pangeran merasa malu. Ahan dan Bei memperhatikan Pangeran yang berlatih bersama Shian, keduanya menyadari ketegangan antara Pangeran dan Shian.
“Ada apa dengannya?” tanya Ahan pada Bei.
“Tuan Muda hanya menjadi lebih dewasa dalam waktu singkat,” jawab Bei, memandangi Pangeran dan Shian.
“Bukankah itu adalah Tuntutan bagi Tuan Muda dari kalangan bangsawan?” sambung Bei.
Ketika malam tiba, Shian tidak membuat perisai pelindung di kediaman Pangeran, sesuai dengan saran Bei. Ini sudah dipertimbangkan oleh Shian karena membuat perisai akan menguras energinya dan berpotensi berakibat fatal baginya.
“Apakah terjadi sesuatu padanya?” tanya Pangeran pada Bei yang kebetulan bersamanya.
Bei memandang Pangeran kebingungan, tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh Pangeran.
“Hari ini tidak ada perisai pelindung,” ucap Pangeran, memandang keluar kediamannya.
Akhirnya, Bei mengerti ketika Pangeran berbicara tentang Perisai Pelindung. "Aaaaa… dia baik-baik saja, Yang Mulia. Dia hanya memulihkan energinya karena membuat perisai pelindung menggunakan banyak energi. Sekarang, kediaman Anda sudah ada lebih banyak pengawal, jadi tidak perlu lagi perisai pelindung kecuali dalam keadaan darurat," jelas Bei.
“Menggunakan banyak energi?” tanya Pangeran, dan Bei mengangguk.
Bei tidak sengaja melihat gelang milik Shian yang berada di atas meja Pangeran. “Gelang itu…” ia sedikit ragu bahwa itu benar milik Shian.
“Ah, gelang ini milik Shian. Dia meninggalkannya di kamarnya ketika meninggalkan kediamanku.” ucap pangeran sambil menatap gelang Shian yang berada diatas mejanya.
Bei mendekati Pangeran dan berbisik padanya, “Dia bukan meninggalkan gelang itu, tetapi sengaja meninggalkannya untuk Anda. Sebaiknya Anda memakainya, gelang itu sangat bagus.”
Ketika mendengar ucapan Bei, Pangeran teringat ketika Shian memberikan gelang itu padanya, tetapi ia menolaknya.
“Meskipun tampak sederhana, tetapi gelang itu tidak ada duanya di dunia ini,” sambung Bei.
Keesokan harinya, Pangeran kembali belajar memanah bersama Shian. Hari-hari berikutnya pun begitu, hingga kegiatan memanah dimulai. Para pangeran yang sudah tiba di arena berburu terkejut melihat kedatangan Pangeran kesebelas, yang tidak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa pangeran kesebelas akan mengikuti kegiatan seperti itu, terlebih lagi dengan kemampuannya yang sangat minim.
Saat itu, Pangeran Kesebelas datang bersama Shian, sementara Ahan menjaga kediaman Pangeran bersama Bei untuk memastikan semuanya tetap aman. Pangeran Kesebelas sudah mempersiapkan diri dengan sangat baik untuk datang ke kegiatan berburu ini, semua berkat Shian yang mengaturnya dibantu oleh Ahan dan Bei.
“Nian.. aku sangat senang kali ini kau ikut berburu dengan kami,” ucap Pangeran Ketiga sambil menyambutnya.
Pangeran Kesebelas tersenyum sambil memberi hormat kepada Pangeran Ketiga. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk pangeran ketiga.
Semua orang telah berkumpul dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pangeran Ketiga. Tidak hanya para Pangeran yang diundang, tetapi juga anak-anak pejabat seperti Noh Heyu, Wan Feng, Lu Anyu, dan masih banyak lagi. Area kemah dipenuhi oleh para undangan yang tiba dengan segala persiapannya. Pangeran Ketiga berdiri di hadapan mereka semua, siap memberikan sambutan.“Hari ini, selain mengundang kalian semua, aku juga mempersilakan Yang Mulia Raja dan Permaisuri untuk bergabung!” ucap Pangeran Ketiga sambil mengarahkan Raja dan Permaisuri ke tempat duduk yang telah disediakan olehnya.Kedatangan Raja dan Permaisuri disambut dengan hormat oleh semua undangan, yang memberikan salam serentak kepada keduanya. Di sisi lain, Pangeran Kelima tampak terkejut melihat kedatangan Raja dan Permaisuri. Sebelumnya, Pangeran Ketiga sama sekali tidak pernah membicarakan rencana untuk mengundang Raja dan Permaisuri, sehingga kedatangan mereka menjadi sebuah kejutan. Sedikit kekhawatiran terpanca
Para peserta lain sibuk mengejar dan membidik hewan buruannya masing-masing, sementara Shian dan Pangeran Kesebelas diburu oleh sejumlah besar rusa yang tampak seperti monster, dengan mata merah dan tubuh dua kali lipat lebih besar dari rusa biasa.“Makhluk Apa ini?” tanya Pangeran, bingung melihat rusa-rusa di sekelilingnya.Shian berdiri siaga di depan Pangeran. “Sepertinya rusa-rusa ini dikendalikan oleh seseorang yang menggunakan ilmu hitam,” jelasnya, memperhatikan setiap rusa.“Apa pun yang terjadi, Anda harus waspada!” lanjut Shian, mengeluarkan pedangnya dengan hati-hati.Pangeran bersiap dengan busur dan panahnya, meskipun tidak terlalu mahir. Dia harus menggunakan kemampuannya untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak merepotkan Shian. Shian melaju maju dan menyerang rusa-rusa itu. Pertarungan tak terhindarkan, dan Shian terpaksa membunuh mereka. Namun, semakin banyak rusa yang datang, semakin kuat pula rusa-rusa tersebut."Pangeran terpisah dari Shian ketika busurnya jatuh ak
Bei memerintahkan salah satu pengawal yang berada di kediaman pangeran untuk diam-diam menjemput Puya yang berada di luar istana. Namun, saat tiba di kediaman keluarga Kun, pengawal tersebut tidak bertemu Puya karena pada saat itu, Hoya dan Guha telah mengajak Puya ke kamp militer. Akhirnya, pengawal tersebut menyusul Puya ke kamp militer. Ketika tiba, ia segera menemui Puya dan membisikkan sesuatu ke telinganya, hingga Puya bergegas menuju ke istana. Namun, Hoya dan Guha menahannya karena mengenal pengawal yang baru saja berbicara pada Puya."Ada apa?" tanya Hoya.Puya sedikit ragu untuk menjelaskan apa yang disampaikan oleh pengawal kepadanya. "S-sepertinya hari ini telah terjadi sesuatu pada Pangeran dan Shian.""Apaa??" ucap Hoya dan Guha serentak, keduanya tampak khawatir."Kalau begitu, kami berdua akan ikut ke istana," ucap Hoya, diikuti oleh anggukan dari Guha.Puya tidak menolak keinginan dari kedua Tuan Muda tersebut karena situasi di kediaman Pangeran lebih penting saat ini
Dua hari telah berlalu sejak kejadian di area perburuan. Saat itu, kediaman Pangeran Kesebelas kedatangan tamu dari kediaman Pangeran Ketiga belas; dia adalah Pengawal Pribadi Pangeran Ketiga yang datang menyampaikan pesan kepada Pangeran Kesebelas untuk segera menemui Pangeran Ketiga di kediamannya.“Katakan kepada Pangeran Ketiga bahwa aku akan segera ke kediamannya,” ucap Pangeran Kesebelas.“Baik!” jawab pengawal tersebut sambil memberi hormat, lalu segera meninggalkan kediaman Pangeran Kesebelas. Pangeran Kesebelas pun bersiap untuk berangkat ke kediaman Pangeran Ketiga. Namun, sebelum berangkat, ia menemui Shian yang masih belum pulih bahkan masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, padahal sudah dua hari berlalu.“Apakah ini hal yang wajar?” tanya Pangeran kepada Puya, mengkhawatirkan keadaan Shian.Puya menundukkan kepala di hadapan Pangeran, sebagai tanda bahwa ia tidak berani menjawab pertanyaan Pangeran.“Ada apa?” tanya Pangeran.“Saat ini hamba masih memantau keadaannya dan
Pangeran Kesebelas mulai menyusun rencana bersama Bei dan Ahan setelah kembali dari Kediaman Pangeran Ketiga.“Ahan, sampaikan pada Pangeran Ketiga bahwa aku akan pergi bersamanya ke tempat berburu,” perintah Pangeran Kesebelas.“Baik!” Ahan menerima perintah tersebut dan segera menuju ke Kediaman Pangeran Ketiga untuk menyampaikan pesan dari Pangeran Kesebelas.“Bei, mengenai tempat berburu, aku serahkan padamu,” ucap Pangeran pada Bei.“Baik!” Bei menerima perintah Pangeran Kesebelas.Sementara itu, Ahan sudah berada di hadapan Pangeran Ketiga. Ia pun menyampaikan pesan Pangeran Kesebelas, katanya, “Pangeran Kesebelas berpesan bahwa dia akan ikut bersama Anda ke tempat berburu.”Pangeran Ketiga cukup terkejut mendengar pesan Pangeran Kesebelas yang disampaikan melalui Ahan. Ia tidak menyangka adik bungsunya akan ikut dengannya. Ini adalah pertama kalinya mereka akan banyak berinteraksi.“Baiklah, katakan padanya besok aku akan ke tempat berburu,” ucap Pangeran Ketiga sebagai balasan
“Shian!” teriak Ahan dari yang berdiri di bawah, membuat Shian yang berada di atas atap kediaman terbangun. “Ada apa?” tanya Shian sambil bangkit dari tidurnya kemudian segera melompat ke arah Ahan. “Pangeran mencarimu.” jawab Ahan sambil menatap ke dalam kediaman Pangeran. “Sepertinya tadi malam pangeran tidak tidur.” lanjut Ahan. Shian segera masuk ke dalam kediaman Pangeran dan mendapati wajah Pangeran yang lesu, terdapat lingkaran hitam di sekitar mata sipit Pangeran yang memandang sayup kearahnya. “Shian, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Pangeran tak bertenaga. Shian tidak menjawab karena tidak paham apa yang Pangeran sedang tanyakan padanya. “Apa yang harus aku lakukan dengan buku yang kutemukan?” tanya Pangeran sambil memijat dahinya “Lakukan apapun yang anda ingin lakukan!” jawab Shian sambil menatap kearah Pangeran. “Apapun yang akan anda lakukan kami semua akan bersama anda.”“Tapi..” ucap Pangeran yang merasa ragu. “Anda sudah tidak bisa mundur lagi” uca
Pangeran Kesebelas seperti biasanya duduk di meja bacanya sambil melihat keluar jendela siang itu langit tampak cerah dengan beberapa awan menghiasinya. “Yang Mulia!” Panggil Shian membuat Pangeran Kesebelas tersadar dari lamunannya“Ada apa?’ Tanya Pangeran pada Shian yang berdiri di hadapannya bersama Ahan. “Bukankah hari ini Anda harus menemui Pangeran Ketiga?” Tanya Shian, membuat Pangeran segera beranjak dari meja bacanya. “Hampir saja!” ucap Pangeran sambil berjalan keluar diikuti oleh Shian dan Ahan. “Ahan bawa semua buku dan kertas yang berhubungan dengan bencana Joushan!!” Perintahnya kepada Ahan. “Semua sudah siap, Yang Mulia!” ucap Ahan sambil menunjukkan kotak yang dipegangnya. Mereka bertiga pun menuju ke kediaman Pangeran Ketiga. Sementara itu, seseorang berpakaian serba tertutup dari ujung kepala hingga kaki datang ke ruang bawa tanah yang beberapa hari yang lalu ditemukan oleh Pangeran Kesebelas. Orang itu menyadari bahwa seseorang telah datang ruang bawah tanah.
Pangeran kesebelas duduk tenang di pinggir kolam pemandian air panas, dengan mata tertutup menikmati kehangatan air yang menyelimuti tubuhnya. Terpancar rasa damai dan ketenangan dari wajahnya, ekspresi bahagia terpancar dari senyuman tipisnya. Di sekitarnya, uap halus terlihat mengambang di udara, menciptakan atmosfer yang misterius namun menenangkan. “Ahh.. benar-benar menyegarkan!” ucap Pangeran Kesebelas dengan mata tertutup, ia sangat menikmati sensi air panas yang memanjakan tubuhnya. “Sangat disayangkan Shian tidak ada di sini, lain kali semua orang di Istana Yunqi harus datang kemari!” lanjutnya. Di saat yang sama terdengar teriakan di area pemandian air panas semua orang berlarian karena panik mendengar teriakan yang entah dari mana asalnya. “Ada apa?” Tanya Pangeran Kesebelas kepada Ahan yang sudah berdiri di hadapannya dengan penuh kewaspadaan. Shian yang berada di luar terkejut mendengar suara gaduh dari dalam pemandian air panas. Ia segera meninggalkan Ayin dan Yenu,
Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat.“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya.Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.“Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian.“Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir.“Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat yang
Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha
Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan
Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb
Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s
Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k
Shian membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya sudah terbaring di tempat tidur, di kamarnya sendiri. Ia bangkit dari tempat tidurnya, meraih pedang yang berada di atas meja, tepat di samping ranjangnya. Lalu, segera keluar dari kamarnya. Hari sudah gelap dan kediaman Pangeran Kesebelas, Istana Yunqi juga mulai terasa sunyi. Sebenarnya, setiap hari terasa sunyi baik siang maupun malam, tetapi saat malam tiba kediaman Pangeran semakin terasa sunyi hingga suara-suara hewan malam di belakang kediaman Pangeran terdengar sangat jelas. Shian berjalan, mengarah ke ruang baca Pangeran tampak ruangan tersebut masih bercahaya yang menandakan bahwa Pangeran masih berada di ruang baca. Ketika sampai di depan pintu ruang baca Shian merasa ragu untuk masuk ke dalam akhirnya ia hanya berdiri di depan pintu hingga Pangeran keluar bersama Bei. “Shian!” ucap Pangeran yang terkejut melihat Shian berdiri di hadapannya dan menatap ke arahnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Pangeran yang gembir
Pagi-pagi buta seseorang datang ke kediaman Pangeran Kesebelas. Orang tersebut adalah kasim kepercayaan raja, yang datang menyampaikan undangan Pangeran untuk ikut dalam pertemuan harian yang diadakan oleh Raja dan para pejabat serta beberapa pangeran yang mengambil bagian dalam pemerintahan, juga putra mahkota. Saat itu Pangeran Kesebelas masih tertidur pulas sehingga orang tersebut menyampaikannya pada Shian yang menyambutnya di depan pintu gerbang istana Yunqi. “Hari ini raja mengundang Pangeran Kesebelas untuk ikut dalam pertemuan harian di aula kerajaan.” ucap sang kasim pada Shian. “Baik.” jawab Shian singkat. Tampak dari raut wajahnya, Shian terkejut mendengar ucapan kasim tersebut. Ada undangan agar pangeran kesebelas datang pada pertemuan harian yang diadakan oleh Raja. Shian menyadari ini bukanlah undangan biasa, sesuatu telah terjadi. Tidak berpikir panjang, ia segera membangunkan Pangeran Kesebelas yang masih tertidur pulas. “Yang Mulia, Anda harus bangun sekarang!” uc
Putra Mahkota telah menerima kabar dari Shian mengenai menteri kehakiman yang mengirim pembunuh bayaran ke Istana. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk memata-matai kediaman serta mencari informasi mengenai menteri kehakiman. Di waktu yang sama, Pangeran Kesebelas sedang menikmati suasana di kediaman keluarga Kun matanya tertuju pada Shian dan Xu Sue yang sedang duduk ia menghampiri keduanya dengan langkah yang terburu-buru. Tentu saja, kedatangan pangeran akan dirasakan Shian, yang segera mengarahkan pandangannya ke arah datangnya pangeran lalu bergegas berdiri dan menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran. Xu Sue yang berada di samping ikut memandang ke arah pangeran tanpa berdiri dan memberi hormat karena ia belum menyadari yang datang adalah seorang pangeran. “Yang Mulia!” sapa Shian yang berdiri sambil menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran, membuat Xu Sue yang duduk sangat terkejut mengetahui yang baru saja tiba adalah seorang Pangeran, ia segera berdiri sambil menunjukk