Pangeran Kesebelas seperti biasanya duduk di meja bacanya sambil melihat keluar jendela siang itu langit tampak cerah dengan beberapa awan menghiasinya. “Yang Mulia!” Panggil Shian membuat Pangeran Kesebelas tersadar dari lamunannya“Ada apa?’ Tanya Pangeran pada Shian yang berdiri di hadapannya bersama Ahan. “Bukankah hari ini Anda harus menemui Pangeran Ketiga?” Tanya Shian, membuat Pangeran segera beranjak dari meja bacanya. “Hampir saja!” ucap Pangeran sambil berjalan keluar diikuti oleh Shian dan Ahan. “Ahan bawa semua buku dan kertas yang berhubungan dengan bencana Joushan!!” Perintahnya kepada Ahan. “Semua sudah siap, Yang Mulia!” ucap Ahan sambil menunjukkan kotak yang dipegangnya. Mereka bertiga pun menuju ke kediaman Pangeran Ketiga. Sementara itu, seseorang berpakaian serba tertutup dari ujung kepala hingga kaki datang ke ruang bawa tanah yang beberapa hari yang lalu ditemukan oleh Pangeran Kesebelas. Orang itu menyadari bahwa seseorang telah datang ruang bawah tanah.
Pangeran kesebelas duduk tenang di pinggir kolam pemandian air panas, dengan mata tertutup menikmati kehangatan air yang menyelimuti tubuhnya. Terpancar rasa damai dan ketenangan dari wajahnya, ekspresi bahagia terpancar dari senyuman tipisnya. Di sekitarnya, uap halus terlihat mengambang di udara, menciptakan atmosfer yang misterius namun menenangkan. “Ahh.. benar-benar menyegarkan!” ucap Pangeran Kesebelas dengan mata tertutup, ia sangat menikmati sensi air panas yang memanjakan tubuhnya. “Sangat disayangkan Shian tidak ada di sini, lain kali semua orang di Istana Yunqi harus datang kemari!” lanjutnya. Di saat yang sama terdengar teriakan di area pemandian air panas semua orang berlarian karena panik mendengar teriakan yang entah dari mana asalnya. “Ada apa?” Tanya Pangeran Kesebelas kepada Ahan yang sudah berdiri di hadapannya dengan penuh kewaspadaan. Shian yang berada di luar terkejut mendengar suara gaduh dari dalam pemandian air panas. Ia segera meninggalkan Ayin dan Yenu,
Pagi-pagi buta Putra Mahkota sudah meninggalkan kediamannya. Ia memasuki ruangan yang sudah dipenuhi oleh orang-orang berseragam warna hijau gelap. Semua orang tunduk di hadapannya. “Yang Mulia, apa yang membawa anda kemari?” tanya salah seorang pak tua yang berada di ruangan tersebut.Putra Mahkota tidak langsung menjawab pertanyaan dari pak tua itu, ia membawanya ke tempat yang sepi untuk bicara empat mata. “Aku ingin melihat arsip mengenai bencana Joushan, semua arsip tak terkecuali.” ucap Putra Mahkota dengan suara setengah berbisik.. Pak tua yang dikenal dengan panggilan Tuan Qiu itu nampak ragu-ragu untuk menjawab dan memenuhi permintaan Putra Mahkota, katanya “T-tapi..”“Ada apa?” tanya Putra Mahkota. “Yang Mulia, aku sedikit ragu apakah arsip tersebut masih ada di sini atau tidak karena arsip lama di ruangan ini sudah dipindahkan ke tempat penyimpanan dan dibawah pengawasan wakil menteri.” jelas Tuan Qiu dengan nada bicara terbata-bata. “Bisakah aku meminta bantuan anda u
Pangeran Kesebelas menyerahkan mayat-mayat pembunuh bayaran tersebut kepada Putra Mahkota untuk diselidiki. Penyelidikan tersebut dilakukan oleh Shian dibawah perintah Putra Mahkota dibantu oleh Pangeran Ketiga. Kasus pembunuh bayaran diselidiki secara diam-diam agar tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya. “Ini bukan suatu kebetulan, sepertinya orang-orang ini sudah memantau kita bertiga.” ucap Putra Mahkota kepada Pangeran Ketiga dan Kesebelas. Shian memasuk ruangan dengan tenang, ia menghampiri Putra Mahkota dan Pangeran Ketiga serta kesebelas yang sedang berbincang. “Yang Mulia!” ucapnya memberi salam kepada mereka bertiga sambil berlutut sebagai tanda hormatnya. “Ada apa?” tanya Pangeran Kesebelas. “Saya rasa pembunuh bayaran tersebut ada hubungannya dengan kasus di area berburu!” ucap Shian masih dalam keadaan berlutut.“Tunggu!” ucap Putra Mahkota yang mulai mencerna satu persatu kasus yang mereka tangani dan masalah yang mereka temui. “Pembunuh bayaran ini tidak hanya
Puya yang baru saja kembali langsung bertemu Shian yang juga baru saja kembali mengantar Putra Mahkota dan Pangeran Ketiga. Keduanya berbincang di halaman belakang, di bawah pancaran sinar bulan purnama, mendiskusikan masalah Pembunuh bayaran. “Mereka berasal dari Agensi Honghu dan menurut informan di pusat informasi, Agensi Honghu hanya menerima pelanggan kelas atas.” jelas Puya. “Kasus ini benar-benar rumit.” gumam Shian. “Aku sudah menemukan lokasi agensi Honghu.” lanjut Puya. “Aku yang akan ke sana, kau dan Bei cukup menjaga keselamatan Pangeran di sini.” ucap Shian memberikan perintah pada Puya. “Apa tidak masalah datang seorang diri?” tanya Puya yang khawatir akan keselamatan Shian jika harus datang ke agensi Honghu sendirian. Shian menepuk pundak Puya sambil berkata,” Aku tidak akan pergi sendiri, kau tenang saja!”“Oh iya, malam ini juga berikan informasi ini kepada Putra Mahkota!” Perintah Shian sebagai akhir dari perbincangan dirinya dan Puya.Setelah ngobrol dengan Pu
Senyuman licik tergambar jelas di wajah Shian, membuat mulai Yenu sedikit khawatir. Jika Shian merencanakan sesuatu sudah pasti dirinya akan kewalahan, terlebih lagi semua yang Shian biasanya adalah hal-hal yang di luar akal sehat dan tidak terduga. Membayangkannya saja sudah membuat Yenu merinding. “Kau tidak akan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, kan?” tanya Yenu memastikan Shian tidak akan membuat masalah di kediamannya. Shian berlarian di sekitar kediaman keluarga Noh sambil berkata, “Bukankah kau bilang apapun trik yang aku mainkan? kau tetap akan menolak.”“Entah trik apalagi kali ini.” Gumamnya pelan sambil melihat shian berlarian di sekitar halaman rumahnya. Di hadapan keluarga Noh, Shian memang tidak bisa menyembunyikan bagaimana dirinya karena mereka sudah sangat dekat.“Wah, ada shian!” ucap Seseorang dari serambi, suara wanita paruh baya yang terdengar girang melihat Shian. Shian dan Yenu mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan nampak seorang wanita paruh ba
Pemuda yang duduk di hadapan Shian mulai menyadari bahwa ancaman Shian yang ingin meratakan gedung honghu adalah ancaman yang serius. Ia mulai panik tetapi berusaha untuk tetap duduk dengan tenang menunggu penjaga yang berdatangan. “Dua puluh orang ya?” ucap Shian yang mengetahui bahwa penjaga yang berdatang berjumlah dua puluh orang. “Tujuanku datang kemari hanya untuk mendapat jawaban dari pertanyaanku tadi, tapi sepertinya kau lebih suka tempat ini rata bersama dengan jawaban yang kuinginkan.” ucap Shian yang masih mencoba berunding berharap pemuda dihadapannya berubah pikiran. Rasa takut dubo yang berdiri di sudut ruangan semakin bertambah melihat Tuannya dan Shian. Pemuda tersebut tertawa kecil sambil beranjak dari duduknya. Ia kemudian memberi tanda kepada dubo untuk menghentikan penjaga yang sudah berada di luar dan bersiap untuk masuk. Shian membalas tawa kecil dari pemuda itu dengan senyuman tipis. Pemuda itu berjalan mendekati Shian, keduanya berdiri saling berhadapan d
Pangeran Kesebelas melangkah di jalan setapak bersama Ahan dan Bei di bawah cahaya rembulan yang terang. Jalan ini adalah rute yang sering ia ambil ketika meninggalkan kediamannya secara diam-diam. Dari sorot mata Pangeran Kesebelas, tampak jelas bahwa ia sedang cemas. Di malam yang tenang ini, ia meninggalkan kediamannya untuk mencari Shian, yang belum juga pulang, dan tidak ada kabar apapun mengenai keberadaannya.“Apakah sejak ia meninggalkan istana tidak ada kabar apapun darinya?” tanya Pangeran Kesebelas mengenai Shian kepada Ahan dan Bei. “Terakhir ia hanya memberi kabar kepada Puya mengenai markas Agensi Honghu yang telah ia hancurkan.” jawab Ahan. Malam itu Bei mengajak Pangeran Kesebelas untuk datang ke kediaman keluarga Kun terlebih dahulu.“Katakan pada nyonya Pangeran Kesebelas datang berkunjung!” perintah Bei pada penjaga. Penjaga itu segera membuka pintu dan mempersilakan Pangeran Kesebelas masuk. Setelah Pangeran Kesebelas masuk, penjaga tersebut langsung bergegas men
Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat.“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya.Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.“Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian.“Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir.“Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat yang
Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha
Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan
Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb
Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s
Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k
Shian membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya sudah terbaring di tempat tidur, di kamarnya sendiri. Ia bangkit dari tempat tidurnya, meraih pedang yang berada di atas meja, tepat di samping ranjangnya. Lalu, segera keluar dari kamarnya. Hari sudah gelap dan kediaman Pangeran Kesebelas, Istana Yunqi juga mulai terasa sunyi. Sebenarnya, setiap hari terasa sunyi baik siang maupun malam, tetapi saat malam tiba kediaman Pangeran semakin terasa sunyi hingga suara-suara hewan malam di belakang kediaman Pangeran terdengar sangat jelas. Shian berjalan, mengarah ke ruang baca Pangeran tampak ruangan tersebut masih bercahaya yang menandakan bahwa Pangeran masih berada di ruang baca. Ketika sampai di depan pintu ruang baca Shian merasa ragu untuk masuk ke dalam akhirnya ia hanya berdiri di depan pintu hingga Pangeran keluar bersama Bei. “Shian!” ucap Pangeran yang terkejut melihat Shian berdiri di hadapannya dan menatap ke arahnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Pangeran yang gembir
Pagi-pagi buta seseorang datang ke kediaman Pangeran Kesebelas. Orang tersebut adalah kasim kepercayaan raja, yang datang menyampaikan undangan Pangeran untuk ikut dalam pertemuan harian yang diadakan oleh Raja dan para pejabat serta beberapa pangeran yang mengambil bagian dalam pemerintahan, juga putra mahkota. Saat itu Pangeran Kesebelas masih tertidur pulas sehingga orang tersebut menyampaikannya pada Shian yang menyambutnya di depan pintu gerbang istana Yunqi. “Hari ini raja mengundang Pangeran Kesebelas untuk ikut dalam pertemuan harian di aula kerajaan.” ucap sang kasim pada Shian. “Baik.” jawab Shian singkat. Tampak dari raut wajahnya, Shian terkejut mendengar ucapan kasim tersebut. Ada undangan agar pangeran kesebelas datang pada pertemuan harian yang diadakan oleh Raja. Shian menyadari ini bukanlah undangan biasa, sesuatu telah terjadi. Tidak berpikir panjang, ia segera membangunkan Pangeran Kesebelas yang masih tertidur pulas. “Yang Mulia, Anda harus bangun sekarang!” uc
Putra Mahkota telah menerima kabar dari Shian mengenai menteri kehakiman yang mengirim pembunuh bayaran ke Istana. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk memata-matai kediaman serta mencari informasi mengenai menteri kehakiman. Di waktu yang sama, Pangeran Kesebelas sedang menikmati suasana di kediaman keluarga Kun matanya tertuju pada Shian dan Xu Sue yang sedang duduk ia menghampiri keduanya dengan langkah yang terburu-buru. Tentu saja, kedatangan pangeran akan dirasakan Shian, yang segera mengarahkan pandangannya ke arah datangnya pangeran lalu bergegas berdiri dan menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran. Xu Sue yang berada di samping ikut memandang ke arah pangeran tanpa berdiri dan memberi hormat karena ia belum menyadari yang datang adalah seorang pangeran. “Yang Mulia!” sapa Shian yang berdiri sambil menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran, membuat Xu Sue yang duduk sangat terkejut mengetahui yang baru saja tiba adalah seorang Pangeran, ia segera berdiri sambil menunjukk