Kun Shian sudah tiba di rumahnya dan ibunya terkejut atas kepulangannya yang sangat mendadak, tetapi tentu saja perasaan ibunya juga senang karena akhirnya anak bungsunya kembali. Kebetulan ketika ia pulang kedua saudaranya juga kembali dari kamp militer. Kedatangan ketiga anaknya membuat Ny. Kun senang, apalagi momen seperti ini sangat langka. Semenjak Shian tinggal di istana, rumah keluarga Kun menjadi sepi dan Ny. Kun menjadi lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian.
Anak tertua di keluarga Kun, yaitu Kun Hoya merasa heran melihat adik bungsunya yang kembali dari istana dengan membawa banyak barang, “Shian, kau tidak melarikan diri dari istana, kan?”
Shian memberi isyarat kepada kakaknya agar lebih dekat kepadanya. “Lebih tepatnya aku diusir.” Bisiknya.
“Apa???” Ucap Hoya setengah teriak, ia terkejut mendengar adiknya diusir.
“Ada apa?” tanya Guha, anak kedua keluarga Kun yang terkejut mendengar kakaknya berteriak.
Hoya memberi isyarat yang sama seperti dilakukan shian, yaitu menyuruh Guha lebih dekat agar ia bisa berbisik, “Shian diusir dari istana.”
Reaksi Guha sama persis dengan Hoya.
Melihat reaksi kedua kakaknya yang terlalu heboh membuat shian panik dan segera meminta kedua kakaknya untuk merahasiakannya, terutama dari ayahnya. Jika sampai Jenderal Kun mengetahuinya entah apa yang akan dilakukannya pada Shian. Mungkin saja akan dipukul seperti yang dilakukan kepada prajurit di kemiliteran atau bahkan lebih kejam dari itu. Membayangkannya saja membuat shian merinding.
“Apapun yang terjadi, tolong jangan katakan kepada ayah dan ibu. Anggap saja aku meminta izin kepada pangeran untuk pulang.” Pinta shian dengan wajah memelas agar kedua kakaknya memenuhi permintaannya.
“Ini hal yang sulit dan pasti akan ketahuan.” Ucap Guha yang ragu.
“Sebelum ketahuan aku akan mencari cara untuk kembali.” Shian meyakinkan kakaknya.
“Tapi ngomong-ngomong kenapa kau di usir?” Tanya Hoya yang penasaran.
“Jangan-jangan kau...” Guha memikirkan hal yang tidak-tidak.
“Aku tidak segila itu!” Shian menanggapi Guha.
Shian pun menjelaskan kejadian yang menimpahnya di kediaman Pangeran dari beberapa hari yang lalu hingga di hari ia di usir.
“Beberapa hari yang lalu, Wakil Menteri datang ke kediaman Pangeran. Ada sesuatu yang aneh dengannya, sepertinya dia memiliki kekuatan yang aneh. Sebelum dia sampai di kediaman pangeran, ada sesuatu yang terlebih dahulu tiba di kediaman Pangeran dan aku bahkan tidak sadar kedatangannya tiba-tiba saja seperti ada yang menabrak tubuhku hingga aku tak sadarkan diri. Lalu, beberapa hari kemudian aku mencari tahu mengenai Wakil Menteri dan Pangeran marah, dia malah berpikir aku mata-mata dan inilah yang membuatku diusir.” Ceritanya.
Hoya dan Guha saling bertatapan setelah mendengar cerita Shian.
“Ada apa dengan pria tua itu?” Tanya Shian.
Hoya menarik napas perlahan untuk mulai menjelaskan panjang lebar kepada Shian,”Sebenarnya Wakil Menteri memiliki asal usul yang tidak jelas dan sampai sekarang memberikan tanda tanya yang besar karena sampai sekarang kekuasaannya tidak goyah padahal pejabat lain selalu silih berganti. Ayah sudah pernah mencari tahu tetapi tidak pernah mendapat informasi yang jelas. Selain itu, sejak kedatangannya di kerajaan Yun, ia hanya memperhatikan Pangeran Kesebelas. Saat itu pangeran kesebelas baru berumur lima tahun dan menjadi dekat sampai sekarang.”
“Mengenai kekuatannya, banyak rumor mengatakan bahwa Wakil Menteri memiliki kekuatan yang setara dengan dewa makanya ia bisa bertahan di posisinya saat ini.” Lanjut Hoya.
“Sebaiknya kau tetap waspada. Apalagi dia belum tiba saja sudah membuatmu pingsan.” Hoya memperingatkan adiknya agar lebih hati-hati terhadap Wakil Menteri.
Shian merenung Sejenak.
“Aneh sekali, di antara Aku, Ahan, dan Pangeran. Mengapa hanya aku yang pingsan?” Shian heran mengingat posisinya tidak berada di depan gerbang bersama Pangeran dan Ahan tetapi malah dia yang pingsan.
“Apakah hanya aku yang bisa merasakannya?” Tanya Shian.
“Aku rasa karena kau masih baru di kediaman Pangeran.”Jawab Guha.
“Bagaimanapun kau harus berhati-hati!” Guha juga memperingatkan adiknya.
Di tengah pembicaraan serius mereka tiba-tiba saja terdengar suara Jenderal Kun yang sedang berbincag dengan Ny. Kun di halaman. Jenderal Kun juga kembali dari Kamp dan saat itu di sambut oleh istrinya.
“Oh tidak, Ayah juga kembali.” Shian Panik.
“Iya, hari ini ayah juga kembali.” Ucap Guha.
Shian merasa kesal karena kedua kakaknya tidak mengatakan sejak awal bahwa Ayahnya akan pulang juga.
“Kenapa kakak tidak mengatakannya?” Tanya Shian kesal.
“Aku pikir ibu sudah memberitahumu.” Jawab Guha.
“Gawat... Gawat..” Ucap Shian yang sedang panik.
Jenderal Kun masuk kedalam rumah dan terkejut melihat Shian yang berdiri di antara kedua kakaknya. Tentu saja, melihat kehadiran Shian membuat Jenderal Kun berpikir yang tidak-tidak. Ia masuk ke dalam dengan langkah yang cepat dan menghampiri Shian.
“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Jenderal Kun menahan amarahnya.
Shian perlahan mundur dan bersembunyi di belakang kedua kakaknya.
“Kau kabur dari istana?” Tanya Jenderal Kun yang ternyata memiliki pemikiran yang sama dengan kedua anak tertuanya ketika melihat kehadiran Shian.
“A-ayah.. aku tidak kabur.” Jawab Shian ketakutan.
“Jika kau tidak kabur, mengapa kau ada disini?” Tanya Jenderal Kun.
Shian melangkah perlahan kehadapan ayahnya dan langsung berlutut.
“Aku kembali untuk mendiskusikan sesuatu dengan ayah.” Jawab Shian dengan wajah memelas.
Hoya dan Guha saling bertatapan mendengar ucapan Shian.
“Jika kau ingin mendiskusikan agar kau tidak kembali ke istana, lebih baik kau kembali sekarang.” Tegasnya.
“Bukan.” Shian menyangkal ucapan ayahnya.
“Aku ingin ayah membantuku memohon kepada Raja agar dapat membawa semua bawahanku ke kediaman Pangeran Kesebelas. Di sana terlalu sepi, hanya aku dan Ahan.” Lanjut Shian.
Setidaknya alasanku sedikit masuk akal.
Jenderal Kun menatap Shian, ia masih meragukan anak bungsunya itu.
“Akan ayah pikirkan terlebih dahulu.” Ucap Jenderal Kun mulai melunak.
Jenderal Kun sendiri juga sudah mengetahui bahwa kediaman Pangeran Kesebelas tidak memiliki satupun pelayan, hanya ada satu pengawal yang memang sudah sejak kecil bersamanya. Jadi, dia mempertimbangkan permintaan Shian.
Shian yang masih berlutut secara perlahan memutar badannya menghadap kedua kakaknya sambil tersenyum tipis dan kedua kakaknya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya yang sudah tidak tertolong. Keduanya tinggal menunggu saja kebohongan adiknya ini terbongkar dan membuat ayahnya naik darah.
Di saat yang sama, Pangeran sedang membaca buku yang biasanya ia baca. Kali ini ia membaca buku itu hanya untuk mengalihkan pikirannya setelah mengusir Shian dan ternyata Shian benar-benar mengikuti perintahnya.
“Jika Anda ingin dia kembali, aku akan memanggilnya sekarang.” Ucap Ahan.
“Tidak perlu.”
Pangeran Kesebelas tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak memanggil Shian kembali. Sedangkan Shian sedang menyusun rencana agar bisa kembali ke kediaman Pangeran Kesebelas. Bagi Shian meskipun tidak memiliki kebebasan saat berada di istana, ia harus tetap kembali karena jika tidak, ia takut ayahnya akan melumpuhkannya.
Shian menikmati malamnya sambil mengelilingi kota sama seperti hari-hari sebelum ia berangkat ke istana beberapa minggu yang lalu. Ia tidak hanya berjalan mengelilingi kota sendirian, tetapi bersama dengan beberapa pasukan pribadinya. Semua tempat ia kunjung termasuk restoran dan kedai arak yang biasa menjadi tempat andalannya selama ini. Dia adalah pemuda yang kuat minum.Aku pikir... Aku sudah tidak akan merasakan kebebasan ini. Kun Shian memandangi semua orang yang ada di dalam kedai arak, ramai seperti biasanya.“Alangkah baiknya jika suasana kediaman Pangeran juga ramai.” Gumamnya secara tidak sadar.“Hah?” salah satu dari pasukan atau bawahannya yang duduk di sampingnya mendengar ucapan Shian samar-samar.“Tidak.. Tidak..” Ucap Shian yang tersadar baru sama bergumam mengenai Pangeran.Shian berdiri dari duduknya dan menuju ke lantai dua kedai arak. Langkahnya mengarah ke balkon dan ia berdiri di sana sambil memandangi kota Huan, Ibukota kerajaan Yun dan merupakan tempat di mana
Jenderal Kun menemui Putra Mahkota yang sedang berlatih bersama Hoya. Wajah Jenderal Kun terlihat kesal, dan penyebabnya tak lain adalah anak bungsunya, Shian. Tak hanya sekali, Shian sudah sering membuat Jenderal Kun marah. Kemarahannya sampai pada titik di mana Jenderal Kun mengurung Shian selama seminggu. Kala itu, Shian benar-benar telah melampaui batas. Ia datang ke Kamp Militer dan mengajak semua anggota militer minum arak hingga mabuk.“Yang Mulia!” sapa Jenderal Kun saat menemui Putra Mahkota yang telah menepi ke pinggir arena memanah.“Jenderal!” balas Putra Mahkota.“Apakah Anda akan bersiap kembali ke istana?” tanya Jenderal Kun.“Ah, iya. Aku akan kembali sekarang!” jawab Putra Mahkota.Putra Mahkota sadar bahwa Jenderal Kun datang bukan hanya untuk menyapanya, ada maksud lain di balik kedatangan Jenderal Kun. “Apa ada sesuatu yang..”Putra Mahkota tidak melanjutkan ucapannya karena dihentikan oleh Jenderal, “Tidak.. Tidak ada, Yang Mulia!”“Saya hanya ingin meminta tolong
Pangeran kelima yang berada di hadapan Raja, menanti keputusan Raja mengenai Shian yang telah diusir oleh Pangeran Kesebelas dari kediamannya. Di hadapannya, Raja nampak sedang berpikir keras mengenai informasi yang telah diberikan oleh Pangeran Kelima, perlahan ia memijat keningnya karena mendadak pusing. Tujuannya mengirim Shian ke istana untuk melindungi Pangeran Kesebelas, sayangnya tujuan Raja digagalkan oleh Pangeran Kesebelas sendiri.“Mengenai hal ini, Aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Kau kembalilah ke kediamanmu!” ucap Raja sekaligus memerintahkan Pangeran Kelima kembali ke kediamannya.Pangeran Kelima pun menuruti perintah Raja, memberi hormat lalu kembali ke kediamannya meskipun sebenarnya ia tidak puas dengan jawaban Raja.“Apapun yang terjadi Kun Shian harus menjadi bawahanku!” gumam Pangeran Kelima sambil berjalan menuju kediamannya.Sementara itu, Pangeran dan Ahan diam-diam mengikuti Shian dari kejauhan. Ternyata, Yenu dan Ayin juga melakukan hal yang sama. Tent
Suasana di kediaman Pangeran Kesebelas menjadi lebih hidup sejak kembalinya Shian, ditemani oleh beberapa pengawal lainnya. Pangeran tidak pernah membayangkan bahwa hari ini akan menjadi saat di mana rumahnya tidak hanya dihuni oleh dirinya dan Ahan, tetapi juga oleh orang lain. Kini, dia harus beradaptasi dengan kehadiran mereka. Sementara itu, setiap malam, Shian memilih untuk berjaga sendirian di atas atap, membuat perisai perlindungan untuk kediaman Pangeran. Ahan telah mengatur pengawal lainnya untuk berjaga di setiap sudut rumah Pangeran, sehingga tugasnya menjadi lebih ringan. Dengan kehadiran pengawal ini, ia tidak lagi perlu berkeliling untuk memastikan keamanan di sekitar kediaman Pangeran."Apakah Tuan Muda selalu berada di sini setiap malam?" tanya Bei, yang telah memperhatikan kebiasaan Shian berjaga di atas atap kediaman Pangeran."Ya, tempat ini sesuai untuk memastikan perisai ini melindungi kediaman Pangeran dengan sempurna," jawab Shian sambil menatap perisai yang baru
Semua orang telah berkumpul dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pangeran Ketiga. Tidak hanya para Pangeran yang diundang, tetapi juga anak-anak pejabat seperti Noh Heyu, Wan Feng, Lu Anyu, dan masih banyak lagi. Area kemah dipenuhi oleh para undangan yang tiba dengan segala persiapannya. Pangeran Ketiga berdiri di hadapan mereka semua, siap memberikan sambutan.“Hari ini, selain mengundang kalian semua, aku juga mempersilakan Yang Mulia Raja dan Permaisuri untuk bergabung!” ucap Pangeran Ketiga sambil mengarahkan Raja dan Permaisuri ke tempat duduk yang telah disediakan olehnya.Kedatangan Raja dan Permaisuri disambut dengan hormat oleh semua undangan, yang memberikan salam serentak kepada keduanya. Di sisi lain, Pangeran Kelima tampak terkejut melihat kedatangan Raja dan Permaisuri. Sebelumnya, Pangeran Ketiga sama sekali tidak pernah membicarakan rencana untuk mengundang Raja dan Permaisuri, sehingga kedatangan mereka menjadi sebuah kejutan. Sedikit kekhawatiran terpanca
Para peserta lain sibuk mengejar dan membidik hewan buruannya masing-masing, sementara Shian dan Pangeran Kesebelas diburu oleh sejumlah besar rusa yang tampak seperti monster, dengan mata merah dan tubuh dua kali lipat lebih besar dari rusa biasa.“Makhluk Apa ini?” tanya Pangeran, bingung melihat rusa-rusa di sekelilingnya.Shian berdiri siaga di depan Pangeran. “Sepertinya rusa-rusa ini dikendalikan oleh seseorang yang menggunakan ilmu hitam,” jelasnya, memperhatikan setiap rusa.“Apa pun yang terjadi, Anda harus waspada!” lanjut Shian, mengeluarkan pedangnya dengan hati-hati.Pangeran bersiap dengan busur dan panahnya, meskipun tidak terlalu mahir. Dia harus menggunakan kemampuannya untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak merepotkan Shian. Shian melaju maju dan menyerang rusa-rusa itu. Pertarungan tak terhindarkan, dan Shian terpaksa membunuh mereka. Namun, semakin banyak rusa yang datang, semakin kuat pula rusa-rusa tersebut."Pangeran terpisah dari Shian ketika busurnya jatuh ak
Bei memerintahkan salah satu pengawal yang berada di kediaman pangeran untuk diam-diam menjemput Puya yang berada di luar istana. Namun, saat tiba di kediaman keluarga Kun, pengawal tersebut tidak bertemu Puya karena pada saat itu, Hoya dan Guha telah mengajak Puya ke kamp militer. Akhirnya, pengawal tersebut menyusul Puya ke kamp militer. Ketika tiba, ia segera menemui Puya dan membisikkan sesuatu ke telinganya, hingga Puya bergegas menuju ke istana. Namun, Hoya dan Guha menahannya karena mengenal pengawal yang baru saja berbicara pada Puya."Ada apa?" tanya Hoya.Puya sedikit ragu untuk menjelaskan apa yang disampaikan oleh pengawal kepadanya. "S-sepertinya hari ini telah terjadi sesuatu pada Pangeran dan Shian.""Apaa??" ucap Hoya dan Guha serentak, keduanya tampak khawatir."Kalau begitu, kami berdua akan ikut ke istana," ucap Hoya, diikuti oleh anggukan dari Guha.Puya tidak menolak keinginan dari kedua Tuan Muda tersebut karena situasi di kediaman Pangeran lebih penting saat ini
Dua hari telah berlalu sejak kejadian di area perburuan. Saat itu, kediaman Pangeran Kesebelas kedatangan tamu dari kediaman Pangeran Ketiga belas; dia adalah Pengawal Pribadi Pangeran Ketiga yang datang menyampaikan pesan kepada Pangeran Kesebelas untuk segera menemui Pangeran Ketiga di kediamannya.“Katakan kepada Pangeran Ketiga bahwa aku akan segera ke kediamannya,” ucap Pangeran Kesebelas.“Baik!” jawab pengawal tersebut sambil memberi hormat, lalu segera meninggalkan kediaman Pangeran Kesebelas. Pangeran Kesebelas pun bersiap untuk berangkat ke kediaman Pangeran Ketiga. Namun, sebelum berangkat, ia menemui Shian yang masih belum pulih bahkan masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, padahal sudah dua hari berlalu.“Apakah ini hal yang wajar?” tanya Pangeran kepada Puya, mengkhawatirkan keadaan Shian.Puya menundukkan kepala di hadapan Pangeran, sebagai tanda bahwa ia tidak berani menjawab pertanyaan Pangeran.“Ada apa?” tanya Pangeran.“Saat ini hamba masih memantau keadaannya dan
Persiapan pemakaman telah selesai. Semua yang dibutuhkan siap dibawa ke pemakaman bersama mayat tersebut. Namun, sebelum berangkat, Puya menarik Shian menjauh dari kerumunan. Ia telah memperhatikan Shian sejak tadi; ada yang tidak beres dengannya. Matanya tampak kosong, dan wajahnya terlihat pucat.“Kau yakin akan melakukannya?” tanya Puya, memandang Shian dari ujung kaki hingga kepala, khawatir akan kondisinya.Shian mengangguk. “Roh yang terpisah dari jiwa butuh kebebasan dan ketenangan,” ujarnya, menghela napas sambil memandang langit yang dipenuhi bintang.“Kau sebaiknya istirahat. Serahkan saja urusan pemakaman pada aku dan Bei,” ucap Puya, menepuk pundak Shian.“Pemakaman ini bukan sekadar menggali kubur. Kau harus menjalankan ritual dan berjaga hingga pagi. Lihat dirimu, kau tampak sangat buruk!” lanjut Puya dengan nada khawatir.“Saat ini, keputusan terbaik adalah aku yang memimpin pemakaman. Kondisi kalian lebih baik dariku, jadi kalian bisa menjaga Pangeran dan merawat yang
Pangeran yang sedang serius memikirkan strategi dalam permainan caturnya bersama Ahan, terkejut melihat kedatangan Bei yang tampak terburu-buru. “Ada apa?” tanya Pangeran heran melihat Bei yang sedang mengatur napasnya. “Shian…” Bei tampak ragu untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi Pangeran yang melihat wajah Bei menjadi panik dan berpikir telah terjadi sesuatu pada Shian. Pangeran bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari ruangannya, tetapi Bei menghentikannya sambil berkata, ”Yang Mulia, sebenarnya Shian merasakan ada Roh Jahat di sekitar Istana Yunqi!”“Sebaiknya anda tetap berada di dalam ruangan ini!” ucap Bei dalam keadaan bersujud di hadapan Pangeran. Sementara itu, Shian mulai mengelilingi kediaman Pangeran, mencari keberadaan roh jahat tersebut. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Wuga yang entah datang darimana.“Katakan pada semuanya untuk berjaga, sepertinya aku merasakan roh jahat di sekitar istana Yunqi.” pinta Shian sambil melihat sekeliling. “R-roh Ja-jaha
Kabar mengenai Pangeran Kesebelas yang keluar istana melalui gerbang utama terdengar hingga ke kediaman Para Pangeran, terutama Pangeran Keempat dan Kelima. Tentu saja, kabar ini membuat para Pangeran Penasaran karena setahu mereka Pangeran Kesebelas tidak pernah melangkahkan kaki keluar dari istana, kecuali pada kegiatan tertentu seperti, kegiatan berburu yang diadakan oleh Pangeran Ketiga.“Gerak-gerik Nian akhir-akhir ini sangat mencurigakan.” ucap Pangeran Kedelapan setelah mendengar kabar Pangeran Kesebelas berada di luar istana. “Cari tau apa yang Nian lakukan di luar istana!” perintah Pangeran Kelima pada Pengawalnya. “Apa yang nian lakukan di luar istana?” tanya Pangeran Keempat pada Mora, Pengawalnya. Sementara itu, Shian dan Wuga sedang sibuk membuat target untuk memanah, dibantu oleh pengawal lainnya, termasuk cuncu. “Apakah pangeran tidak akan marah jika kita membuat halamannya seperti ini?” tanya cuncu sambil memandang halaman yang penuh papan target buatan Shian dan
Suasana pagi di istana Yunqi tampak tenang, hanya terdengar kicauan burung di dahan pohon yang menyambut hari yang baru. Hamburan cahaya matahari pagi masuk melalui celah dinding dan tepat menyentuh wajah Pangeran Kesebelas yang masih terbaring di tempat tidurnya. Tangannya secara alami melindungi wajahnya dari cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya perlahan, bangkit dan turun dari tempat tidurnya, menuju jendela kamarnya. “Anda sudah bangun?” sapa Ahan yang berada di luar jendela dan baru saja selesai menyiram tanaman. Pangeran Kesebelas hanya menganggukan kepalanya.“Pagi ini pengawal Pangeran Ketiga datang membawa pesan dari Pangeran Ketiga agar anda segera menemuinya.” ucap Ahan menyampaikan pesan yang diterimanya pagi ini. Pangeran Kesebelas menghela napas mengetahui bahwa Pangeran Ketiga ingin menemuinya dan sudah pasti pertemuan ini membahas mengenai masalah area berburu dan menteri kehakiman. Ia menjauh dari jendela kamarnya samb
Pangeran duduk di ruang baca sambil memandang keluar jendela tampak di luar sangat cerah, langit berwarna biru muda dihiasi awan-awan tipis membuat hati tenang ketika melihatnya tetapi tidak untuk Pangeran yang tampak murung. “Haahhhh..”Sesekali terdengar suara helaan napas kasar yang mengekspresikan bagaimana keadaan dan suasana hatinya saat ini. Ada perasaan cemas, gelisah, dan ragu menghampirinya hingga seakan-akan ada tekanan besar di dadanya, yang membuatnya kesulitan bernapas. “Ahan!” teriaknya memanggil salah satu pengawalnya yang berjaga di luar ruang baca. Ahan segera masuk, menghampiri Pangeran yang masih dalam posisi yang sama, menghadap keluar jendela. “Apakah sudah ada kabar dari Xu Sue?” tanyanya tanpa memandang ke arah Ahan. “Sepertinya belum ada, Yang Mulia!” jawab Ahan. “Hahhh..” Pangeran kembali menghela napas dan lebih dalam. Mendengar helaan napas Pangeran yang cukup dalam, membuat Ahan mengerti bahwa saat ini suasana hati Pangeran sedang tidak baik-baik s
Pangeran terbangun dari tidurnya, masih dalam posisi duduk di ruang baca. Pandangannya tertuju pada Bei yang tertidur dengan bersandar pada salah satu tiang di ruang tersebut. Setelah itu, Pangeran mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana tampak bahwa pagi telah tiba. Cahaya matahari sudah mulai bersinar dan burung-burung pada dahan pohon mulai berkicau. Pangeran perlahan berdiri dari tempat duduknya, merasakan kakinya yang kram dan sendi-sendinya yang cukup sakit akibat tidur dalam posisi duduk. Ia keluar dari ruang baca tanpa membangunkan Bei yang masih terlelap.“Anda sudah bangun?” ucap Ahan yang berdiri di depan pintu. “Umm.” jawab Pangeran sambil mengajak matanya berkeliling, melihat keadaan di sekitar kediamannya. “Di mana Shian?” tanya Pangeran, setengah berbisik. Ahan menjawab pertanyaan Pangeran dengan mengarahkan pandangannya ke atap kediaman. “Diatas sana sepanjang malam?” tanya Pangeran lagi. Ahan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pangeran. “Malam ini, dia k
Shian membuka matanya secara perlahan dan mendapati dirinya sudah terbaring di tempat tidur, di kamarnya sendiri. Ia bangkit dari tempat tidurnya, meraih pedang yang berada di atas meja, tepat di samping ranjangnya. Lalu, segera keluar dari kamarnya. Hari sudah gelap dan kediaman Pangeran Kesebelas, Istana Yunqi juga mulai terasa sunyi. Sebenarnya, setiap hari terasa sunyi baik siang maupun malam, tetapi saat malam tiba kediaman Pangeran semakin terasa sunyi hingga suara-suara hewan malam di belakang kediaman Pangeran terdengar sangat jelas. Shian berjalan, mengarah ke ruang baca Pangeran tampak ruangan tersebut masih bercahaya yang menandakan bahwa Pangeran masih berada di ruang baca. Ketika sampai di depan pintu ruang baca Shian merasa ragu untuk masuk ke dalam akhirnya ia hanya berdiri di depan pintu hingga Pangeran keluar bersama Bei. “Shian!” ucap Pangeran yang terkejut melihat Shian berdiri di hadapannya dan menatap ke arahnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Pangeran yang gembir
Pagi-pagi buta seseorang datang ke kediaman Pangeran Kesebelas. Orang tersebut adalah kasim kepercayaan raja, yang datang menyampaikan undangan Pangeran untuk ikut dalam pertemuan harian yang diadakan oleh Raja dan para pejabat serta beberapa pangeran yang mengambil bagian dalam pemerintahan, juga putra mahkota. Saat itu Pangeran Kesebelas masih tertidur pulas sehingga orang tersebut menyampaikannya pada Shian yang menyambutnya di depan pintu gerbang istana Yunqi. “Hari ini raja mengundang Pangeran Kesebelas untuk ikut dalam pertemuan harian di aula kerajaan.” ucap sang kasim pada Shian. “Baik.” jawab Shian singkat. Tampak dari raut wajahnya, Shian terkejut mendengar ucapan kasim tersebut. Ada undangan agar pangeran kesebelas datang pada pertemuan harian yang diadakan oleh Raja. Shian menyadari ini bukanlah undangan biasa, sesuatu telah terjadi. Tidak berpikir panjang, ia segera membangunkan Pangeran Kesebelas yang masih tertidur pulas. “Yang Mulia, Anda harus bangun sekarang!” uc
Putra Mahkota telah menerima kabar dari Shian mengenai menteri kehakiman yang mengirim pembunuh bayaran ke Istana. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk memata-matai kediaman serta mencari informasi mengenai menteri kehakiman. Di waktu yang sama, Pangeran Kesebelas sedang menikmati suasana di kediaman keluarga Kun matanya tertuju pada Shian dan Xu Sue yang sedang duduk ia menghampiri keduanya dengan langkah yang terburu-buru. Tentu saja, kedatangan pangeran akan dirasakan Shian, yang segera mengarahkan pandangannya ke arah datangnya pangeran lalu bergegas berdiri dan menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran. Xu Sue yang berada di samping ikut memandang ke arah pangeran tanpa berdiri dan memberi hormat karena ia belum menyadari yang datang adalah seorang pangeran. “Yang Mulia!” sapa Shian yang berdiri sambil menunjukkan rasa hormatnya pada Pangeran, membuat Xu Sue yang duduk sangat terkejut mengetahui yang baru saja tiba adalah seorang Pangeran, ia segera berdiri sambil menunjukk